NovelToon NovelToon
Pelacur Milik Sang CEO

Pelacur Milik Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta Terlarang / Mengubah Takdir
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Ayla, pegawai biasa yang diangkat menjadi resepsionis di perusahaan terkenal, terpaksa menjadi wanita malam demi biaya pengobatan adiknya. Di malam pertamanya, ia harus melayani pria yang tak disangka—bosnya sendiri. Berbeda penampilan, sang CEO tak mengenalinya, tapi justru terobsesi. Saat hidup Ayla mulai membaik dan ia berhenti dari pekerjaan gelapnya, sang bos justru terus mencari wanita misterius yang pernah bersamanya—tanpa tahu wanita itu ada di dekatnya setiap hari. Namun, skandal tersebut juga mengakibatkan Hana hamil anak bosnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memenangkan Awards

Leo mengangguk pelan sembari menampilkan senyum sopan di wajahnya. Sementara itu, Nyonya Ria pun ikut tersenyum lebar, memperlihatkan gurat kebahagiaan yang sulit disembunyikan. Ia tentu masih mengingat dengan jelas siapa pria muda yang kini berdiri di hadapannya—seseorang yang dahulu sering membantunya dalam banyak hal, bahkan telah ia anggap layaknya putra kandung sendiri karena kedekatan dan perhatian yang pria itu tunjukkan.

"Setelah sekian lama tidak bertemu, kau lupa panggilanmu untukku?" ucap Ria dengan nada lembut yang sedikit menggoda, menyiratkan kerinduan sekaligus kehangatan dari masa lalu.

Leo tersenyum kecil menanggapi pertanyaan itu. Tentu saja ia masih mengingat panggilan khas itu. Namun karena sudah lama tak berjumpa, ia menahan diri untuk tidak bersikap terlalu akrab. Ia tak ingin terlihat lancang atau berlebihan—siapa tahu keadaan telah berubah, dan hubungan mereka tak sehangat dulu. Lagipula, kedekatan mereka memang tak sedekat dahulu, terlebih sejak mereka sudah tidak lagi ketemu sesering sebelumnya.

“Ama,” ujar Leo pelan, matanya sedikit melembut saat kenangan itu kembali berputar dalam benaknya. Ia akhirnya menyebut panggilan khas yang dulu begitu lekat dalam hubungan mereka.

Ria tersenyum haru mendengarnya, senyumnya merekah dengan penuh kehangatan.

“Tentu saja, kau harus tetap memanggilku dengan sebutan itu,” ucapnya, suaranya lembut namun tegas, seolah ingin menegaskan bahwa jarak dan waktu tak mengubah ikatan batin mereka. “Kau sudah seperti putraku sendiri, Leo. Bahkan Ama lihat, kau kini semakin maju, semakin dewasa. Namamu makin dikenal orang. Ama bangga padamu.”

Pujian itu terlontar dengan tulus, tanpa ada sedikit pun nada basa-basi. Walaupun Ria kini jarang tampil di hadapan publik, bukan berarti ia tak mengikuti perkembangan yang terjadi, terutama kabar-kabar terbaru tentang Leo. Dia tetap mengikuti dari jauh, mendengar dari orang-orang, melihat dari berita atau sekilas percakapan. Bagi Ria, Leo bukanlah seseorang yang mudah dilupakan.

“Terima kasih, Ama,” ujar Leo sambil sedikit menundukkan kepala. Suaranya rendah, penuh rasa hormat dan syukur. Ia benar-benar menghargai perhatian wanita itu, wanita yang pernah menjadi bagian penting dalam masa mudanya.

Setelah jeda sesaat, Leo kembali membuka percakapan. Sebuah nama tiba-tiba muncul di benaknya, sosok yang tak kalah dekat dengannya di masa lalu.

“Bagaimana kabar Kak Elvan?” tanyanya dengan nada penuh minat, menyebut nama putra Ria yang dulu sangat ia hormati dan kagumi. Elvan, pria yang usianya hanya terpaut dua tahun lebih tua darinya, namun telah dianggapnya sebagai kakak kandung sendiri karena kedekatan mereka.

Sayangnya, akhir-akhir ini Leo jarang sekali mendengar kabar tentang pria itu. Entah karena kesibukan masing-masing, atau memang karena jarak yang perlahan menciptakan jeda dalam hubungan mereka. Tapi kenangan itu tetap ada. Dan rasa ingin tahunya akan keadaan Elvan tak bisa ia sembunyikan.

“Ah, dia sekarang sibuk mengurus bisnis di luar kota. Jadi, dia tidak bisa sering-sering datang ke sini,” ujar Ria sambil menghela napas singkat, menyiratkan kerinduan pada putranya yang kini lebih banyak menghabiskan waktu di luar daerah karena kesibukan pekerjaan.

Leo mengangguk pelan, memahami sepenuhnya bagaimana padatnya dunia bisnis yang sering menyita waktu dan jarak. Ia tahu Elvan bukan tipe yang suka berdiam diri, dan sejak dulu memang memiliki ambisi besar dalam mengembangkan usaha.

Namun sejenak kemudian, perhatian Ria tampak beralih. Tatapannya perlahan bergerak ke arah seorang gadis yang berdiri tidak jauh di belakang Leo. Gadis muda dengan ekspresi polos dan tatapan yang bersih, seakan belum banyak mengenal kerasnya dunia. Ria mengamati wajah itu sejenak, dengan sorot mata hangat dan penuh rasa ingin tahu, hingga membuat sang gadis yang menyadari pandangan itu menjadi sedikit canggung dan gugup. Ia menunduk, seolah menyembunyikan wajahnya di balik senyumnya yang malu-malu.

“Dia karyawan Leo, Ama,” ujar Leo cepat tanggap, menyadari arah tatapan Ria dan memahami maksudnya. Ia memperkenalkan Ayla singkat, namun cukup untuk menjelaskan posisi gadis itu.

Ria mengangguk mengerti, senyumnya kembali terbit dengan tulus. “Wajahnya sangat polos… lucu,” katanya sambil tersenyum lembut, matanya masih menatap Ayla dengan rasa hangat, seperti seorang ibu yang melihat gadis muda yang mengingatkannya pada masa lalu.

Ayla pun tersenyum malu-malu mendengar pujian itu. Ia menunduk sedikit sebagai bentuk sopan santun, sementara pipinya terlihat sedikit memerah karena kikuk.

Namun suasana tenang dan hangat itu tak berlangsung lama. Suara MC acara yang lantang dan penuh antusiasme tiba-tiba terdengar dari arah panggung, menarik seluruh perhatian para tamu yang hadir. Semua mata pun mulai tertuju ke depan. Momen yang telah lama dinanti akhirnya akan segera tiba. Pengumuman pemenang penghargaan dalam ajang award bisnis yang menandai kemajuan dan pencapaian besar di dunia usaha akan segera diumumkan.

Ruangan pun mulai dipenuhi aura antusias dan harap-harap cemas. Semua orang menanti dengan degup jantung yang tak sabar, termasuk Leo yang kini berdiri lebih tegap, bersiap menerima apapun hasil dari kerja keras yang selama ini ia bangun.

“Baiklah,” suara MC terdengar lantang melalui pengeras suara, menyita perhatian seluruh tamu undangan. “Setelah rangkaian acara yang telah berlangsung dengan lancar, tibalah kita pada momen yang paling ditunggu-tunggu malam ini. Saatnya mengumumkan penghargaan Business Youth Award tahun ini. Dimohon kepada para tamu untuk mendengarkannya dengan baik.”

Ruangan seketika menjadi lebih hening, meski tetap saja suara bisik-bisik kecil mulai terdengar di beberapa sudut. Banyak pasang mata kini tertuju ke satu sosok—Leonard Aryasatya. Pria muda yang tak hanya dikenal karena kemampuannya memimpin bisnis dengan cerdas, tapi juga karena rekam jejak prestasinya yang memukau. Para tamu bertanya-tanya dalam hati, mungkinkah Leo kembali memenangkan penghargaan ini secara berturut-turut?

“Ama yakin, kau pasti memenangkannya lagi,” bisik Ria pelan ke arah Leo, senyumnya penuh keyakinan dan harapan. Suaranya terdengar lembut, namun sarat kebanggaan.

Leo hanya membalas dengan sebuah senyum kecil. Ia tidak menjawab, hanya menatap lurus ke depan dengan tenang. Bagi Leo, penghargaan memang penting, tapi ia lebih fokus pada kerja keras yang telah ia lakukan untuk sampai sejauh ini.

Sementara itu, di sisi lain ruangan, sepasang suami istri muda tampak memperhatikan jalannya acara dari kursi mereka. Tatapan wanita itu—Viola—terarah penuh harap ke arah leo, yang berdiri tak jauh dari panggung. Di sisi lain, sang suami yaitu vino menatap kearah Leo dengan sorot mata tajam dan penuh selidik. Ada ketegangan tersirat, meskipun mereka tetap menjaga sikap di hadapan umum. Tentu saja mereka datang—Viola dan Vino—keduanya adalah bagian dari lingkaran bisnis yang sedang berkembang, dan kehadiran mereka bukan tanpa alasan.

Dan saat yang dinanti pun tiba.

“Penghargaan tahun ini… dimenangkan oleh… Leonard Aryasatya!” ucap MC dengan semangat tinggi, membaca nama pemenang dengan lantang.

Serentak, gemuruh tepuk tangan membahana memenuhi ruangan. Riuh sorak sorai menyambut pengumuman itu, seolah semua dugaan akhirnya terbukti. Leo kembali menjadi juara, membuktikan bahwa namanya masih bertahan sebagai sosok yang paling bersinar dalam dunia bisnis muda.

“Selamat, sayang!” ujar Ria penuh semangat sambil bertepuk tangan dengan ekspresi bangga. Leo menoleh sebentar, tersenyum hangat pada wanita yang telah dianggapnya seperti ibu sendiri.

“Terima kasih, Ama,” ucapnya tulus, sebelum ia melangkah naik ke atas panggung dengan percaya diri untuk menerima penghargaan yang kembali ditorehkannya.

Sementara itu, di tengah kegembiraan dan sorotan yang tertuju pada Leo, ada satu sosok yang justru terpinggirkan dari keramaian—Ayla. Gadis muda itu hanya menatap bosnya dari kejauhan. Ia memperhatikan bagaimana Leo dikelilingi oleh banyak orang penting, semua berebut memberikan ucapan selamat, senyuman, bahkan tawaran kerja sama.

Ayla menghela napas pelan dan menguap kecil. Baginya, momen ini terasa terlalu megah dan jujur saja… membosankan. Ia tidak terlalu mengerti dunia yang penuh dengan formalitas dan basa-basi seperti ini. Terlebih lagi, Nyonya Ria yang tadi menemaninya pun kini ikut mendekat ke arah Leo, bergabung dalam kerumunan.

Sekarang tinggal ia sendiri, berdiri diam di sudut ruangan, tanpa teman bicara, tanpa arah. Ia memandangi sekitar sejenak, lalu memutuskan untuk menghindar dari keramaian.

“Toilet, mungkin tempat terbaik saat ini,” gumamnya pelan sambil melangkah pergi dari area utama acara, berharap bisa menenangkan pikirannya sejenak.

1
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!