NovelToon NovelToon
IBU SUSU PUTRIKU WANITA GILA

IBU SUSU PUTRIKU WANITA GILA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Balas Dendam / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Ibu susu
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Davian Meyers ditinggal oleh istrinya kabur yang mana baru saja melahirkan putrinya bernama Cassandra Meyers.

Sayangnya Cassandra kecil justru menolak semua orang, selalu menangis hingga tidak mau meminum susu sama sekali.

Sampai dimana Davian harus bersedih hati karena putri kecilnya masuk rumah sakit dengan diagnosa malnutrisi. Hatinya semakin hancur saat Cassandra kecil tetap menolak untuk menyusu. Lalu di rumah sakit Davian menemukan putrinya dalam gendongan seorang wanita asing. Dan mengejutkannya Cassandra menyusu dengan tenang dari wanita tersebut.

Akan tetapi, wanita tersebut tiba-tiba pergi.

Demi kelangsungan hidup putrinya, Davian mencari keberadaan wanita tersebut lalu menemukannya.

Tapi bagaimana jika wanita yang dicarinya adalah wanita gila yang dikurung oleh keluarganya? Akankah Davian tetap menerima wanita itu sebagai ibu susu putrinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22. TAWARAN

Ruang tamu kediaman Davian malam itu begitu hening. Hanya suara jam dinding tua di sudut ruangan yang terdengar, berdetak pelan seolah sedang menghitung denyut waktu yang melambat. Lampu gantung memancarkan cahaya temaram keemasan, membuat bayangan di dinding bergerak samar setiap kali angin malam menerobos celah jendela.

Olivia duduk di sofa dengan wajah pucat, rambutnya sedikit kusut, dan matanya yang lelah menatap kosong ke arah karpet. Di pangkuannya, Cassandra terlelap dengan damai. Olivia mengeratkan gendongannya pada bayi itu, seolah dunia bisa merenggut segalanya darinya jika ia mengendurkan sedikit genggamannya.

Sejak kejadian penyusupan beberapa hari lalu, Olivia semakin rapuh. Suara sekecil apa pun mampu membuatnya tersentak. Bayangan samar di lorong pun cukup untuk membuatnya panik. Ia terus dihantui rasa takut, seakan-akan ancaman itu masih bersembunyi di balik dinding rumah.

Davian memerhatikannya dari kursi berhadapan. Wajah pria itu tidak seperti biasanya. Tidak ada ketegasan dingin yang biasa ia tunjukkan sebagai kepala keluarga besar, melainkan ketenangan yang penuh kesabaran. Tatapannya lembut, penuh pengertian, meski sesekali terlihat khawatir.

Peter berdiri di dekat jendela, bersandar sambil menyilangkan tangan di dada. Ia menatap Olivia dengan pandangan waspada namun lembut, seolah menjaga keseimbangan antara sikap keras seorang penjaga dan empati seorang yang dekat dengan sepupu Peter itu.

Suasana itu terasa berat. Semua orang tahu, ada sesuatu yang perlu dibicarakan malam itu. Sesuatu yang sudah lama Davian simpan dalam pikirannya, menunggu saat yang tepat untuk diucapkan.

"Olivia?" suara Davian akhirnya memecah keheningan. Lembut, hati-hati, seperti seseorang yang berbicara pada permukaan kaca tipis yang bisa retak kapan saja.

Olivia mengangkat wajahnya perlahan. Matanya sedikit merah, sorotnya penuh kelelahan. "Apa?" tanyanya dengan suara pelan, nyaris berbisik.

Davian menarik napas dalam, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. "Aku ingin bicara denganmu. Tentang sesuatu yang penting. Tentang dirimu."

Tubuh Olivia menegang seketika. Tangan yang menggendong Cassandra semakin erat. Ia menatap mereka semua dengan cemas, seolah apa pun yang akan keluar dari mulut Davian adalah sebuah vonis.

"Aku tahu," Davian melanjutkan pelan, "beberapa hari ini terasa begitu berat bagimu. Sejak penyusup itu masuk, kau semakin mudah panik, ketakutan, bahkan menangis tanpa alasan yang jelas. Aku bisa melihat bagaimana kau berusaha keras melindungi Cassandra, tapi aku juga melihat dirimu semakin rapuh."

Olivia menggigit bibirnya, lalu menunduk. Kata-kata itu seperti pisau yang menembus lapisan pertahanan dirinya.

"Jadi ...." Davian berhenti sejenak, menimbang kalimat yang hendak keluar. "Aku berpikir mungkin akan lebih baik jika kau menemui seorang psikiater."

Kata itu jatuh di ruangan seperti batu besar yang dilemparkan ke permukaan air tenang. Olivia mendongak seketika, sorot matanya membesar, penuh luka sekaligus keterkejutan.

"Psikiater?" suaranya bergetar. "Jadi ... kau melihatku sebagai wanita gila juga?"

Tangis Olivia pecah, meski ia berusaha menahannya. Tubuhnya bergetar, dan Cassandra yang tertidur pun mulai merengek pelan karena gendongan ibunya mengencang terlalu erat.

"Olivia," Davian berkata dengan nada tenang, meski hatinya ikut teriris mendengar tangisan itu. "Dengarkan aku sebentar, tolong. Aku tidak pernah menganggapmu gila. Tidak seorang pun di rumah ini yang berpikir begitu."

Peter menambahkan dengan suara mantap, "Kau tahu aku selalu bicara apa adanya. Kalau aku menganggapmu gila, aku akan mengatakannya langsung. Tapi tidak, Olivia. Kau bukan orang gila. Kau hanya ... terluka. Dan lukamu itu membuatmu sulit menenangkan diri."

Olivia menoleh ke arah Peter, air mata membasahi pipinya. "Terluka? Aku hanya seorang pengecut. Aku tidak bisa berhenti ketakutan. Bahkan suara pintu terbuka saja membuatku hampir pingsan! Bagaimana aku bisa melindungi Cassandra kalau aku sendiri gemetar setiap saat?"

"Setiap orang punya kelemahan. Kau, aku, Peter, dan semua orang di sini," kata Davian.

Olivia menunduk, bibirnya bergetar. Kata-kata itu menusuk jiwanya, namun rasa takut di dalam dirinya lebih kuat. "Tapi ... kalau aku menemui psikiater ... bukankah itu sama saja mengakui bahwa aku tidak normal?"

Davian perlahan berdiri, lalu berjalan mendekati Olivia. Ia berlutut di depannya, hingga wajah mereka sejajar. Tangannya terulur, menyentuh lembut punggung tangan Olivia yang menggenggam Cassandra.

"Dengar aku baik-baik, Olivia," ucap Davian lirih namun tegas. "Menemui psikiater bukan berarti kau gila. Sama sekali bukan. Sama seperti kau menemui dokter ketika tubuhmu sakit, kau menemui psikiater ketika hatimu terluka. Itu bukan aib, bukan kelemahan. Itu hanya bentuk keberanian untuk menyembuhkan diri sendiri."

Olivia menatap Davian lama, matanya bergetar seolah mencari kebohongan dalam sorot mata pria itu. Tapi yang ia temukan hanyalah ketulusan.

"Kau harus kuat, Olivia," Davian melanjutkan dengan suara penuh keyakinan. "Bukan hanya untuk dirimu, tapi juga untuk Cassandra. Dia membutuhkanmu. Dia membutuhkan seorang ibu yang bisa berdiri tegak, bukan karena kau sempurna, tapi karena kau berani menghadapi rasa takutmu."

Air mata Olivia jatuh lagi, namun kali ini bukan karena kesal, melainkan karena hatinya perlahan dilunakkan oleh kata-kata itu.

Peter melangkah mendekat, suaranya dalam dan mantap. "Aku akan tetap menjaga rumah ini. Tidak akan ada satu pun yang bisa mendekat tanpa sepengetahuanku. Jadi kau tidak perlu memikul semua beban sendirian. Tapi untuk pulih ... untuk menemukan kembali dirimu yang dulu, kau perlu seseorang yang bisa membantumu. Dan itu bukan aku, bukan Davian, bukan Emily. Itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli."

Olivia menatap mereka satu per satu. Pandangannya penuh ragu, takut, sekaligus berharap. "Aku ... aku tidak tahu apakah aku bisa."

Davian mengusap tangannya dengan lembut. "Kau tidak perlu langsung bisa. Kau hanya perlu mencoba. Biarkan orang itu menolongmu menemukan kedamaian lagi. Aku tidak ingin melihatmu terus hidup dalam ketakutan seperti ini."

Suasana hening kembali, hanya suara rengekan kecil Cassandra yang terdengar. Olivia menatap bayi itu dengan pandangan sendu. Ia mengusap pipi mungil bayi itu, lalu menarik napas dalam.

"Aku hanya takut ... akan kehilangan bayiku lagi," ucap Olivia pelan.

Davian mengangguk setuju. "Dan karena itu, kau perlu bantuan. Agar kau bisa menemukan keseimbangan lagi. Aku ingin melihatmu tersenyum, melihatmu kembali percaya diri. Aku ingin Cassandra tumbuh dengan melihat ibunya sebagai sosok kuat. Agar kau tidak kehilangannya lagi."

Olivia terdiam lama. Air matanya masih jatuh, tapi genggamannya pada Cassandra sedikit mengendur. Seakan beban yang menghimpitnya perlahan mulai berkurang, meski belum sepenuhnya hilang.

"Kalau aku mencoba," Olivia akhirnya bersuara dengan ragu. "Kalian janji ... kalian tidak akan melihatku sebagai wanita gila?"

"Tidak," jawab Davian tegas, tanpa ragu sedikit pun. "Tidak sekarang, tidak nanti. Kau bukan wanita gila. Kau hanya wanita yang sedang mencari kembali kekuatannya. Dan aku, kami semua, akan ada di sini mendampingimu."

Peter menambahkan dengan suara mantap, "Kau bukan beban, Olivia. Jangan pernah berpikir begitu.

Tangisan Olivia perlahan mereda. Davian masih berlutut di depannya, menatapnya dengan tatapan yang tidak sekadar kata-kata, tatapan yang mengatakan bahwa ia sungguh tidak sendiri.

Untuk pertama kalinya sejak lama, Olivia merasa ada sedikit cahaya menembus kabut gelap yang menutupinya. Ia tahu perjalanannya masih panjang, dan rasa takut itu tidak akan hilang sekejap. Tapi malam itu, di ruang tamu yang hangat dengan kasih dan pengertian, ia mulai percaya bahwa mungkin ... hanya mungkin ... ia bisa menemukan dirinya kembali.

1
Ir
aku berharap itu anak Olivia sama Davian sih, entah bagaimana mungkin itu bisa terjadi, biar kak Archie yg mikir alurnya, aku mau turu aja 😴😴
Ir
aku mikir nya pas Olivia bilang seperti barang dagangan, tak pikir di jual ke rumah bordil lhoo ehh ternyata malah lebih menyakitkan
Jelita S
makin seru,,,,,lnjut thor
Archiemorarty: Siap /Determined/
total 1 replies
Riyasih
bagus Thor lanjut up lagi dong pliss
Archiemorarty: Siap kakak, ditunggu ya updatenya ya 🥰
total 1 replies
Hasbi Yasin
pasti anaknya olivia sma davian mungkin laki2 asing itu davian
Archiemorarty: muehehehe...
total 1 replies
Hasbi Yasin
teka teki molai terkuak
Archiemorarty: ringan, ringan aja, cukup di buku Lucas pada meledak otak readers /Facepalm/
total 1 replies
Nor aisyah Fitriani
wahhhh ada bom yang akan siap meledak
Jelita S
mungkinkah ada konspirasi disini???
Casie mungkin anaknya Davian dengan Olivia?,,dan mungkin ini semua permainan Raymond?
Archiemorarty: hehehehe...kita liat nanti
total 1 replies
Jelita S
Akhirnya,,,,Casie cepat satukan mom and Dady mu y😀😀
Archiemorarty: Benar Cassie
total 1 replies
Ir
kau yang mulai kau yang mengakhiri
kau yang berjanji kau yang mengingkari
Archiemorarty: Aku bacanya sambil nyanyi wehhh
total 1 replies
Hasbi Yasin
sadar juga davian takut kehilangan olivia
Archiemorarty: Siapa yang nggak takut kalau pas liat doi sekarat
total 1 replies
Jelita S
sabar y babang Davian
Jelita S
peter kamu Daebak🫰
Archiemorarty: Terbaik emang Abang Peter /CoolGuy/
total 1 replies
Annida Annida
lanjut tor
Archiemorarty: Siap kakak, terima kasih /Determined/
total 1 replies
Hasbi Yasin
hukuman nya kejam banget si davian udah di peringatin sma peter gk mau jdi olivia bunuh diri deh
Archiemorarty: Manusia nggak ada yang sempurna, kadang kalau emosi kan suka gitu, salah ngambil keputusan
total 1 replies
Jelita S
Biarkanlah ini mnjadi tragedi yg menyadarkan Davian untuk lebih peka lgi terhadap Olivia
Archiemorarty: Benar, karena gimana pun Davian juga manusia biasa /Cry/
total 1 replies
Ir
hayoo lhooo pian tanggung jawab luuu
kalo sampe Raymond tau wahh abis citra mu piann, di sebar ke sosial media dengan judul
" PEMBISNIS MUDA DAVIAN MAYER, MENJADI MENYEBABKAN SEORANG WANITA BERNAMA OLIVIA MORGAN BUNUH DIRI " tambah bumbu pelecehan dll wahh habis karir 🤣🤣🤣
Ir: hahahhaa 🤣🤣🤣
total 2 replies
Ir
kan jadi gila beneran ck
bisa diskusi baik² bisa di omongin baik² , suka banget ngambil keputusan saat emosi
Ir
ada dua sudut pandang berbeda secara aku pribadi, kan dari awal emang Olivia ga bilang dia gila, orang² aja yg bilang dia gila termasuk emak tirinya, nah seharusnya pian sama Peter jangan langsung menghakimi setidaknya tanya dulu alasan kepura²an nya itu tujuan nya apa, dan untuk Olivia kenapa ga jujur setelah pian tau kebohongan nya dia, apa aja yg selama ini dia alami di rumah Morgan dan selama menikah dengan Raymond
Archiemorarty: Hahahaha....sabar kawan, Olivia juga udah ngalamin banyak hal buruk. Dia cuman takut nggak bisa bareng Cassie lagi
total 3 replies
Ir
Olivia itu lebih ke trauma, takut, patah hati, kecewa, kehilangan dan semua itu Olivia pendem sendiri ga ada tempat buat di berkeluh kesah ga ada yg menguatkan, mental orang beda² jangan kan Olivia, aku aja sampe sekarang kalo ada tlp di jam 2/3 tiga pagi rasanya masih takut, karna jam itu aku pernah dapet kabar adek ku koma, sedangkan posisi aku lagi kerja di luar kota sampe akhirnya jam 2 siang dapet kabar dia udah ga ada, mungkin keliatan nya cuma hal sepele tapi bagiku itu membuat ku trauma
Archiemorarty: Benar, karena mereka nggak ngerasain rasanya.
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!