NovelToon NovelToon
Pesona Cassanova

Pesona Cassanova

Status: tamat
Genre:Playboy / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:356.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rahma AR

Malam itu Rifanza baru saja menutup bagasi mobilnya sehabis berbelanja di sebuah minimarket. Dia dikejutlan oleh seseorang yang masuk ke dalam mobilnya.

Bersamaan dengan itu tampak banyak laki laki kekar yang berlari ke arahnya. Yang membuat Rifanza kaget mereka membawa pistol.

"Dia tidak ada di sini!" ucap salah seorang diantaranya dengan bahasa asing yang cukup Rifanza pahami. Dia memang aedang berada di negara orang.

Dengan tubuh gemetar, Rifanza memasuki mobil. Di sampingnya, seorang laki laki yang wajahnya tertutup rambut berbaring di jok kursinya. Tangannya memegang perutnya yang mengeluarkan darah.

"Antar aku ke apartemen xxx. Cepat!" perintahnya sambil menahan sakit.

Dia bukan orang asing? batin Rifanza kaget.

"Kenapa kita ngga ke rumah sakit aja?" Rifanza panik, takut laki laki itu mati di dalam mobilnya. Akan panjang urusannya.

"Ikuti saja apa kata kataku," ucapnya sambil berpaling pada Rifanza. Mereka saling bertatapan. Wajahnya sangat tampan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jadi Stalker

"Oiya, tuan."

Shaka tersadar pasti wajah kesalnya terlihat oleh pengawalnya. Dia pun mengembalikan ponsel milik pengawalnya.

"Nama nona Rifanza Artalea, tuan muda."

Ooo.... Dasar, kasih tau nama aja ngga ikhlas, makinya dalam hati.

"Saya akan kembali ke apartemennya, tuan."

"Ya. Awasi dan katakan apa saja yang dia lakukan."

"Siap, tuan muda." Pengawalnya segera keluar meninggalkan ruangannya.

Dia sudah menjadi stalker sekarang. Sangat menyedihkan. Kalo Rajata sampai tau pasti dia akan dibully abis abisan

Shaka berjalan ke arah luar jendela yang ada di ruangannya. Menatap jauh ke atas langit

Gadis itu nanti datang ngga, ya, ke apartemennya? Setidaknya mengucapkan terimakasih?

Dia menghela nafas perlahan karena sakit pada lukanya masih terasa.

*

*

*

Rifanza tersenyum, mobilnya sangat bersih dan wangi kini. Bahkan lebih bersih dan wangi dari tenpat car wash langganannya.

Perlukah dia berterimakasih?

Tapi bukankah itu sudah kewajibannya.

Rifanza melangkah ke arah lift dengan cukup banyak gayutan pikirannya.

Lukanya sudah sembuh belum, ya.

Coba tadi minta aja nomer ponselnya, kan, tinggal kirim pesan makasih aja, sesalnya dalam hati.

Rifanza melangkah pelan setelah pintu lift terbuka. Berharap laki laki itu ada di sana, bersandar di dekat pintu kamar unitnya.

Tapi kemudian dia mengenyahkan pikiran ngga benarnya saat laki laki itu ngga ada di sana.

Berapa lama, ya, dia menunggu di sini tadi?

Tanpa sadar bibir Rifanza melengkungkan senyumnya.

Otaknya sudah ngga sehat rupanya. Kenapa dia malah memikirkan bos bandar itu. Kalo mamanya tau, pasti dia bakalan disuruh langsung pulang.

Tapi ngga tau kenapa, atau dia memang sudah gila, bibirnya ngga berhenti mengembangkan senyum manisnya.

Sayang dia bos bandar obat terlarang. Coba bos biasa aja, batinnya lagi setelah masuk ke dalam kamar apartemennya.

Tapi ngga mungkinlah, sekaya itu hanya bos biasa aja. Kecuali dia pewaris grup besar yang ada di novel novel romantis.

Memikirkan hal itu saja sudah membuat puluhan kupu kupu mengepakkan sayap di sekitarnya.

*

*

,*

Shaka bermaksud lembur sampai malam larut, untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda kemarin.

Pulang ke apartemen paling tinggal tidur. Mungkin sekarang dia harus meyakini pendapat Rajata. Udah ngga ada lagi yang mau dengan laki laki matang.

Iseng dia menelpon maminya.

"Mam," ucapnya begitu telponnya diterima maminya.

"Ada apa, sayang? Kamu masih di kantor?"

"Iya, mam. Masih banyak kerjaan."

"Sudah malam, kan?"

"Belum terlalu, mam," tawanya pelan mendengar nada khawatir mamanya.

Terdengar helaan nafasnya.

"Mam, aku mau sekarang dijodohkan." Begitu lebih baik, batin Shaka.

Sunyi.

"Yakin?" Suara maminya terdengar sangat senang.

"Iya, mam. Aku ngga punya waktu nyari calon istri. I'm busy, mam."

Terdengar suara tawa maminya.

"Oke, mami senang dengarnya. Kapan kamu pulang?"

"Dua minggu lagi, mam."

"Oke. Oh ya, daddy mau bicara."

Belum sempat Shaka menjawab, suara ejekan daddynya terdengar.

"Kenapa? Sudah lelah?" Kemudian tawa daddynya menguar sampai Shaka menjauhkan ponselnya.

"Ngga sempat nyari, dad."

"Si kimberly yang ngejar ngejar kamu masih kamu tolak juga?"

Daddy tau dari mana? Jangan sampai tau peristiwa malam kemarin.

"Udah punya pacar dia, dad." Lagian dia seperti kata Rajata, menampung setiap perempuan yang datang padanya. Dan yang menyedihkan, yang dia inginkan ngga pernah datang.

"Rebut, dong. Masa kalah. Perlu daddy tambahkan pengawal atau anak om Devin aja Daddy kirim ke sana?"

"Sudah ada Rajata, kalo.daddy ngga lupa," sindir Shaka. Rajata yang bingung mau ngambil kuliah spesialis dokter dimana, langsung dikirimkan ke sini untuk menemaninya. Tepatnya mengawasi dan jadi mata mata dirinya. Untung saja mulut Rajata ngga ember.

Daddynya-Eriel, tertawa tergelak gelak.

"Cari sendiri dululah. Nanti kalo udah tiga puluh lima belum dapat pacar juga, baru minta mami carikan jodoh."

"Keburu tua, dad." Terdengar suara adik tengilnya yang menyela, kemudian tergelak bersama daddynya

Sukanya mereka mengejeknya, decak Shaka kesal dalam hati.

Tapi hatinya berubah girang ketika dia melihat nomer telpon pengawalnya yang sedang menghubunginya.

"Dad, sudah.dulu, ya. Ada telpon klien."

Maaf, dad.

"Pasti bohong," tebak adiknya lagi menyela.

Shaka mengabaikannya.

"Oke, oke," jawab daddynya maklum

"Salam buat mami.'

"Iya, daddy sampaikan."

Setelah daddynya memutuskan sambungan telponnya, suara pengawalnya pun terdengar.

"Tuan muda, saya sedang mengikuti nona."

Kening Shaka berkerut.

Dia mau kemana malam malam begini? Ngga kapok dengan kejadian kemarin? marahnya dalam.hati.

"Oke. Jangan dimatikan telponnya." Shaka mengenakan headset bluetoothnya.

Dia beneran stalker sekarang.

"Siap, tuan muda."

Shaka yang awalnya akan bekerja jadi tidak bisa konsentrasi, dadanya berdebar aneh menunggu kabar dari pengawalnya.

Setengah jam kemudian.

"Nona sepertinya akan ke apartemen tuan muda," lapor pengawalnya lagi.

"Apa?" Shaka bergegas keluar ruangannya, ngga dipedulikan tatap memuja para staf perempuannya

Dia segera masuk ke dalam lift yang terbuka menuju roof top perusahaan. Helinya terparkir di sana.

Dia mau berterimakasih? batinnya dengan debaran ngga menentu di dadanya. Padahal tadi detak jantungnya biasa biasa aja.

*

*

*

Malam ini Rifanza iseng aja membuat capcay di dapurnya. Kebetulan kemarin dia membeli sosis dan bakso, juga brokoli dan wortel.

Dia suka ngga ya? Rifanza kembali meragu.

Ini yang terakhir, setelah ini pura pura ngga kenal, batinnya seolah menegaskan kalo tindakannya ngga salah.

Rifanza memasukkan capcaynya ke dalam mangkok bekal.

Lukanya sudah sembuh belum, ya? Tapi dia nampak baik baik saja tadi.

Rifanza menghembuskan nafas panjang.

Kenapa dia jadi aneh begini?

Rifanza kemudian mengganti pakaiannya, berdandan sedikit flawles.

Dia menatap cukup lama dirinya di cermin.

Dia ngga seperti masuk ke kandang harimau, kan?

Kembali.Rifanza menghela nafas.

Sekali ini saja. Besok lupakan, tekatnya dalam hati.

*

*

*

Rifanza menekan bel dengan jantung yang semakin cepat berdetak.

Sepanjang perjalanannya ke sini, jantungnya sudah ngga nornal.

Ngga nyampe sedetik pintu pun terbuka.

Shaka berdiri menatapnya dengan mengenakan kaos oblong dan celana kain selutut.

Shaka menampilkan ekspresi heran yang natural.

"Ada apa?"

"Aku.... em.... mau ngasih kamu ini." Agak.gugup.Rifanza menjawab sambil menyerahkan paper bag yang berisi capcay buatannya.

Melihat respon Shaka yang hanya diam dan seolah tambah bingung, terpaksa Rifanza menjelaskan.

"Aku masak capcay. Ngga tau, sih, kamu suka atau engga."

"Kamu masak?" Shaka beneran ngga nyangka.

Dia bisa masak juga, ya.

Rifanza mengangguk dengan pipi merona.

"Aku suka capcay."

Rifanza tambah berdebar mendengarnya.

Shaka tersenyum lembut.

Tapi sebelum Shaka meraih paper bag itu, terdengar banyak derap langkah yang berlarian menuju ke arah mereka.

Terlihat seorang perempuan muda, bule, cantik yang sedang berlari ke arah mereka. Di belakangnya ada beberapa pengawal yang mengejar.

"SHAKA...!" teriak perempuan bule itu lantang.

Shaka menatap sebal.

Kenapa pengawalnya tidak bisa menangkapnya.

1
💟노르 아스마💟
👏👏👏👏👏👏
Novano Asih
😄😄😄😄
Novano Asih
Aku merasa kalau Sakti itu sudah diambang batas kesabarannya dulu masih bisa memaafkan skrg kayaknya udah nggak bisa karena Sheila juga udah keterlaluan
Novano Asih
ini yg kusuka dari mereka dari kakek buyutnya sampai skrg generasi keempat kalau nggak salah 🤭🤭tetep kompak dan solid
Novano Asih
syukurin 🤭🤭
Novano Asih
si Sheila enak aja mau nyelonong ke ruang operasi pdhal disitu ada Sakti dan anknya gedeg juga lama"Kama Sheila
Novano Asih
😄😄😄Sean udah mundur duluan karena mandang bpknya
Novano Asih
kalau menurutku Sheila nya yg blm move on dari Shaka ,Dia selalu mendekati Shaka dengan alasan anknya dekat sama omnya kasihan Sakti y
Novano Asih
ternyata Malik sama Haykal melihat Shaka pdhal udah tengok kanan kiri😄😄
Novano Asih
hahaha lha emang anknya kan jenius
Novano Asih
🤣🤣🤣🤣Cito anknya siapa y kok manggilnya om
Novano Asih
kok lengan bukannya perut😄😄
Novano Asih
emang turunannya Fazza yang lgsg sat set 🤭🤭
Novano Asih
sudah kuduga pasti Malik🤭🤭
Novano Asih
mungkinkah Rifansa???
Novano Asih
salah paham melulu kayak benang ruwet😄😄
Novano Asih
Eealah ternyata emang turunannya Eriel kukira Shaka kalem ternyata oh ternyata
Novano Asih
pikirannya Rifansa terlalu jauh 🤭
Pascal Lea
Senyum sendiri ngeliat nama tokoh dalam kisah ini yang sama dengan nama anak-anakku yaitu Eriel,Tabitha dan Lea
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!