Dibunuh oleh putrinya sendiri membuat Kayana bersumpah untuk membalas setiap perbuatan keji sang putri saat ia diberikan kesempatan untuk hidup kembali. Doanya terkabul ia diberikan kesempatan hidup lagi, apakah ia akan membalas dendam kepada sang putri atau luluh karena sang putri berubah menjadi anak baik???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan dengan Sang miliarder
"Kenapa Ibu tidak pulang ke rumah, apa Ibu bertengkar lagi dengan ayah??" tanya Vanesa
"Kenapa, bukankah kamu juga senang jika Ibu dan ayah berpisah??" jawab Mala balik bertanya
"Tentu saja tidak Ibu, aku sedih kalau Ibu tidak pulang," sahut Vanesa
Mala tersenyum sinis mendengar jawaban sang putri.
Sebenarnya apa yang kamu rencanakan Nesa, bagaimana bisa kamu berubah secepat ini???
"Aku harap ibu baik-baik saja, dan bisa pulang ke rumah lagi," ucap Nesa membuyarkan lamunan Mala
"Semoga saja, maaf Nesa ibu masih ada urusan," ucap Mala
Ia pun berlalu pergi meninggalkan Vanessa. Tidak lama sebuah mobil mewah berhenti di depannya. Saat ia masuk kedalam mobil, Nesa hanya tersenyum dan melambaikan tangannya.
Mala menatap wajah gadis itu dari balik kaca mobil. Ia berpikir jauh tentang perubahan sikap putrinya.
Sementara itu di dalam mobil Laston mulai bertanya tentang Vanesa kepadanya.
"Apa Dia putrimu??" tanyanya lirih
Mala mengangguk, tanpa menampiknya.
"Kenapa kau tidak mengajaknya tinggal bersama mu?" tanya Laston
"Untuk Sementara ini aku belum bisa mengajaknya tinggal bersama kita. Aku sedang berpikir bagaimana caranya untuk merubah sikapnya menjadi dewasa," jawab Mala
"Ok, jadi apa hari ini kamu ingin menemui Ibu??"
Laston menatap wajah Mala yang terlihat gugup saat dirinya mengajak untuk menemui ibunya. Wajar saja, delapan belas tahun Mala sudah meninggalkan wanita itu tanpa kabar berita. Ada rasa malu dan sungkan untuk menemui sang ibu. Bagaimanapun juga ia sudah membuatnya kecewa, wajar jika ia malu untuk bertemu dengannya.
Jemari Mala tampak memilin ujung kemejanya. Pandangannya yang selalu tertunduk mengisyaratkan penyesalan yang mendalam atas semua perbuatannya di masa lalu.
"Aku malu, apa aku masih boleh menemuinya setelah apa yang sudah aku lakukan padanya?" ucap Mala dengan bibir yang bergetar
Seolah tahu apa yang dirasakan oleh sang adik, Laston pun mengusap kepalanya dengan lembut.
"Jangan khawatir Ibu sudah memaafkan semuanya. Ia sangat ingin bertemu dengan mu. Aku yakin jika kamu menemuinya sekarang kondisinya akan segera membaik," jawab Laston
Bola mata Mala seketika berbinar mendengar jawaban sang kakak. Rasa lega memberinya keberanian untuk menemui wanita yang begitu dirindukannya.
Mala pun mengangguk pelan. Laston memberikan sehelai tisu saat melihat air mata Mala mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Terimakasih kak,"
Hanya butuh waktu setengah jam mereka pun tiba di sebuah rumah sakit bergengsi di Jakarta.
Seorang wanita renta terbaring di ruang VIP dengan aneka infus yang menempel di tubuhnya.
Rasa sesak mulai menyerang Mala saat melihat wanita renta berambut putih terbaring dihadapannya. Penyesalan dan rasa bersalah kembali memenuhi relung kalbunya.
"Maafkan aku Ibu," ucapnya lirih
Digenggamnya tangan keriput yang begitu dingin dan ia pun menciumnya.
"Mala," suara lirih dan lemah serentak membuat Mala terkejut
Ia pun menoleh menatap wajah sendu sang ibu. Dilihatnya wajah sang ibu menatapnya penuh rindu. Air matanya seketika berderai membasahi wajahnya saat melihat wanita yang begitu dirindukannya tersenyum menatapnya.
"Maafkan Mala ibu," suara serak Mala terdengar memenuhi ruangan itu di lanjutkan tangisnya yang memilukan
Rasa bersalah karena sudah membuat sang ibu jatuh sakit membuatnya tak berhenti menangis, hingga Laston pun berusaha menenangkannya.
"Semuanya sudah berlalu, ibu sudah memaafkan mu nak. Ibu senang akhirnya kamu kembali pulang. Semoga kamu tidak meninggalkan Ibu lagi," ucap wanita itu
"Iya Bu, Mala berjanji tidak akan meninggalkan Ibu lagi," tandasnya
"Di mana suamimu?" tanya wanita itu
"Kami sudah bercerai Bu, itulah kenapa sekarang Mala kembali ke rumah. Aku tidak punya tempat lagi untuk bernaung, Aku hanya bisa kembali ke rumah ini dan tinggal bersamamu lagi," jawab Mala
"Pintu rumah ini selalu terbuka untukmu nak, kapanpun kau ingin kembali ibu akan selalu menerimamu dengan senang hati," jawab wanita itu
"Terimakasih banyak ibu, sekali lagi maafin Mala, karena sudah membuat mu seperti ini,"
"Ibu juga minta maaf karena tidak bisa memahami mu waktu itu, andai saja dulu ibu mengalah dan merestui hubungan kalian, kamu tidak akan pernah meninggalkan ibu," jawab wanita itu penuh penyesalan
"Ibu jangan merasa bersalah, justru aku berterimakasih kepada ibu. Karena sekarang aku bisa belajar dari kesalahan ku," jawab Mala
Seperti dugaan Laston, kondisi nyonya Wijaya pun langsung membaik setelah kunjungan Mala. Sepertinya wanita itu begitu merindukan putri bungsunya, hingga menahan sakit bertahun-tahun. Namun seketika penyakitnya mulai menghilang saat ia bertemu lagi dengan putri kesayangannya itu. Ia bahkan diperbolehkan pulang malam harinya.
Mala begitu senang mendengar kabar sang ibu yang sudah membaik. Ia bahkan menyambut kedatangannya dengan memasakkan aneka makanan kesukaan sang ibu.
Nyonya Wijaya begitu kagum saat mengetahui putri bungsunya yang manja tiba-tiba pandai memasak. Namun seketika senyumnya berubah saat melihat kelelahan di wajah sang putri.
"Kamu tidak perlu memasak seperti ini nak, biarkan para asisten rumah tangga saja yang memasak untuk ibu," ucapnya lirih
Mala pun langsung memeluk erat sang ibu, " Anggap saja ini sebagai bentuk permintaan maaf Mala pada ibu," jawab Mala sumringah
"Terimakasih sayang," ucap Nyonya Wijaya mengusap lembut kepala Mala
Mereka pun menikmati santap malam dengan gembira.
Saat mereka tengah asyik menikmati santap malam tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan Vanesa.
"Nenek, aku Vanesa putri ibu Mala," ucap gadis itu memperkenalkan dirinya
hadeh ada juga yg kyk gtu