NovelToon NovelToon
Gadis Incaran Tiga CEO Kembar

Gadis Incaran Tiga CEO Kembar

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa Fantasi / Nikah Kontrak / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Harem
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Fitria callista

Gricelin Noah Fallon ingin merayakan ulang tahun Calon Tunangannya Harley Gunawan dihotel, tak disangka Harley yang ditunggu tidak datang dan malah tiga pria lain yang masuk ke dalam kamar hotel yang dia pesan.

Dia yang sudah diberikan obat perangsang oleh ibu kandungnya tidak bisa menolak sentuhan pada kembar dan sangat hebat diatas ranjang.
Tak disangka, semua hal yang terjadi malam itu adalah konspirasi ibu kandungannya Marina Fallon, yang ingin menghancurkan hidupnya dan membuat Harley berpaling pada anak tirinya Diandra Atmaja.
Semua itu, ibunya lakukan untuk mendapatkan cinta dari suami dan anak tirinya.
Tapi takdir berkata lain, Gricelin yang hamil anak ketiga kembar itu malah dicintai secara ugal-ugalan, bahkan ketiga kembar itu membantunya balas dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria callista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 12

Gricelin menunggu Harley lebih dari satu jam, tapi pria itu tidak menampakkan batang hidungnya.

"Apakah mengambil mobil selama ini?" tanya Gricelin.

Gricelin yang merasa capek memilih duduk di bangku, sesaat setelah duduk mendapatkan telepon dari Rava.

Karena sedari tadi sedang banyak pikiran dan baru saja mengalami peristiwa yang mengejutkan, akhirnya Gricelin teringat.

Kalau saat ini orang yang peduli dengannya hanya Rava.

Harley ntah lah.

"Kamu pulang jam berapa, sayang?" tanya Rava dari balik telepon dengan suara cuek.

Tapi Rava yang memanggilnya dengan panggilan sayang.

Hal itu berhasil membuat hati Gricelin menghangat.

"Tuan Rava, maksudnya sayang. Bisakah kamu menjemputku digedung kosong sekolah sekarang? Aku mengalami musibah ... " Gricelin berusaha menjelaskan dengan suara perlahan, tapi belum sampai menyelesaikan ucapannya.

Rava sudah menyelanya. "Aku tutup dulu!"

Tiba- tiba telepon sudah mati.

Gricelin melongo.

"Apakah dia sedang sibuk?" gumam Gricelin dalam hatinya.

Tak berselang lama, mobil keluarga Harley datang.

Seorang supir turun dan berakata pada Gricelin. "Tuan Harley berada dirumah sakit. Jadi saya yang bertugas menjemput anda."

Kedua bola mata Gricelin langsung membelalak sempurna. "Apakah terjadi sesuatu yang buruk pada Kak Harley? Aku harus segera menyusulnya ke rumah sakit."

Dia dengan tergesa-gesa masuk ke dalam mobil, tanpa memperdulikan tubuhnya yang tersakiti sakit karena ulah Dustin tadi.

"Adik Anda tadi pingsan, sepertinya kelelahan dan kurang darah. Tuan Harley rajut terjadi hal yang buruk pada Nona Diandra. Jadi dia menunggunya di rumah sakit."

Mendengar penjelasan supir itu, Gricelin yang sudah masuk ke dalam mobil dan tinggal menutup pintu mobil akhirnya mengurungkan niatnya.

Dia pun keluar dari mobil, rasa kecewa dan rasa sakit sekarang ini kembali menghampiri dirinya.

Supir itu yang sebelumnya sudah masuk ke dalam mobil, sekarang kembali keluar mobil.

Mengikuti langkah Gricelin.

"Nona, Anda mau kemana? Tolong jangan persulit saya."

Gricelin berjalan menjauh.

Supir itu juga terus berjalan dibelakangnya.

Gricelin memilih mencari angkutan umum, dia ingin pergi meninggalkan kampus.

Walaupun sampai sekarang, Gricelin juga tidak tahu alamat rumah milik Rava yang penting dalam pikirannya dia ingin segera meninggalkan tempat terkutuk ini.

Tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna silver menghadang langkahnya.

"Rivan ... " ucap Gricelin.

Rivan dengan wajah acuh tak acuh langsung menggendong tubuh Gricelin.

"Rava menyuruhku menjemputmu! Sial sekali."

Ucapan Rivan membuat hati Gricelin sedikit sakit, tapi dia memilih acuh.

Lagian dia juga memahami kebencian Rivan, karena Rava menyuruhnya untuk menikahi dirinya juga.

"Kamu jangan percaya diri dan berpikir kalau aku punya perasaan padamu karena menggendong mu sekarang. Aku melakukan ini karena aku terburu-buru, mau menjemput 'pacarku'."

Rivan sengaja menekankan kata pacarku, berharap agar Gricelin sadar diri.

Gricelin yang dari awal memang tidak memiliki rasa apapun pada Rava, Rivan dan Regan tentu saja tidak menganggap penting perkataan Rivan barusan.

Gricelin menjawab, "baik Tuan muda Rivan."

Mendengar panggilan Gricelin yang terdengar begitu formal, membuat senyuman kemenangan Rivan memudar.

"Bocah ini ternyata tidak terpikat dengan pesonaku!" gumam Rivan dalam hatinya.

Dengan kasar dia melemparkan tubuh Gricelin ke kursi penumpang.

Lalu dia mengitari mobilnya, masuk ke kursi kemudi.

Sementara Gricelin dengan wajah kesal juga bergumam dalam hatinya. "Aku tahu kamu itu tampan, tapi wajahmu itu sangat konyol. Bahkan tingkahmu juga, kalau aku harus memilih, dibandingkan kamu ataupun Rava yang menyeramkan. Aku memilih Regan, tanpa mengenalku lebih dulu, dia memiliki empati yang tinggi bahkan mau mengeluarkan uang untuk membantuku."

Keduanya malah saling terdiam, tapi lamunan Gricelin yang lebih dulu buyar, saat tubuhnya terasa sangat sakit.

"Kenapa malah melamun? Katanya Tuan Rivan ingin menjemputnya pacarnya!"

Gricelin berbicara dengan nada dingin dan suara lumayan keras, hal itu sontak membuat Rivan menoleh.

Rivan dengan wajah canggung nampak menggaruk kepala belakangnya.

Baru saja menghidupkan mesin mobil, sopir keluarga Gunawan mengetuk kaca mobil Rivan.

Rivan membuka kaca mobilnya, dan bertanya, "Ada apa?"

"Tuan, tolong biar saya yang mengantar Nona Gricelin, dia harus menghadiri pesta ulang tahun calon mertuanya."

Rivan menoleh ke arah Gricelin.

Gricelin membalas tatapan Rivan, lalu tatapannya beralih ke arah sopir. "Tolong ya pak, bilangin sama Nyonya Aurora, kalau nanti malam saya pasti datang. Sekarang saya sedang ada urusan, tolong jangan halangi saya."

Rivan yang mengerti, tanpa banyak bicara menutup kaca jendela.

Lalu dia mulai mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.

Rivan tidak tahu, wanita disampingnya itu marga keluarganya apa, tempat tinggalnya dimana.

Dia sama sekali tidak mengenal Gricelin.

Gricelin pun sama, tidak mengenal Rivan bahkan juga tidak akan mencari tahu.

Didalam mobil kemasan begitu canggung.

Gricelin diam seraya menatap ke arah luar jendela mobil, sementara Rivan sibuk bertukar telepon dengan banyak orang sambil mengemudi.

Tiba-tiba ekspresi bahagia Rivan berubah, saat mendapatkan telepon dari Rava.

Wajahnya berubah kesal, tapi dia berusaha menyembunyikan ekspresinya itu.

Rivan mengangkat telepon dari kakaknya Rava.

Ternyata Rava memintanya untuk mengecek keadaan Gricelin, dan bertanya tentang apa yang sebelumnya terjadi.

Rivan bingung menjawab pertanyaan kakaknya karena dia lupa bertanya pada Gricelin.

"Uang jajanmu akan aku potong lima puluh persen!" Suara Rava menggema didalam earphone miliknya.

Rivan merengek seperti anak kecil. "Kakak!"

Rivan ingin kembali mengatakan sesuatu tapi telepon sudah dimatikan oleh kakaknya.

"Sial!"

Rivan melirik ke arah Gricelin, tentunya dia sangat malu mengingat sebelumnya dia bersikap manja pada Rava.

"Eh, ini Gricelin kenapa dari tadi posisinya nggak berubah ya?" gumam Rivan sambil mengamati dari spion dalam mobil.

Jantungnya berdebar tak menentu, membayangkan berbagai kemungkinan buruk.

"Coba cek deh," desaknya pada diri sendiri.

Dengan hati-hati, dia menepikan mobil dan langsung membuka pintu mobil sebelahnya.

Napasnya tertahan, jantungnya seakan berhenti, saat tangannya menyentuh tubuh Gricelin yang lemah.

"Ya Tuhan, wanita ini pingsan!" serunya histeris.

Dalam panik, saat dia mencoba menahan tubuh Gricelin, jas yang menutupi dada wanita itu tergelincir.

Terkejut, dia melihat baju di dada Gricelin yang robek dan wajahnya yang memar, seolah-olah telah dilecehkan.

"Ini pasti kerjaan orang! Oh tidak, kalau kakak tahu..." pikir Rivan, penuh kekhawatiran.

"Aku harus cepat menolongnya!" Rivan dengan cepat mengambil ponselnya, mencari nomor rumah sakait terdekat yang bisa dia hubungi untuk mendapatkan bantuan.

Setelah menghubungi pihak rumah sakit, Rivan memposisikan Gricelin senyaman dan seaman mungkin, lalu dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit.

Jantungnya terus berdetak begitu cepat, selain takut amarah Rava jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Gricelin.

Rivan juga terus terngiang-ngiang dada Gricelin, walaupun malam panas itu pernah terjadi tapi ntah kenapa sekarang ini dia sangat berhasrat.

Di rumah sakit, Gricelin tidak sadarkan diri.

"Napasnya lemah, tubuhnya memilki luka bagian dalam. Kenapa nggak membawanya dari tadi," ujar dokter wanita pada Rivan dengan nada marah.

Ekspresi wajah Rivan malah berubah kesal, dia tidak terima dimarahi oleh orang asing.

"Jangan sembarangan bicara yang, Dok! Saya itu nggak tahu apa yang terjadi pada gadis itu di kampusnya, saya tadi hanya bertugas menjemputnya."

Harley yang sedari tadi melihat bayangan Gricelin digendong Rivan pun mendekat, setelah memastikan jika pasien itu Gricelin dia semakin mendekat.

Dia ingin bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Rivan, tapi dokter itu sudah marah-marah lagi.

"Lihatlah wanita itu, dia sudah genti jantung!"

Rivan pun berteriak terkejut, "apa?"

Bukan hanya Rivan juga, tapi Harley juga.

1
Isolde
Author jago banget bikin cerita gini, 😍terharu
Fitria Callista: Terimakasih banyak untuk komennya kak, bikin semangat.
total 1 replies
SGhostter
Suka banget sama karakter di cerita ini, tambah banyak lagi ya thor!
Fitria Callista: terima kasih banyak kak sudah mau komen, jadi semangat mau nulis.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!