Arthea'S Secret

Arthea membuka matanya, dia terkejut mendapati dirinya tengah berdiri di sebuah kamar yang terlihat asing untuknya. Tak lama, sebuah pintu terbuka. Terlihat, seorang wanita hamil berjalan masuk ke dalam kamar dengan tergesa-gesa. Ekspresinya terlihat kesal, dan tak lama seorang pria pun datang menyusulnya.

"Bunda, Ayah." Gumam Arthea dengan mata berkaca-kaca. Dirinya melihat sang Bunda yang seolah tengah berdebat dengan ayahnya di hadapannya.

Keduanya terus berdebat aneh, Arthea tidak bisa mendengarkan perdebatan keduanya. Kehadirannya, seolah hanya sebuah bayangan. Sang ayah dan sang bunda seakan tak melihat kehadirannya yang menyaksikan perdebatan keduanya. Sampai, telinga Arthea terasa berdenging kuat. Perlahan, suara keduanya terdengar olehnya.

"Kendrick, usia kandunganku sudah enam bulan, tidak mungkin menggugurkannya begitu saja!"

"Rose, tolong. Aku minta tolong padamu, aku tidak ingin kehilanganmu. Kamu tahu tentang kutukan keluarga ini bukan? Kamu tahukan? Jika menantu keluarga ini melahirkan seorang anak perempuan, dia akan meninggal. Aku kehilangan ibuku, karena adik perempuanku. Aku tidak mau kehilangan untuk ke sekian kali nya."

Roseanne, wanita yang paling di cintai oleh Kendrick. Tepat hari ini, keduanya baru tahu tentang jenis kelamin calon buah hati mereka. Perdebatan terjadi, dan semakin menegang. Sampai, Rose meraih wajah Kendrick dan mengelusnya lembut.

"Kendrick, aku tidak percaya dengan kutukan itu. Aku yakin, aku dapat bertahan dan melahirkan buah hati kita. Percayalah,"

Kendrick menggelengkan kepalanya, air matanya luruh membasahi pipinya. "Dia tidak akan bertahan melebihi usia dua puluh tahun, sayang. Dia akan menderita, dia akan menderita hiks ...."

Arthea mengerjapkan matanya, kehadiran Roseanne dan Kendrick tiba-tiba menghilang dari pandangannya. D4danya terasa sesak, tubuhnya seolah hilang pijakan. Hingga akhirnya, dia kembali memejamkan matanya.

"Thea, Thea dengar ayah?"

Arthea membuka matanya, dia melihat wajah sang ayah yang menatapnya dengan raut wajah yang panik. Tatapannya beralih ke samping kanannya, dimana Vero tetap memperhatikannya. Tubuhnya entah mengapa sulit di gerakkan, tapi perlahan Arthea dapat menggerakkannya walau terasa sangat sakit.

"Minum dulu." Kendrick memberikan air untuk Arthea, tapi lebih dulu dia mendudukkan gadis kecil itu.

Setelah tenggorokannya basah dengan air itu, Arthea kembali menatap Vero. Seolah ada yang ingin di bicarakan, Vero langsung paham. Dia mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, dan menatap Arthea dengan lekat.

"Tiga jam kamu tertidur, apa yang kamu rasakan sekarang?" Tanya Vero memulai obrolan.

"Bunda." Lirih Arthea dengan suara bergetar.

Kendrick dan Vero bertatapan sebentar sebelum kembali menatap Arthea yang sedang mencebikkan bibirnya. Melihat itu, Kendrick meraih Arthea dalam pelukannya dan mengelus punggungnya dengan lembut.

"Arthea, apa kamu sadar apa yang terjadi dalam hidupmu?" Tanya Vero yang di balas anggukan oleh Arthea.

"Thea jadi kecil lagi, lidahnya belok ceenak hati, nda kayak dulu." Gumam Arthea.

"Bisa kamu ceritakan apa yang terjadi sebelum akhirnya kamu kembali ke usia 5 tahun?"

Arthea menceritakan semuanya semua yang ia ingat di kehidupan sebelumnya. Bagaimana cara perlakuan ayah dan ketiga kakaknya. Sampai, dia menceritakan tentang malam dimana dirinya meminta tiga permintaan yng berakhir membawanya ke usia 5 tahun.

Kendrick yang mendengarnya tak sanggup menahan tangisnya, dia tidak melakukannya di kehidupan ini. Namun, dia merasa sangat bersalah karena telah mengurung putrinya bertahun-tahun tapi berakhir menyedihkan.

"Arthea, kamu harus tahu tentang keluarga ini."

Arthea mengerutkan keningnya dalam saat Vero memberikannya sebuah buku hitam yang sempat dia baca. Buku itu di letakkan di pangkuannya, tetapi Arthea langsung mendorong buku itu dari pangkuannya.

"Belaaaat! Telgencet kaki Thea tau nda?!" Protes Arthea dengan lirikan tajam.

Walau kesal, Arthea tetap membuka buku itu dari awal. Dia membacanya, dan memahaminya. Vero dan Kendrick menunggu Arthea selesai membaca, dan pastinya akan cukup lama memakan waktu.

Keluarga Edbert sebelumnya hidup dengan baik, dan keharmonisan yang cukup di idamkan semua orang. Sampai, seorang wanita datang dan membawa seorang bayi. Dirinya mengaku, jika Tuan Hadley Edbert yang telah menghamilinya. Dalam keadaan, saat itu Nyonya Anthea sedang mengandung putra pertamanya, Kendrick Edbert.

Tuan Hadley menyangkal mengenali wanita itu. Hingga membuat Nyonya Anthea mengalami pendarahan hebat dan untunglah Kendrick Edbert lahir dengan selamat. Namun, masalah tidak sampai di situ saja. Wanita itu kembali datang dan mengatakan janji Tuan Hadley untuk menikahinya. Alih-alih di tepati, Tuan Hadley justru menikahi Nyonya Anthea.

Hingga saat hari dimana kelahiran putra pertama Tuan Hadley Edbert, di sanalah kemarahannya memuncak.

"AKU BERSUMPAH, AKU MENGUTUK KELUARGA INI! TIDAK AKAN ADA KETURUNAN PEREMPUAN YANG LAHIR DARI KELUARGA INI KECUALI DIA AKAN MATI SEBELUM USIANYA 20 TAHUN! KALIAN AKAN MERASAKAN KEPEDIHAN YANG LEBIH PEDIH DARI APA YANG AKU DAN ANAKKU RASAKAN! KELUARGA EDBERT AKAN HANCUR!"

Raut wajah Arthea menegang saat membaca kalimat kutukan itu. Sejenak, dia mengalihkan pandangannya, menatap Kendrick yang terlihat khawatir padanya. Namun, Arthea kembali membacanya.

"Thea kila cuman ada kutukan pangelan kodok." Gumamnya.

"Kutukan itu terus berlanjut, sampai kita bertemu kembali dengan keturunan wanita itu."

"Kutukannya belhenti?" Tanya Arthea penasaran akan ucapan Vero.

Vero terdiam sebentar sebelum kembali berbicara, "Kutukannya akan berhenti. Berhenti dengan kamu selamat, atau ... berhenti dengan kematianmu."

_____

Maap baru muncul😁✌️