Aku Kembali Sayang??
Seorang wanita tampak kelelahan setelah membersihkan toilet wanita. Sesekali ia mengatur nafasnya sambil mengusap dadanya yang terasa sesak karena kelelahan.
Bola matanya tertuju ke sebuah toilet yang masih mengeluarkan suara air mengalir. Hanya tinggal satu toilet lagi yang belum ia bersihkan karena ada seseorang di dalamnya.
Sambil menunggu Mala pun duduk sejenak untuk menghilangkan penat.
Sebuah suara yang begitu familiar terdengar dari balik pintu toilet. Netranya seketika membulat menatap toilet yang masih tertutup. Karena suasana sepi suara itu terdengar begitu jelas di telinganya.
"Ayah, kenapa wanita itu tidak mati juga, aku sudah bosan hidup susah!"
Seketika jantung Mala berdetak cepat mendengar ucapan itu.
"Kau bilang ingin menghabisinya tapi sampai kini dia masih hidup, aku malu ayah. Apa aku sendiri yang harus menyingkirkannya!"
Senyuman sinis tersirat di wajah Mala. Wanita itu tampak miris mendengar ucapan seorang anak yang begitu membenci ibunya sampai ingin membunuhnya.
"Kasian sekali wanita yang menjadi ibunya, ia pasti sangat tersiksa memiliki anak sepertinya,"
Merasa wanita itu akan lama di toilet, Mala memilih merapikan alat-alat kebersihannya. Saat ia hendak pergi pintu toilet pun terbuka.
Rasanya jantung wanita itu hendak melompat keluar saat melihat sosok yang keluar dari dalam toilet.
"Vanessa??"
Seketika tubuhnya terasa lemas saat melihat putri semata wayangnya keluar dari toilet. Ia benar-benar tak mengira jika wanita yang begitu membenci ibunya adalah putrinya sendiri.
"Tidak mungkin," pekiknya dalam hati
Belum sempat ia menegurnya seorang pria tampak menghampiri Putrinya.
"Sayang, lama sekali, aku sudah tidak sabar," ucap pria itu sambil menciumi Vanesa.
Merasa jengah melihat putrinya diperlukan tidak senonoh oleh pria asing membuat Mala langsung mendorong pria itu.
"Jangan sentuh putriku!" pekiknya
Vanesa begitu kaget saat melihat ibunya tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Ibu!" seru Vanesa dengan mat terbelalak
"What??" lelaki itu terlihat begitu shock saat mendengar Vanesa memanggilnya Ibu.
"She is your mom (Dia ibumu) !" ucapnya memandang jijik kearah Mala
Vanesa seketika menutup bibirnya. Ia keceplosan menyebut Mala Ibu di depan kekasihnya. Ia begitu takut saat melihat ekspresi Devin yang tak menyukai ibunya. Wajar saja karena selama ini Vanesa selalu mengaku sebagai putri seorang manajer.
Tak mau pacarannya mengetahui jika Mala adalah Ibunya, Vanesa segera mendorong sang Ibu hingga jatuh ke lantai.
"Bukan dia bukan ibuku," serunya menyakinkan sang kekasih
Lelaki itu tersenyum senang mendengarnya.
"Syukurlah, aku kira ibumu seorang tukang bersih-bersih," celetuknya menatap sinis ke arah Mala yang tergolek di lantai
"Mana mungkin, ibuku itu seorang manajer hotel. Kamu sudah pernah bertemu dengannya di sekolah," jawab Vanesa
"Iya aku ingat sayang, ya sudah kalau begitu ayo kita pergi. Aku sudah tak sabar untuk party malam ini!" Pria itu merangkul Vanesa dan menciumnya
Tentu saja Mala merasa begitu sakit hati saat mendengar penuturan sang putri yang tak mengakuinya sebagai ibu kandungnya. Ia hanya menahan rasa sakit itu tanpa mengeluarkan air mata. Ia tak mau terlihat cengeng di depan putri semata wayangnya.
Namun bukannya berempati saat melihat ibunya terluka, Vanesa justru tersebut senang dan mengajak Devin untuk pergi dari tempat itu.
Saat keduanya hendak pergi, Mala segera bangun dan melarang Vanes untuk pergi.
"Mau kemana kamu, sekarang sudah malam ayo pulang!" seru Mala menarik Vanesa
"Apa-apaan sih kamu!" seru Vanesa memberontak
Ia berusaha melepaskan lengan sang Ibu dan mendorongnya hingga Mala kembali terjungkal ke lantai.
Kali ini Vanesa mendorongnya lebih kencang hingga Mala terbentur ke westafel.
Mala merasa kepalanya begitu pusing hingga membuat pandangannya kabur.
Melihat wanita itu berusaha menghalang-halanginya pergi bersama sang kekasih, Devin pun menghampiri Mala dan menendangnya.
"Dasar orang miskin sialan, berani-beraninya kamu mengaku sebagai ibu kekasih ku!" gerutunya sambil menendangi Mala
Berkali-kali ia menendang tubuh ringkih Mala hingga membuat wanita itu merintih kesakitan.
Wanita itu berusaha menutupi wajahnya saat Pria itu berganti memukulinya.
Sebenarnya Vanesa merasa iba saat melihat Dev memukuli ibunya. Namun saat ia mengingat asuransi yang akan diterima jika ibunya meninggal rasa iba itupun seketika sirna.
"Mudah-mudahan saja ia cepat mati, agar aku bisa mendapatkan asuransi kematiannya!" ucapnya dalam hati
Setelah puas memukuli Mala, pria itu mengajak Vanesa pergi. Melihat Sang Ibu sekarat, Vanesa pun mendekati Ibunya.
"Aku harap kamu segera mati agar aku dan ayah tidak hidup miskin lagi!" ucap Vanesa dengan seringai di wajahnya
Betapa sakit hati Mala mendengar ucapan sang buah hati. Rasa sakit dan kesedihannya membuat asmanya kambuh hingga ia kesulitan bernafas.
Melihat ibunya kesulitan bernafas senyum Vanessa pun semakin mengembang. Ia merasa jika kematian ibunya sudah di ambang pintu.
"Tolong, ambilkan obat ibu di tas nak!" ucap Mala lirih
Vanesa pun menoleh kearah tas hitam yang tergeletak di atas westafel.
Ia pun beranjak mendekati tas tersebut. Diambilnya tas kecil milik sang ibu. Ia begitu bahagia saat melihat sebuah inhaler yang ada di dalamnya.
"Yes, tanpa inhaler ini, ibu pasti akan mati Karena kehabisan nafas!"
Vanesa merasa hari ini adalah hari keberuntungannya. Ia pun berjalan menghampiri sang ibu dan berjongkok di sampingnya.
"Kamu mau ini?" ucapnya sumringah
Mala seketika mengangguk, "Berikan itu pada ibu nak,_" ujarnya
"Ups, tidak semudah itu, aku justru akan membuat kamu terbebas dari penyakit mu untuk selamanya!"
Vanesa kemudian menginjak-injak inhaler tersebut hingga hancur.
Mala tak bisa berbuat apa-apa, tubuh lemasnya tak bisa menghentikan putrinya. Keringat dingin semakin deras membasahi wajahnya. Rasa sesak membuat pandangannya kabur.
"Ya Tuhan, kenapa aku bisa punya anak yang begitu jahat seperti dia, apa benar dia anakku. Jika tahu ia akan seperti ini padaku maka aku tidak mau melahirkannya ke dunia," ucapnya dalam hati
Seketika semua berubah menjadi gelap dan Mala pun terkulai di lantai. Vanesa pun buru-buru menghampirinya. Gadis itu segera memeriksa denyut nadi sang ibu untuk memastikan kondisinya.
"Yes, akhirnya dia mati juga, yeay akhirnya aku jadi orang kaya!!" seru Vanesa
Gadis itu kemudian menggandeng Devin dan mengajaknya pergi meninggalkan tempat itu.
Tiba-tiba Angin kencang berhembus membuat kedua sejoli itu terpental. Begitupun dengan mayat Mala yang terhempas keluar dari gedung.
*Dreett, dreett, dreett!!
Suara getar ponsel membangunkan Mala. Wanita itu terhenyak saat mendapati dirinya tertidur di samping westafel.
"Aku masih hidup???, yang benar saja, bukankah aku sudah mati karena Vanesa merusak inhaler ku," Mala menepuk-nepuk pipinya.
Suara dering ponsel mengalihkan perhatian Malam
"Halo," ucapnya lirih
"Selamat pagi ibu, saya Rahmawati wali kelas Vanesa, hari ini putri anda membuat masalah di sekolah, jadi saya harap anda segera datang ke sekolah untuk menyelesaikan masalah putri anda,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
🔵☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
waaaaaiiiiit, Mala bilang jika ibunya seorang manajer hotel dan Davin pernah bertemu dengan ibunya itu ??
siapa yang telah dibayar Mala untuk jadi ibu palsunya itu yaaak???
2025-03-10
2
🔵☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
lhoooo lhoooo pada saat Vanesa tahu Davin sedang menendang Mala berulang kali, Vanesa malah diam aja bahkan yang ada dalam pikirannya Vanesa saat itu adalah asuransi yang bakal ia terima jika Mala wafat🥺🥺🥺
2025-03-10
1
Emak Kam
Hallo Thor emak Kam mampir. penasaran Kisahnya
2025-03-10
2