Selama ini Amara memberikan kehidupannya kepada Dion dan mengabdikan diri sebagai istri yang sempurna. sudah 3 tahun sejak pernikahan tidak ada masalah pada rumah tangga. namun fakta lain membuat hati Amara begitu teriris. Dion berselingkuh dengan seorang wanita yang baru ia kenal di tempat kerja.
Amara elowen Sinclair berusia 28 tahun, wanita cantik dan cerdas. Pewaris tunggal keluarga Sinclair di london. Amara menyembunyikan identitasnya dari Dion Karena tidak ingin membuat Dion merasa minder. mereka menikah dan membina rumah tangga sederhana di tepi kota London.
Amara menjadi istri yang begitu sempurna dan mencintai suaminya apa adanya. Tapi saat semuanya terungkap barulah ia sadar ketulusannya selama ini hanyalah dianggap angin lalu oleh pria yang begitu ia cintai itu.
Amara marah, sakit dan kecewa. ia berencana meninggalkan kenangan yang begitu membekas di sisa sisa hubungan mereka. akankah Amara dapat menyelesaikan masalahnya?....
ikuti terus ya guysss
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
Mobil berhenti di halaman perusahaan, Amara berjalan dengan casual masuk ke dalam perusahaan. Semua karyawan menyambutnya dengan ramah. Amara tersenyum setiap kali berpas pasan dengan karyawan.
" Mari nona, ruang meeting nya ada di sana." ucap seorang wanita dengan ramah. Amara mengangguk dan mengikuti instruksi dari karyawan wanita itu.
Ia masuk ke dalam, di sana Clarissa sedang mempersiapkan ruangan dan semuanya sudah selesai. Proyektor menyala dengan baik dan mikrofon aktif sempurna.
" Wow Clarissa, kamu sudah bekerja keras." ucap Amara memuji kinerja Clarissa yang bekerja tanpa di suruh. Dia adalah orang paling peka yang pernah Amara temui.
" Nona, silahkan duduk. Ini sudah biasa saya lakukan jadi tidak perlu memuji berlebihan seperti itu." jawab Clarissa merendah.
" Aku tahu Clarissa." gelak tawa kecil menggema di dalam ruangan. Tanpa Amara sadari, Leonard memperhatikannya dari luar.
" Tuan Leonard, silahkan masuk." ucap wanita yang menunggu di depan pintu ruangan.
Leonard mengangguk dan masuk ke dalam ruangan meeting. Amara berdiri dan menyambut kedatangan Leonard. mereka berjabat tangan, Amara tersenyum ramah ke arahnya.
" Selamat datang Tn. Leonard." ucap Amara dengan senyuman manis.
" Terimakasih nona Amara." ucap Leonard dengan tatapan yang sulit di artikan.
" Silahkan duduk." tawar Amara. Leonard mengangguk kecil lalu ia duduk.
" wajahnya seperti familiar. Tapi siapa?." gumam Amara dalam hati.
" Oh ya Tn Leonard, saya sudah melihat kontrak kerjasama yang anda kirimkan. Itu sangat luar biasa." ucap Amara dengan nada bicara yang formal.
" Saya senang mendengarnya, kontrak itu sudah cukup lama saya rencanakan. Namun tak ada perusahaan yang cocok dengan rencana saya selain perusahaan Sinclair yang terkemuka ini." ucap Leonard dengan senyuman yang terus saja terukir di wajahnya. Steven bahkan merasa heran dengan tingkah bosnya, tak pernah ia tersenyum seperti itu di hadapan rekan bisnis lainnya. Ini pemandangan yang langka dan luar biasa.
" Jangan terlalu memuji Tn Leonard." gelak tawa kecil terdengar dari Amara.
"kamu bahkan tidak berubah, selalu ceria dan mudah tertawa. Siapa pria bodoh yang menyakiti wanita sempurna seperti mu Amara." gumam Leonard dalam hati sambil menatap kagum pada Amara.
" Panggil saja Leo." ucap Leonard.
"Leo, itu nama teman masa kecil saya. Oh Tuhan dimana dia sekarang ya." ucap Amara mengingat nama Leo.
Seketika jantung Leo berdetak kencang saat mengetahui Amara masih mengingatnya. "aku di hadapanmu Amara."
" Berarti saya panggil Tn Leo mulai sekarang. Baiklah Tn Leo, saya sepakat bekerja sama dengan anda. Namun penandatanganan kontrak akan kita adakan bulan depan. Bertepatan dengan pelantikan saya sebagai CEO perusahaan Sinclair yang baru. Apa Tn Leo tidak keberatan?." tanya Amara pada Leo yang masih fokus memperhatikan dirinya.
"Tentu saja saya tidak keberatan Nona, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik." ucap Leo.
" Syukurlah kalau begitu. Anda sangat pengertian Tn. Leo."
Leo tersenyum dan mengangguk dengan pelan. Tanpa terasa pertemuan mereka sudah berakhir. Leonard pamit pergi, namun sebelum itu ia sempat berkata. " Nona, apa kita bisa berbicara lagi di lain waktu?."
" Tentu." jawab Amara dengan cepat. Leonard pergi dengan senyuman yang sudah lama tak pernah terlihat dari seorang Leonard.
" Tuan, anda sangat bahagia." ucap Steven saat sudah di dalam mobil.
" Ya, aku bahagia."
.
.
Clarissa menaruh secangkir teh di meja kerja Amara.
" Clarissa."
" Ya nona." sahut Clarissa saat namanya di panggil.
" Di malam penandatanganan kontrak saya harap kamu mengatur semuanya. Saya mau perusahaan Vaughn Capital yang akan kita terima kerjasamanya dan undang mereka di hari itu. Dan untuk acara pelantikan juga akan di adakan di hari yang sama." jelas Amara kepada Clarissa.
" Akan saya atur nona." jawab Clarissa. Amara tersenyum senang mengingat sebentar lagi kehancuran Dion dan keluarganya sudah di depan mata.
.
.
" Dion, aku ingin berkunjung ke rumah mu. Apa boleh?." ucap Vanya saat berada di dalam ruang kerja Dion.
" Vanya, belum saatnya." ucap Dion menolak halus permintaan Vanya.
Gadis itu cemberut dan mulai merasa kesal. " apa kamu akan menolak permintaan anakmu." ucap Vanya.
" Tidak Vanya, bukan begitu." Dion frustasi.
" Kamu memang tidak perduli padaku dan anak ini." Vanya keluar dari ruangan itu sambil membanting pintu. Dion tak punya pilihan lain selain mengejar Vanya.
Sesampainya di parkiran, Vanya melihat Dion mengejarnya dan ia memutuskan untuk berhenti. Vanya tersenyum licik dengan seringai jahat ketika tahu Dion menyetujui permintaannya.
.
.
" Alis, goyang dengan benar. Jangan membuatku marah." ucap seorang pria berperut buncit yang sedang berbaring di atas ranjang.
Terlihat ia sangat menikmati hentakan yang dilakukan Alis di atas. Sementara Alis memperlihatkan raut wajah menikmati dan sesekali ia mendesah keras.
Ternyata selama ini Alis sudah terjun ke dunia malam dan menjadi seorang pelacur.
Pria berumur itu memukul pantat Alis sehingga membuat Alis semakin mempercepat ritme goyangannya.
" Bagus J*lang lanjutkan." ucap pria buncit itu. Sementara Alis sudah kelelahan namun ia terus berjuang.
Malam ini Alis sudah melayani tiga pria tanpa istirahat. Dia akan reunian dengan teman SMA nya besok, jadi ia harus terlihat kaya dan tampil cantik. Hanya ini satu satunya cara agar ia bisa mendapatkan itu semua.
Alis bahkan sudah menggunakan obat pencegah kehamilan di umurnya yang masih muda, dia tidak ingin hamil.
Waktu sudah sangat larut, Alis melihat ponselnya yang memperlihatkan nama ibunya yang sedang menelpon. Alis tak bisa mengangkatnya karena ia tak bisa lepas dari pria berumur yang terus saja menjilatinya.
Alis tak punya pilihan lain selain melanjutkan aktivitasnya hingga pagi.
.
.
Amara pulang ke rumah di malam hari. Ia melihat sudah ada mobil Dion yang terparkir di halaman rumah
" Dion pulang?." gumam Amara. Yang ia tahu Dion selalu pulang larut malam, tak biasanya pria itu pulang di jam segini.
Amara tak mau ambil pusing dan memilih untuk masuk ke dalam rumah. Sesampainya di sana ia sekelebat mendengar suara desahan seorang wanita.
Amara melihat tak ada siapapun di sana. Namun saat melihat tas perempuan di atas sofa, Amara mulai curiga jika Dion membawa selingkuhannya masuk ke rumah.
Amara mengikuti asal suara, badan Amara bergetar saat menyadari jika suara desahan itu berasal dari kamarnya.
Amara semakin syok saat menyadari pintu kamar yang tidak di kunci. Amara menyentuh gagang pintu dengan tangan yang bergetar.
Perlahan ia membuka pintu kamar, dan seketika itu juga terlihat Dion sedang berhubungan dengan Vanya di atas ranjang.
Amara tanpa sadar meneteskan air mata ketika menyaksikan Dion begitu kejam kepadanya. Meskipun sudah tidak mencintai Dion, namun hatinya tetap sakit saat melihat dengan jelas Dion menikmati tubuh wanita lain bahkan dengan kejamnya mereka berhubungan di ranjang yang selama ini menjadi tempat tidurnya.
" Dion!." teriak Amara dengan nada lirih. Seketika itu juga kedua orang itu berhenti dari aktivitasnya.
Dion terperanjat, ia meraih celananya dan memakainya dengan cepat. " Amara, dengarkan penjelasanku."
" Menjijikkan!." teriak Amara hingga suaranya memenuhi seisi rumah.
Sementara Vanya tersenyum bahagia di balik selimut. "kita lihat sejauh mana kamu akan bertahan Amara. Semoga kamu suka dengan kejutan ini." gumamnya dalam hati sambil menyelimuti tubuh polosnya.