NovelToon NovelToon
CEO KEJAM SUAMIKU

CEO KEJAM SUAMIKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Kontras Takdir / Pernikahan rahasia
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: CrystalCascade

Seorang gadis yang duduk di bangku SMA yang mempunyai kepribadian yang ceria dan selalu tersenyum.

seketika semuanya berubah ketika dia di jodohkan oleh orang tuanya dengan CEO yang sangat kejam dan tak tau belas kasih.

Semua keceriaan nya dan senyum nya berubah menjadi tangisan.

hiks hiks kak jangan pukul aca"
aca terisak CEO yang telah menjadi suaminya , memukul nya tanpa belas kasihan.

apakah aca sanggup menghadapi CEO yang kejam , dingin dan tak berperasaan dan yang telah menjadi suami sah nya itu dengan belah kasihan .

Dan apakah aca bisa mengubah sifat dingin dan kejam suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27.PUNCAK

Assalamualaikum semuanya ✨

Sebelum baca jangan lupa like dan komen ya dukungan kalian buat aku semangat nulis cerita 😚😋

Aca!!" teriak Alex.

Refleks, Alex meraih tangannya. Aca tergantung di ujung tebing, tubuhnya menggantung dan wajahnya pucat. Dengan sekuat tenaga, Alex menariknya.

Untungnya... Aca berhasil diselamatkan.

Namun lututnya tergores, dan ia terlihat sangat lemas. Alex pun menggendong Aca kembali ke tenda.

Sila dan Tasya yang melihat kedatangan mereka langsung panik. Para guru pun berdatangan dan memutuskan Aca tidak ikut kegiatan malam hari, termasuk acara api unggun.

Aca hanya berbaring di dalam tenda dengan wajah lesu nya.

🌚

Malam itu...

Aca membuka ponselnya Belum ada balasan dari Aldo. Masih centang satu Ia mulai cemas dadanya sesak. Ia menatap layar berharap ada notifikasi dari Aldo.

Tiba-tiba...

Notifikasi masuk.

Nomor tak dikenal mengirim pesan dan foto. Dengan jantung berdebar, Aca membuka chat itu.

"Ini suami kamu, kan? Sayang banget kamu cuman jadi bahan pelampiasan suamimu saja, lihat saja dia akan kembali dengan wanita yang ia cintai dan meninggalkan kamu"

Foto itu menampilkan Aldo berpelukan dengan wanita lain. Di pinggir jalan Di malam hari. Terlihat jelas ekspresi wanita itu memeluk erat, sementara wajah Aldo walau sedikit tidak terlalu jelas Aca yakin itu Aldo tapi, terlihat di poto itu Aldo tidak menolak pelukan wanita itu.

Aca terdiam. Air matanya menetes tanpa suara. Dunia serasa berhenti berputar. Jantungnya seperti diremas.

"Kenapa kk, apa sikap baik selama ini sama Aca cuma bohong?" bisiknya lirih.

Ia menutup wajahnya dengan tangan. Menangis dalam diam. Di tenda kecil di tengah hutan, dalam udara dingin Aca merasakan luka yang lebih menusuk dari goresan di lututnya.

Pagi itu Aca bangun dengan mata sembab, kelopaknya bengkak dan hidungnya merah. Ia bangun lebih awal dari yang lain, mencoba menenangkan diri sebelum siapa pun sadar akan kesedihannya. Tapi begitu Tasya terbangun, Tasya melihat wajah Aca ia langsung tahu ada sesuatu yang Aca sembunyikan.

"Aca kamu kenapa?" tanya Tasya pelan.

Aca buru-buru mengalihkan wajah. "Enggak apa-apa kok, cuma alergi udara dingin" jawabnya sambil memaksakan senyum.

Tasya tahu Aca sedang menyembunyikan sesuatu, tapi ia memilih diam. Tasya pun hanya mengangguk paham mungkin Aca belum siap untuk bercerita masalah nya.

Mereka pun bersiap-siap Hari ini panitia membuat acara, tidak di wajibkan untuk semua para peserta untuk ikut ada pilihan: tetap di area perkemahan atau naik ke puncak gunung kecil di belakang hutan.

Saat sarapan, Aca bertanya pada Tasya dan Sila, "Kalian mau ikut naik ke puncak, nggak?"

Sila mengangguk "ikut dong masak gue gak ikut rugi dong"

Tasya berpikir sebentar. "Aku sama sila ikut kamu gimana ca ikut atau enggak, Tapi kamu yakin kalau mau ikut Ca? Kamu kelihatan belum sehat."

Aca tersenyum lemah. "Justru itu Aca butuh udara segar. Siapa tahu bisa melupakan semua masalah"

Melihat kesedihan Aca, Sila akhirnya ikut setuju. "Tapi janji ya kalau udah nggak kuat bilang"

Setelah persiapan singkat, mereka pun berangkat. Jalur ke puncak cukup menanjak, penuh bebatuan dan akar pohon yang menyembul. Aca berjalan pelan di belakang. Nafasnya berat, tapi langkahnya mantap. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Alex dan gengnya.

"Eh, kalian juga naik?" sapa Alex dengan senyum cerah.

"Iya, sekalian olahraga" jawab Tasya.

Mereka pun berjalan bersama. Aca tetap di belakang, menikmati kesendirian. Tapi Alex memperlambat langkahnya dan menyamakan ritme langkahnya dengan Aca.

"Kamu nggak apa-apa Ca?" tanyanya hati-hati.

Aca hanya mengangguk tanpa menoleh.

"Matamu bengkak. Kamu nangis ya?" lanjut Alex, kali ini dengan nada lebih lembut.

Aca menghela napas. "Nggak kok cuman lemes aja"

Alex tersenyum kecil. "Kalau lo lemes gue gendong mau"

Mereka saling bertatapan dan tertawa bersama. Ada jeda yang tenang. Alex tak bertanya lebih jauh, dan itu membuat Aca sedikit lega.

Akhirnya, mereka sampai di puncak. Angin di sana lebih dingin, tapi sinar matahari menghangatkan kulit. Hamparan hutan, langit luas, dan gunung di kejauhan tampak megah. Aca menatap pemandangan itu, lalu tiba-tiba, tanpa sadar ia menjerit kecil.

"AAAAAAAAAAAAHHHHHHH!"

Semua menoleh kaget, tapi kemudian tersenyum melihat Aca.

Itu bukan jeritan panik, tapi jeritan melepaskan beban. Jeritan yang mengandung semua tangis yang tak sempat keluar semalam. Jeritan luka yang akhirnya menemukan ruang untuk bernapas.

Tasya dan Sila memeluk Aca dari belakang.

"Kamu hebat Ca Apa pun yang kamu alami kamu nggak sendirian, ada kami kalau kamu dah siap cerita kami pasti bakal dengerin"

Ucap Tasya.

Aca tak bisa membalas kata-kata itu. Ia hanya mengangguk, menahan air mata yang kini mengalir perlahan. Bukan lagi karena sakit, tapi karena rasa hangat yang akhirnya menyelimutinya.

Aca masih berdiri di pinggir tebing kecil, rambutnya berayun pelan tertiup angin, wajahnya menghadap cakrawala. Terik matahari menyentuh kulitnya yang dingin, dan udara segar memenuhi paru-parunya. Tapi jauh di dalam, pikirannya masih penuh tanya dan luka.

Alex berdiri tak jauh darinya. Setelah semua orang sibuk berselfie atau rebahan di rumput, hanya mereka berdua yang diam menatap langit.

"Aca" suara Alex lirih, tapi cukup dekat untuk didengar.

Aca menoleh pelan, menatap Alex yang kini berdiri tepat di sebelahnya Tatapan pria itu teduh.

"Gue tahu mungkin gue bukan orang yang berhak nanya ini tapi Aca kelihatan sangat hancur."

Aca tersenyum pahit. "Aca juga nggak tahu Aca kelihatan seperti apa sekarang. Tapi rasanya hari ini begitu berat bagi Aca"

Alex tak menyela. Ia membiarkan Aca bicara mengeluarkan semua masalahnya.

"Aca pikir, Aca baru sedang membangun sesuatu yang indah di hidup Aca. Tapi belum selesai membangun itu semua ada yang menghancurkan nya"

Alex menunduk sebentar, lalu duduk di sebuah batu besar. Ia menepuk bagian kosong di sebelahnya, mengisyaratkan Aca untuk duduk.

"Kalau lo percaya, gue bisa jadi tempat lo beristirahat sebentar, gue bisa mendengarkan semua keluh kesah lo ca" ucapnya pelan.

Aca menatap Alex lama. Tapi akhirnya ia duduk Tak terlalu dekat, tapi cukup untuk merasakan kehangatan manusia lain di tengah hawa dingin pegunungan.

"Gue pernah dikhianati" kata Alex tiba-tiba. "Bukan dalam pernikahan, tapi dalam hubungan yang gue pikir serius Orang yang gue cintai malah lebih milih pergi sama sahabat gue sendiri"

Aca meliriknya. "Sakit?"

Alex tersenyum miris. "Kayak ditusuk di dua tempat sekaligus. Tapi dari situ gue belajar nggak semua orang jahat, Kadang emang takdir gak berpihak dengan kita aja"

Aca menghela napas panjang. "Aca nggak tahu apakah Aca bisa percaya lagi. Aca rasa kk Aldo emang tidak di takdirkan bersama, kk Aldo selama ini mulai bersikap baik. Aca kira kk Aldo ingin berubah ternyata ada sesuatu yang di sembunyikan kk Aldo di belakang Aca"

"Tapi Aca belum menyerah, kan?"

Aca menatap Alex, kali ini lebih lama. "Mungkin belum tapi belum tau ke depannya"

Mereka terdiam beberapa saat. Angin berembus lembut, membawa suara dedaunan dan kicau burung dari kejauhan. Langit cerah di atas mereka seperti lukisan hidup, tapi di antara mereka, keheningan terasa lebih dalam dari sekadar kata-kata.

Lalu, perlahan, Alex mengulurkan tangan.

"Apa pun yang Aca putuskan nanti, Aca kamu tetap berhak untuk bahagia. Jangan biarkan satu orang mengubah seluruh kehidupan lo ca"

Aca menatap tangan itu. Ia ragu. Tapi kemudian ia menyambutnya. Bukan sebagai bentuk cinta, tapi sebagai simbol bahwa ia masih punya pilihan. Bahwa ia tidak sendiri.

Dan di atas puncak gunung itu, Aca menyadari satu hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya dalam diam, seseorang bisa hadir begitu dalam dan tulus, tanpa harus memiliki.

Mungkin Alex bukan tempat ia berlabuh.

Tapi hari ini... Alex adalah tempat ia beristirahat.

Mereka terdiam beberapa saat. Angin berembus lembut, membawa suara dedaunan dan kicau burung dari kejauhan. Langit cerah di atas mereka seperti lukisan hidup, tapi di antara mereka, keheningan terasa lebih dalam dari sekadar kata-kata.

Lalu, perlahan, Alex mengulurkan tangan.

"Apa pun yang Aca putuskan nanti, Aca kamu tetap berhak untuk bahagia. Jangan biarkan satu orang mengubah seluruh kehidupan lo ca"

Aca menatap tangan itu. Ia ragu. Tapi kemudian ia menyambutnya. Bukan sebagai bentuk cinta, tapi sebagai simbol bahwa ia masih punya pilihan. Bahwa ia tidak sendiri.

Dan di atas puncak gunung itu, Aca menyadari satu hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya dalam diam, seseorang bisa hadir begitu dalam dan tulus, tanpa harus memiliki.

Mungkin Alex bukan tempat ia berlabuh.

Tapi hari ini... Alex adalah tempat ia beristirahat

Isi dong Kata-kata dari kalian untuk hari ini ges😋

> Please vote, follow, dan komen ya...

Soalnya autor udah mulai ngomong sendiri depan monitor, nanya:

“Apakah mereka suka? Kenapa nggak ada komen?” 😩💔

Ayo selamatkan autor dari overthinking berkepanjangan 😆🧠

1
slebewwws
kenapa setiap bab slasu ada pengulangan
Blu Lovfres
aku baru masuk baca ,tpi ada penyiksaan waduh jdi penasaran gimana, kelanjutan nya,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!