Bercerita tentang dunia yang terserang oleh virus dan bakteri bernama Eclipse.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah raman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 -Di Balik Perguruan Seni Bela Diri Taichun
Aku menggunakan seluruh kekuatanku untuk gabung dengan klub ngeteh, yang mungkin tujuan arahnya masih belum jelas.
Namun perasaanku sekarang agak lebih nyaman; karena aku punya teman yang bisa diajak bercanda dan berdebat hal-hal yang tidak perlu.
Seandainya ibuku masih hidup, mungkin beliau akan bangga saat dia tahu bahwa sekarang anaknya belajar hidup mandiri.
Hal yang paling sulit di pagi hari hanya mencuci pakaianku sendiri, karena tidak ada pelayan yang langsung bekerja, sedangkan waktu kerja mereka sekitar jam 11, mungkin karena mereka sudah memiliki keluarga, mereka adalah pekerja di asrama ini yang sudah terlatih & terpercaya untuk mengurus anak-anak di sini.
Untuk memudahkan pencucian dan mandi yang lebih nyaman, ada sungai di belakang bangunan asrama yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja, sekitar sepuluh langkah sudah sampai.
Veronica sejak awal lebih dulu membawa wadah berisi pakaian belum dicuci & lulur alami untuk kami mandi, aku membawakan 3 gayung dengan beberapa alat pencukur rambut. Ani membawa sebuah kain dinding agar tidak ada yang mengintip kami dari arah mana pun.
"Dingin." Aku langsung menggigil.
Aku melihat dari sisi lain; Ani terlihat malu menunjukkan tubuhnya yang tertutup oleh handuk.
"Dia memang seperti itu, bahkan sejak awal bersamaku," itu kata Veronica.
"Mungkinkah... '' aku memandang ukuran tubuh yang berbeda, jadi kesimpulannya aku bisa memastikan, ''kecil.''
Ani berlari... "Ada apa dengan perbedaan ini?!"
Ani terkena akar dan hampir jatuh.
"Kau tidak apa?" Aku mungkin berada jauh dari posisinya jatuh.
Seorang lelaki yang pernah menyelamatkanku.
Ani diangkat secara perlahan oleh lelaki itu.
Tangan mereka saling berpegangan.
"Ehm... '' Veronica berdehem.
Aku menikmati adegan romantis ini saja sambi bersebelahan dengannya.
"Oi, jangan lupakan kami~" Kata Veronica lagi.
Ani segera melepas pegangan itu hingga kembali dengan percaya diri.
"Jangan sok romantis, padahal kau ke sini ingin mengintip saja." Tegur dari Veronica.
"Hah, dasar... cewek sok tahu... kau itu gemuk."
Veronica melempar sihir berbentuk api kecil yang mengejar lelaki itu.
"Ah, tidak-tidak!" Arul terus dikejar api kecil hingga menjauh dari hadapan kami.
....
Kali ini kami makan bersama di sebuah warung yang tidak gratis.
"Meski kita ini pondokan, bukan berarti kita makan gratis." Veronica mengatakan itu, dia memesan nasi uduk dengan lauk ikan haruan dan gabus.
Seketika seseorang datang di samping Ani, itu adalah lelaki mesum yang sok baik.
"Arul, untuk apa kau di sini, ingin cari masalah lagi ya?" Veronika terlihat kesal.
"Bukan, sebenarnya aku hanya ingin meminta maaf atas kejadian kemarin."
"Sudah hobi ngintip, malah minta maaf lagi, apa sih maksudmu?"
"Biar aku jelaskan mengapa semalam aku ada di tempat kalian. Aku tertarik untuk berlatih sebagai pemecah misteri."
Veronica makan nasi uduk lagi.
"Heh, kalian jangan abaikan aku!" Teriak Arul.
Kali ini banyak murid dan orang-orang yang hilang di sekitar daerah perguruan ini. Mereka hilang secara bergantian dan tidak lagi ditemukan."
"Bukankah mereka hilang hanya karena pergi tanpa izin?"
"Bukan. Ini pasti ulah siluman rubah putih." Ucapnya.
"Sudahlah Rul." Veronica menekan ambisi orang ini.
Arul memegang dadanya sendiri. "Tapi aku akan tetap berusaha."
......
Kali ini aku hanya ingin istirahat, karena seharian mengurusi hal-hal yang tidak penting, hanya sedikit pelajaran yang bisa aku serap dengan baik, selebihnya keusilan teman-temanku sangat berbekas hingga membuatku tertawa sendirian.
Kamarku berada di lantai dua. Dari sini aku bisa berkultivasi dengan tenang di atas sebuah ranjang yang cukup kokoh.
Dengan cara kultivasi pada umumnya; aku berada di ruang alam penyimpanan yang cukup berbeda dari sebelumnya, mungkin luasnya telah bertambah 1 meter karena kemampuanku sedikit meningkat.
"Zhui Mei, ikutlah denganku." Suara seorang wanita.
Aku keluar dari alam penyimpanan, melirik area sekitar; tidak ada seseorang pun dari balik jendela. Sangat tidak mungkin ada orang selarut ini memanggilku.
Sebuah gulungan ada di sebuah ruang bawah tanah dari alam penyimpanan, kali ini aku mulai membukanya dan ingin menyatukan beberapa komponen element Qi yang berbeda; Qi Phoenix & Naga yang berasal dari kedua orang tuaku.
"Daripada kamu berkultivasi dengan cara yang tidak praktis, lebih baik kamu ikuti caraku... kamu akan bisa lebih cepat ke tingkat berikutnya." Suara itu terdengar lagi di telingaku.
Seketika wanita itu adalah jelmaan dari rubah putih, dia sekarang ada di depanku dalam satu ruangan yang sama.
"Kau rubah putih, siluman yang menculik banyak orang." Aku menyerang dengan cara menusukkan pedang ke arahnya.
Tapi dia hilang bagai debu.
"Pedang ini milikku... kau tidak akan bisa menghabisi aku begitu saja." Kata siluman musang putih.
"Tidak, pedang ini milik orang tuaku, kau tidak bisa mengakuinya begitu saja."
Siluman rubah putih tertawa, "ayahmu adalah sekutu dari raja iblis, dan aku juga termasuk di dalamnya... itu hadiah dariku di masa lalu."
"Tidak mungkin!" Aku menyerang.
Wanita siluman rubah putih hilang dengan menyisakan rambut-rambut halus.
"Kau akan tahu kebenaran dunia ini, tidak akan ada ketenangan selamanya, sampai kau benar-benar bisa ada di singgasana para dewa." Hanya suaranya yang aku dengar.
"Omong kosong!" Teriakku.
Siluman rubah putih telah hilang dari pandanganku.