NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Pria Cacat

Terpaksa Menikah Dengan Pria Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Alizar

"Aku tidak mau dijodohkan! Bukankah kalian semua tau kalau aku sudah memiliki kekasih? " "Kami semua tau nak, tapi tidak bisakah kamu menolong papa sekali ini saja, ? " "Tidak! Yang menjadi anak dirumah ini bukan hanya aku saja, masih ada Melodi di rumah ini, kenapa bukan dia saja yang kalian jodohkan! "

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12

Maudy duduk dengan tubuh yang kaku di samping pria yang baru dikenalnya melalui layanan kencan berbayar itu. Tangannya gemetar tak terkendali, mencerminkan rasa cemas yang membelenggu hatinya. Pria itu, dengan tatapan yang menilai, memegang dagunya dan memiringkan wajah Maudy agar mereka bisa bertatap lebih dekat. "Kau cantik, bahkan lebih cantik dari pada yang difoto. Tidak sia sia aku membayar mu dengan bayaran yang begitu mahal," gumamnya pelan, namun bagi Maudy, kata-kata itu lebih terasa seperti ancaman yang bersembunyi di balik pujian semu.

Maudy menelan ludah, berusaha keras menenangkan detak jantung yang berpacu. Ia harus melalui malam ini, demi keamanan dan masa depannya yang dipertaruhkan. Namun, di sudut terdalam hatinya, ia berdoa, memohon kepada Tuhan agar ada mukjizat yang bisa menyelamatkannya dari situasi yang menakutkan ini. Wajahnya yang dipaksakan tersenyum, mencoba menyembunyikan ketakutan yang mendasari setiap gerak-geriknya.

"Mari kita mulai permainan ini, aku sudah tidak sabar untuk mencicipi mu. " Ucap pria itu dengan sorot mata yang liar.

Ada rasa jijik sebenarnya mengingat jika ia harus melakukan hubungan badan dengan pria tua yang Sepantaran oleh ayahnya. Ingin menolak semuanya, tapi Maudy takut dengan ancaman yang Arman berikan padanya. Ingin melaporkan pada pihak yang berwajib pun, Maudy merasa begitu tidak tega melihat kekasih nya, Arman. Lelaki yang ia cintai setengah mati harus hidup dibalik jeruji besi.

Maudy benar benar sudah cinta mati terhadap Arman, itulah mengapa Maudy tak berdaya meski hanya melawan sedikit saja. Malam itu Maudy habiskan waktunya dengan pria yang lebih tua darinya. Tidak berhenti sampai disitu, ternyata masih ada dua orang lagi yang menunggu dirinya untuk digilir.

Lagi dan lagi, Maudy hanya bisa pasrah dengan keadaan. "Kenapa kau begitu lemas, sayang? Bukankah permainan itu sangat nikmat, " Ucap Arman pada kekasih nya Maudy

"Aku lelah Arman. Aku mohon denganmu, cukup untuk hari ini saja, tidak dengan hari besok besoknya. " Mohon Maudy dengan wajah yang memelas

Raut wajah Arman seketika berubah menjadi dingin. "Kau harus melakukan pekerjaan ini setiap hari, menit bahkan detik. Kau tidak bisa menolaknya. " Tegas Arman dengan sorot mata yang tajam

"Tapi Arman, "

"Teruslah lakukan pekerjaan ini hingga uang untuk menikahi mu terkumpul. Setelah nya kau baru boleh berhenti, " Jawab arman membuat Maudy tersenyum kecil

"Maksudmu, uang hasil dari pekerjaan ku ini, sebagai tabungan untuk biaya kita menikah? "

"Ya, "

"Apa kau yakin dengan ucapan mu, Arman? Kau tidak sedang membohongi ku kan? "

"Untuk apa aku berbohong, di masa lalu, kau kan sudah terbiasa bekerja sebagai seorang *****. Dan aku adalah pria baik baik, jadi aku tidak mau uang hasil kerja kerasku untuk menikahimu. Kau yang sudah kotor, cocoknya dengan uang dari hasil yang kotor juga. " Jawabnya ogah ogahan

Meski kalimat terakhir terdengar tidak enak, tapi Maudy yang memang dasarnya sudah cinta mati pada Arman percaya begitu saja. "Baiklah jika memang itu niatmu. Aku tidak mempermasalahkan pekerjaan ku, asalkan kau benar benar menikahi ku nanti nya. " Ucap Maudy dengan bahagia

Arman tersenyum simpul. "Dasar wanita bodoh! Kau pikir, aku akan benar benar menikahi mu? Cih! Aku tidak akan pernah melakukan hal itu, dan uang yang hasil kerja kerasmu ini akan aku manfaatkan ke hal yang tentunya adalah kesenangan ku. Ada untung nya juga kau cinta mati dengan ku, Maudy. " Batin Arman tersenyum smirk

***

"Kau dari mana, Arkan? " Tanya Melody pada suaminya

"Aku baru saja dari kafe, bertemu dengan Maudy, kakakmu. Aku sudah menemukan bukti yang akurat tentang kejahatan Arman. Dan Maudy percaya dengan semua bukti itu."

Melody mengernyit mendengar jawaban suaminya, Arkan, yang baru saja pulang. Ruangan yang semula hening, kini terasa tegang dengan berita yang dibawa Arkan.

"Kau bertemu kak Maudy? Di kafe mana?" tanya Melody, matanya menajam mencoba membaca ekspresi wajah Arkan.

"Di kafe Jalan Jaksa. Maudy terkejut saat aku menunjukkan bukti-bukti itu padanya. Dia tak menyangka ternyata Arman benar benar bisa melakukan hal seburuk itu," jawab Arkan, dia melepas jaketnya dan memberi kode pada Fajar agar segera pergi dari hadapanya dan juga Melody.

Melody menundukkan kepala, mencoba mencerna semua informasi itu. "Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang? Maudy percaya begitu saja pada bukti itu?"

Arkan mengangguk, "Iya, dia percaya. Bahkan dia bilang juga mengucapkan Terima kasih pada kita karena sudah menunjukkan semua kejahatan Arman."

Tiba-tiba, Melody merasa sebuah beban berat terangkat dari pundaknya, namun di saat yang sama, kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya mulai menghantui pikirannya. "Syukur lah kalau begitu, aku harap kak Maudy melakukan tindakan pada Arman."

Arkan menggenggam tangan Melody, memberikan dukungan. "Aku juga berharap seperti itu, "

Melody mengangguk lemah, membalas genggaman tangan Arkan. Di luar, langit mulai menggelap, seolah turut merasakan kegelisahan yang kini menyelimuti hati mereka berdua.

***

Melody merasa tidak enak ketika tiba-tiba datang bulan di rumah Arkan, suaminya, yang hanya memiliki asisten pria bernama Fajar. Dengan raut wajah yang memerah, ia memanggil Fajar ke ruang tamu. " Kak Fajar, tolong belikan saya pembalut yang bersayap, ya. Di minimarket sebelah sana," ucap Melody sambil memberikan uang dan menunduk malu.

Fajar, yang sedikit bingung dengan permintaan itu, hanya bisa mengangguk sambil tersenyum simpul. Dalam hati, ia berdoa agar tidak salah membeli karena ini adalah kali pertama ia diperintah untuk membeli barang seperti itu.

Di minimarket, Fajar berdiri lama di depan rak pembalut, matanya bolak-balik membandingkan satu merek dengan merek lainnya. Ia tampak sangat serius, bahkan sampai tidak menyadari bahwa beberapa orang pelanggan lain mulai memberikan pandangan aneh kepadanya.

Setelah berpikir panjang, Fajar memutuskan untuk menghubungi Arkan lewat pesan teks, "Arkan, beli yang bersayap yang mana nih?" tanpa sadar bahwa pesan itu ternyata terkirim ke grup keluarga Arkan yang berisikan saudara dan beberapa kerabat dekat.

Tak lama kemudian, ponsel Fajar berdering dengan panggilan dari Arkan yang tertawa terbahak-bahak. "Fajar, itu pembalut untuk Melody, bukan untuk dibahas di grup keluarga!" kata Arkan masih dengan tawa yang belum juga reda.

Fajar merasa muka nya panas, dia membeli pembalut yang dianggapnya benar, dan bergegas kembali ke rumah Arkan dengan perasaan campur aduk; malu sekaligus lega telah menyelesaikan tugas yang tidak biasa ini.

Fajar berdiri di ruang tamu, dengan ponsel masih tergenggam erat di tangannya. Matanya memandang lurus ke depan, seolah mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan situasi yang baru saja terjadi. Pipinya terasa panas, memerah seiring detak jantungnya yang berpacu kencang.

"Ini pesanan mu, " Fajar berdiri tepat disamping Melody

"Wah, kukira kau akan membeli barang yang salah, ternyata apa yang aku minta benar, Terima kasih kak, " Ucap Melody tersenyum senang.

"Ya, sama sama. Kalau begitu aku harus kembali kekantor, Arkan pasti akan kesusahan jika tak ada aku disamping nya. " Pamitnya dan Melody memberikan dua jempol pada Fajar.

Fajar pergi keluar dari rumah, hingga suara arkan kembali terdengar dibalik telpon. "Jadi, kamu benar-benar membawanya ke rumah?" suara Arkan yang masih terdengar geli di ujung sana membuat Fajar menghela napas berat.

"Iyalah, masa aku bawa barang itu ke kantor, yang benar saja. Aku sudah cukup malu di grup keluarga, jangan sampai lagi aku membuat malu dikantor. Mau ditaro dimana muka ku yang tampan ini," jawab Fajar dengan nada yang mencoba tetap tenang, meski perasaan malunya tidak bisa ia sembunyikan. Tawa Arkan di ujung telepon semakin membuat Fajar merasa seperti terperangkap dalam situasi yang konyol.

"Yah, setidaknya kamu mencoba membantu," Arkan akhirnya berkata, mencoba menenangkan. "Tapi lain kali, periksa lagi ya sebelum membeli sesuatu, dan mengirim pesan."

Fajar hanya bisa mengangguk, meski tahu Arkan tidak bisa melihatnya. Dia berjalan gontai menuju pintu untuk meninggalkan rumah Arkan, merasa campuran antara kelegaan karena tugasnya telah selesai, dan kebingungan atas kesalahan yang tidak terduga tersebut. Sebelum keluar, Fajar memandang sekali lagi ke arah ruangan dimana dia telah mengalami salah satu momen paling memalukan dalam hidupnya, berharap kejadian ini tidak akan pernah terulang kembali.

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!