Frans tak pernah menunjukkan perasaannya pada Anna, hingga di detik terakhir hidup Anna. Wanita itu baru tahu, kalau orang yang selama ini melindunginya adalah Frans, kakak iparnya, yang bahkan melompat ke dalam api untuk menyelamatkannya.
Anna menitihkan air mata darah, penyesalan yang begitu besar. Ferdi, pria yang dia cintai ternyata hanya memanfaatkannya untuk mendapatkan perusahaan ayahnya dan kekayaan keluarga Anna.
Kedua tak selamat, dari kobaran api kebakaran yang di rancang oleh Ferdi dan Gina, selingkuhannya yang juga sahabat Anna.
Namun, Anna mendapatkan kesempatan kedua. Dia hidup kembali, terbangun tiga tahun sebelum pernikahannya dengan Ferdi. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 20.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Hilang Ingatan
Mata Gina tentu saja membulat, dia benar-benar terkejut. Bagaimana bisa dia tidak kenal Ferdi. Anna sangat mencintai Ferdi, mau laku apapun untuk Ferdi. Anna bahkan memberikan semua uang bulanan yang diberikan orang tuanya pada Ferdi.
Membelanjakan Ferdi setiap minggunya, bagaimana bisa melupakan Ferdi. Mereka bahkan berencana untuk bertunangan malam ini. Bagaimana bisa Anna mengatakan semua itu?
"Anna, kamu pasti bercanda kan?" tanya Gina.
Anton dan kedua orang tuanya yang memang sebelumnya sudah bicara dengan Anna hanya menghela nafas di depan Tommy dan Andara. Hingga Tommy dan Andara pun mendekati kedua orang tua Anna itu.
"Mas, mbak... ini Anna kenapa?" tanya Andara bingung.
Rio sebenarnya bukan orang yang suka berbohong. Tapi, demi rencana anaknya memutuskan Ferdi. Dan hal itu memang sangat dia inginkan sejak dulu. Rio berdekhem sebelum bicara.
"Kalian berdua pasti sudah mendengar tentang Anna yang hampir tenggelam di kolam beberapa waktu lalu"
Andara mengangguk. Tommy juga.
"Dokter bilang, beberapa ingatan Anna tentang kehidupannya beberapa waktu ini hilang"
"Amnesia?" tanya Andara terkejut.
"Bukan seperti itu, lebih tepatnya dia kehilangan ingatannya tentang Ferdi. Hanya tentang Ferdi!" kata Rio.
Gina yang mendengar itu sangat terkejut.
"Hanya tentang Ferdi?" tanyanya bingung.
Anton pun menghampiri Gina.
"Saat jatuh,. kepalanya sedikit terbentur. Ketakutan membuatnya emosional, hingga saat itu kata dokter, mungkin yang Anna pikirkan hanya seseorang yang sangat dia cintai, dan sangat dia harapkan menolongnya. Jadi, mungkin saat itu Ferdi yang ada di pikirannya. Tapi, karena yang menyelamatkannya bukan Ferdi, dia malah kehilangan ingatannya tentang Ferdi. Begitu kata dokter" jelas Anton.
Anna menahan tawanya dengan susah payah. Dia berusaha untuk jangan sampai tersenyum, apalagi tertawa. Meski.apa yang dikatakan oleh Anton itu sungguh menggelitik perutnya.
'Ya ampun kakak, penjelasan macam apa itu?' batinnya.
Gina langsung menjadi panik. Dia segera mendekati Anna.
"Anna, yang menyelamatkan kamu itu Ferdi. Dia yang menggendongmu membawa ke rumah sakit, tanpa alas kaki!" Gina mendramatisir kejadian itu.
"Kamu yakin Gina?" tanya Anton.
"Tentu saja kak, aku ada disana saat itu. Saat ke rumah sakit juga" kata Gina.
"Tapi kenapa saat aku tunjukkan foto Ferdi pada Anna, Anna bilang bukan dia yang menyelamatkannya saat dia hampir tenggelam!" kata Anton lagi.
Gina terkejut.
"Anna, kamu pasti salah. Ferdi jelas-jelas menyelamatkanmu!" kata Gina. Dia begitu teguh ingin meyakinkan Anna.
Anna memegang kepalanya.
"Aduh..."
Anton tentu saja sangat sigap membantu Anna.
"Kamu kenapa Anna?" tanya Anton khawatir.
"Gina, cukup! Anna masih dalam masa pemulihan. Jangan katakan sesuatu yang membuatnya sakit kepala!" kata Rio.
"Tapi paman..."
Andara segera menarik lengan Gina.
"Gina, sudah" bisiknya tegas.
Gina pun mendesah kasar. Kalau begini ceritanya, rencananya bisa kacau. Dia dan Ferdi bisa gagal.
Padahal mereka sudah menyusun rencana dengan baik. Jika saat ini mereka bertunangan, maka akan sangat mudah membicarakan pernikahan ke depannya. Setelah Ferdi menikah, dan mendapatkan kepercayaan Anna. Tentu saja lebih mudah bagi Ferdi menguasai harta Anna.
Sekarang malah kacau begini. Kenapa Anna malah hilang ingatan tapi cuma pada Ferdi. Gina juga sangat kesal, kenapa Ferdi bahkan belum datang.
**
Di tempat berbeda, Ferdi yang sudah mengenakan setelan jas lengkap, malah sedang berada di kantor polisi. Bersama dengan Frans yang baru datang.
Polisi menyita ponselnya, dan memperbolehkan Ferdi hanya menghubungi satu orang saja. Dan yang dia hubungi tentu saja Frans.
"Aku sudah menandatangani surat jaminan. Jangan lakukan hal ini lagi, jika tidak aku tidak yakin bisa menjaminmu lagi. Kamu harus tahu, kebutuhan keluarga kita..."
"Apa kamu pikir aku sebodoh itu?" pekik Ferdi menyela Frans.
Ferdi tampak kesal, pakaiannya yang mahal rusak. Dan wajahnya banyak lebam.
"Lalu bagaimana kamu bisa terlibat perkelahian itu?" tanya Frans dengan raut wajah yang sudah mulai emosi.
"Aku sudah katakan padamu kan? aku sedang menunggu taksi, aku mau pergi ke hotel, ke acara ulang tahun Anna. Tapi orang-orang itu datang dan menghajar ku! aku hanya membalas mereka, lalu para polisi ini datang!"
"Jangan ribut di sini! kalian boleh pulang. Ingat untuk tidak tawuran lagi!" kata seorang petugas.
Frans mengangguk paham. Dan segera membawa Ferdi yang terlihat masih kesal pada beberapa orang di dalam ruangan pemeriksaan itu.
"Lepaskan!" kata Ferdi menepis tangan Frans.
Pria itu mengusap wajahnya, dan terasa tidak nyaman. Bahkan salah satu sudut bibirnya juga berdarahh.
"Sial!!" pekiknya kesal.
Frans memberikan ponsel Ferdi pada adiknya itu.
"Ini ponselmu, aku rasa kamu masih bisa ke rumah sakit sendiri kan? aku harus kembali bekerja!" kata Frans yang langsung pergi begitu saja.
Menurut Frans percuma, bicara pada Ferdi yang sangat emosi itu hanya akan menimbulkan keributan dan perdebatan.
Ferdi membuka ponselnya. Pria itu berdecak kesal ketika melihat banyak panggilan tak terjawab dari Gina. Dan pesan yang berisi kekesalan Gina, karena Ferdi tak kunjung datang.
Ferdi mendengus kesal.
"Aku tidak mungkin datang dengan kondisi babak belur begini" gumamnya lalu menghubungi Gina.
[Mas, pestanya hampir berakhir. Kamu dimana?]
"Aku baru keluar dari kantor polisi..."
[Hah, kantor polisi?"]
"Ck, preman-preman sialann itu salah sasaran katanya! Brengsekk! aku tidak bisa ke pesta itu, aku mau ke rumah sakit. Jasku juga rusak, kemejaku sobek. Kacau!"
[Kenapa bisa begitu, kamu tahu tidak! di sini juga kacau. Anna hilang ingatan!]
"Apa?" pekik Ferdi yang semakin merasa kesal saja.
***
Bersambung...
" hay sayang " 🤣🤣🤣