Perpisahan selalu mengajarkan kita untuk menghargai, bahwa setiap saat bersama orang yang kita cintai adalah anugrah yang tidak boleh di sia-siakan.
Sama seperti gadis cantik yang sederhana bernama Lidya Anggraeni, gadis mandiri yang harus hidup sebatang kara setelah kepergian kedua orang tuanya. Sampai pada suatu keadaan mempertemukan dia dan seorang pengusaha muda Anggara Pradipta.
Perlahan-lahan kehidupan keduanya mulai berubah, mulai di warnai oleh cinta. Ketika masa lalu dari orang tua mereka terungkap, membuat keduanya berada dalam di lema. Ditambah dengan munculnya orang dari masa lalu Angga, kekuatan cinta mereka mulai di uji. Semuanya tahu bahwa Angga begitu mencintai orang dari masa lalu, Bahkan setelah 2 tahun perpisahan sangat sulit untuk melupakan nya.
Cinta memang memberikan kenangan indah, tapi cinta juga memberikan luka yang bisa menjadi kenangan. Di sinilah kepercayaan dan kekuatan cinta itu di uji, memilih kembali pada orang di masa lalu, ataukah memuali dengan orang baru dan mulai membuka lembaran baru pula.
Sedalam apa kekuatan cinta Lidya dan Angga? Sekuat apa mereka bisa bertahan?
Akankah Angga memilih Lidya ataukah kembali kepada dia, wanita di masa lalunya?
Penasaran kisah mereka seperti apa?
Yuk! ikuti kisah Angga dan Lidya, perjuangan Lidya untuk cintanya.
Let's go!! Mulai baca Guys!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mirna azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Bukankah cinta tidak harus selalu memiliki, kita bisa saling mencintai meski tidak bisa memiliki satu sama lain. Tuhan mempertemukan kita menumbuhkan rasa cinta, tetapi tidak untuk menyatukan kita.
...~Rifki Mahendra~...
***
"Kenapa kamu malah belain Sarah, pake acara nganterin dia segala lagi!" Shelsa mendengus kesal.
"Berapa kali aku bilang shel, Sarah itu sahabat aku. Kamu tau kan aku sama Sarah sudah lama saling kenal. Apalagi keluarga kami dulu rekan bisnis dan papa nya Sarah itu temen papi aku." jelas Rifki. Dia mencoba memberi pengertian kepada Shelsa.
Mereka kini ada di apartemen Shelsa, setelah mengantar Sarah ke toko kue Lidya Rifki pergi ke apartemen Shelsa untuk membujuk dan memberikan pengertian kepada nya. Tapi, Shelsa ya Shelsa dia gadis keras kepala dan egois, dia tidak akan mendengarkan orang lain.
"Ya, terus apa hubungannya sama aku. Pokoknya aku gak mau lagi liat kamu deket-deket sama dia, aku gak suka." ketus Shelsa. Dia masih kekeh meminta Rifki untuk tidak lagi dekat dengan Sarah.
Rifki menghela nafasnya panjang memijit pelan pelipisnya yang tiba-tiba saja kepalanya terasa ingin pecah, dia harus memilih antar kekasih nya dan sahabat nya.
"Shel!" lirih Rifki sambil meraih tangan shelsa dan menggenggam nya. "Aku gak bisa putusin hubungan persahabatan kami, tapi ya aku akan berusaha untuk menjauh dari Sarah. Dengan satu syarat..." seru Rifki.
Shelsa memincingkan matanya mendengar apa yang Rifki ucapkan " Syarat? Syarat apa?"
"Kamu gak boleh lagi gangguin Sarah, jangan pernah lagi cari masalah sama dia apa lagi yang seperti tadi. Aku janji bakalan jauhi dia."
Shelsa mengulas senyum penuh kemenangan kemudian berhambur kedalam dekapan Rifki "Aku janji Ki, aku gak akan gangguin dia lagi. Makasih Ki makasih!" ujar nya sambil memeluk Rifki erat.
Rifki mengelus Shelsa pelan dia memejamkan matanya menghela nafasnya panjang, mencoba untuk menguatkan dirinya sendiri atas keputusan yang diambil oleh nya.
'Maaf sar, mungkin untuk sekarang ini lebih baik. Aku tau kamu pasti kecewa sama aku tapi ini pilihan terbaik, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini, sabar lah samapi tujuan ku tercapai.' batin Rifki.
***
Hari sudah semakin menggelap Lidya baru saja menutup toko kue nya, dengan di temani Nina pekerja toko kue nya dan Sarah. Hari ini toko kue itu sangat ramai di datangi pembeli, karena memang tempat dan rasa kue yang sudah terkenal sewaktu di kelola bunda dulu jadi Lidya hanya tinggal meneruskan saja para pelanggan sudah pasti akan banyak.
"Kak, Nina pulang dulu ya. Sampai ketemu besok!" pamit Nina sopan.
"Ehh iya mbak, hati-hati di jalan." jawab Lidya.
Kenapa kok Lidya manggil Nina mbak, dan Nina manggil Lidya kakak? karena Lidya itu bos nya Nina tetapi tidak mau di panggil bos atau ibu, jadi lah Nina memanggilnya kakak, sementara Lidya dia tidak enak hati jiga memanggil Nina tanpa embel-embel 'mbak' kerena umur Nina lebih tua dari Lidya.
Setelah Nina pulang lebih dulu tak lama mobil David yang menjemput Sarah pun tiba, Sarah meminta di jemput kakaknya saja daripada dia naik taxsi keluar ongkos lagi, kan sayang uang nya buat di tabung untuk masa depan yang lebih cerah lagi pikir Sarah.
"Lid kamu beneran gak mau pulang bareng kita, nanti aku anterin kok sampe rumah. Kalo kamu nungguin taxsi lama lagi terus sudah malam juga, kamu gak takut emang?" bujuk Sarah.
Lidya menggeleng kan kepalanya "Aku gak apa-apa sar, aku bisa kok pulang sendiri." tolak Lidya.
"Tapi lid-------" belum sempat Sarah melanjutkan ucapannya, dengan cepat Lidya memotong nya.
"Sssttt.....udah kamu pulang aja, kasian tuh kak David habis kerja langsung jemput kamu. Dia pasti belum pulang dulu kerumah, pasti habis dari kantor langsung ke sini." imbuh Lidya seraya menunjuk kearah David dengan dagunya.
"Huuuhhhff....ya sudah, aku pulang duluan. Kamu hati hati di sini sendirian kalo taxsi nya gak ada kamu masuk lagi aja kedalam toko terus nginep di toko aja." saran Sarah pada akhirnya.
"Iya bawel, udah sana." jawab Lidya.
Sarah berjalan meninggalkan Lidya menuju mobil David, kemudian masuk mendudukan dirinya di kursi depan samping setir. Mobil yang Sarah tumpangi beranjak dari sana.
Tak lama setelah mobil David tidak terlihat dari tempatnya Lidya berdiri, sebuah mobil sport merah berhenti tepat di depan nya. Sudah bisa Lidya tebak siapa pemilik mobil ini, dan benar saja dugaan Lidya terlihat seorang lelaki tampan dengan gaya cool nya keluar dari sana berjalan menghampiri nya.
"Hai...tokonya sudah tutup?" tanyanya basa basi.
"Iya kak sudah, kakak mau beli kue?"
"Ahh tidak juga, tadi hanya kebetulan lewat aja. Terus gak sengaja liat kamu lagi berdiri di sini sendirian, nungguin siapa?" Ujarnya berbohong. Mana mungkin dia tidak sengaja lewat sedangkan letak toko kue itu dan rumahnya berbeda.
"Aku nunggu taxsi lewat kak, tapi masih belum ada yang lewat dari tadi." jawab Lidya.
'Huhh..... bagaimana cara ngajakin pulang bareng nya? Ck, ketauan gak ya kalo tadi ngikutin David' batin Angga.
Angga diam sejenak dia tampak sedang berpikir "Taxsi sepertinya tidak akan ada yang lewat sini, ayo biar ku antar kau pulang."
Lidya menggelang dengan cepat "Tidak usah kak, aku tidak ingin merepotkan kakak."
"Masuklah, aku tidak ingin mendengar penolakan." ujar Angga. Dia menarik tangan Lidya untuk masuk kedalam mobilnya.
Lidya tidak melawan dia mengikuti langkah Angga sampai pada mobil Angga langsung membukakan pintu mobil nya. "Ayo cepat masuk!! Hari sudah semakin gelap saja."
Pada akhirnya Lidya menurut dia masuk kedalam mobil Angga, duduk di kursi penumpang di depan di ikuti Angga. Setelah itu Angga langsung tancap gas menuju rumah Lidya, hening itulah yang menyelimuti keadaan di dalam mobil Angga, mereka sama-sama canggung meski ini pertemuan ketiga dan untuk kedua kalinya mereka berada dalam satu mobil.
Sampai suara deheman Angga mulai memecah keheningan "Hhmm..."
Dengan cepat Lidya menoleh kearah Angga, dia mulai menatap Angga menunggu apa yang akan Angga kata kan berharap itu bisa mengurangi keheningan.
"Bagaimana toko kue mu di hari pertama bukanya?" tanya Angga. Dia bertanya tanpa menoleh masih fokus ke depan.
"Sangat ramai, bahkan kami sampai kewalahan. Mereka datang seakan tiada hentinya." jawab Lidya dengan semangat.
Angga mengangguk lalu menoleh kearah Lidya sebentar, setelah itu dia kembali fokus pada jalan lagi. "Pasti sangat melelahkan bukan?"
Lidya menggelang kecil " Tidak, aku malahan merasa sangat senang. Meski bunda sudah tidak ada tetapi ku harap toko kue nya akan bisa bertahan dengan lama."
"Itu pasti, kau tidak perlu khawatir toko kue itu pasti akan bertahan. Mungkin dengan seiring berjalannya waktu kau bisa membuka cabang yang baru nya." ujar Angga. Dia kini beralih menatap Lidya.
Lidya menoleh kerah Angga tidak di sangka olehnya bahwa Angga kini tengah menatap nya dengan tatapan yang sulit di artikan nya, untuk beberapa saat tatapan mata mereka bertemu.
Deg
Jantung keduanya berdegup kencang, ini untuk pertama kalinya Lidya merasakan keanehan pada dirinya, jantungnya berdetak tidak normal.
Sedangkan Angga ini untuk pertama kalinya, setelah dua tahun merasakan kekecewaan karena cinta, inilah yang pertama setelah itu merasakan jantungnya berdetak kencang berada di dekat seorang gadis.
Ciiiiittttt.....
Mobil Angga berhenti tiba-tiba, Lidya yang kala itu sedang menghadap Angga terhayung kedepan, dengan sigap Angga menari Lidya dan tanpa sengaja dia masuk kedalam dekapannya.
Hening tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka hanya suara degupan jantung saja yang terdengar, kini Lidya berada dalam dekapan Angga dia bisa dengan jelas mendengar detak jantungnya yang ternyata sama dengan dirinya.
Untuk sesaat mereka melupakan semua nya, nyaman itulah yang sama-sama mereka rasakan. Sampai pada akhirnya Lidya tersadar dan buru-buru memperbaiki posisi nya.
"Maaf kak!" ucapnya ragu. Dia memalingkan wajahnya yang sudah mulai merona, menatap keluar jendela.
"Ahh iya tidak papa." jawab Angga. Dia dapat melihat pipi Lidya yang mulai memerah, tak terasa sudut bibir nya terangkat ke atas mengulas senyum tipis nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next>>
Jika berkenan mampir di judul
"Cinta Devan Untuk Naya" semangat aku datang bawa like, rate dan bunga
mampir juga yok ke Hati Terbelah Di Ujung Senja 😊