Keanu Wiratmadja
Presdir muda yang tak pernah tertarik pada seorang wanita selama hidupnya, tiba-tiba hatinya tergerak dan ingin sekali memilikinya. Karena dia wanita pertama baginya.
Keana Winata
Putri semata wayang yang sangat disayangi ayahnya, tapi bukan berarti dia putri yang manja. Dia berbeda, sehingga dapat membuat seseorang tergerak hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ade eka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Ana berjalan keluar dari toilet sambil mengeringkan pakaiannya dengan beberapa gulung tisu. Dia terus menggerutu kesal tanpa melihat ke arah jalan. Hingga tiba-tiba dia menabrak seseorang dari belakang. Tubuh yang ditabrak begitu kekar, hingga Ana jatuh tersungkur ke lantai. Yang ditabrak pun membalikkan badannya. Ana terkejut, matanya membulat hampir keluar.
***
Dan ternyata orang yang ditabrak adalah Ken. Saat itu Ken akan mengadakan meeting dengan kliennya ditemani oleh Han. Dan ada manajer restoran itu di sebelah Ken.
Ken menatap Ana tajam. Tanpa sadar tangannya mengulur ke bawah. Menawarkan bantuan pada Ana yang masih terduduk di lantai. Ana menyambutnya dan bangkit.
"Wah, pemandangan apa ini?! Sejak kapan Tuan bisa begitu berinisiatif begini", gumam Han dalam hati.
Ken masih menatap Ana dengan ekspresi yang tak bisa dibaca. Ana menyadari tatapan Ken. "Maaf tuan saya tidak sengaja", ucapnya sedikit gugup.
"Astaga, bagamana ini. Bagaimana kalau dia sampai mengenaliku?! Haruskah aku senang, bahagia, sedih atau takut. Tapi kenapa dia terus menatapku. Apa, apa yang salah denganku. Apa sebegitu marahnya dia karena aku tabrak tadi?! Oh ayolah, rasanya aku ingin segera berlari untuk kabur dari sini", gumam Ana dalam hati.
"Apa ini?! Bagaimana tiba-tiba aku bisa berinisiatif begini. Dan lihat, pakaiannya basah dan menerawang. Apa mungkin dia sengaja menabrak untuk menggodaku. Tapi dilihat dari penampilan dan ekapresinya, sepertinya dia wanita seperti itu.
Ken dan Ana tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Suasana masih hening, tak ada yang berani mengeluarkan suara terlebih dulu. Hingga pandangan Ana jatuh pada nametag seseorang di sebelah Ken yang bertuliskan manajer.
"Ahh, anda manajer di sini bukan! Tolong perbaiki keran pada wastafel toilet wanita yang di sana", ucap Ana memecah keheningan merajuk pada si manajer. Tangannya menunjuk-nunjuk ke arah toilet yang tadi ia singgahi.
"Baik, nona! Nanti akan kami perbaiki. Maaf atas ketidaknyamanan ini, nona", jawab si manajer kikuk.
"Kenapa malah ada masalah di saat-saat penting begini. Presdir Ken pasti akan mencabut investasinya pada restoran ini", gerutu si manajer dalam hati.
Ken masih menatap Ana. Arah pandangannya mengarah pada pakaian Ana yang basah dan menerawang. Dia mulai tak nyaman dan memalingkan wajahnya. Han yang menyadari gelagat Tuannya pun mengerti.
"eherm, eherm!", Han berdehem untuk menetralisir suasana di sana.
Ken lantas memecah lamunannya. Dia membuka jas yang dia pakai dan melemparnya asal ke arah Ana. Jas itu jatuh tepat di wajah Ana. Ana berdecak kesal dibuatnya. "cekk!"
"Pakai itu! Pakaianmu basah dan menerawang begitu, apa kau sengaja menggodaku", perintah Ken sambil membalikkan badan.
"Ahh, sejak kapan Tuan jadi banyak bicara pada wanita seperti sekarang ini", gumam Han memperhatikan bosnya sambil tersenyum.
Ana melihat ke arah pakaiannya yang basah. Wajahnya merah menahan malu. Pasalnya, ada benda kasat mata yang harusnya tak terlihat disana. Saat itu Ana mengenakan atasan sabrina berwarna putih dan bawahan rok jeans selutut. Dia lupa memakai tanktopnya. Jadi saat pakaiannya basah, tentu saja sebuah kacamata indah berwarna merah menerawang di baliknya.
"Oh, ya ampun!", Ana buru-buru memakai jas milik Ken untuk menutupinya. "Tapi bagaimana saya bisa mengembalikkan jasmu Tuan?", tanyanya kemudian.
Ken menoleh ke arah Ana, "Buang saja jika sudah selesai kau gunakan". Kemudian dia berjalan menjauh dari Ana. Sebelum melangkah Han dan si manajer membungkuk hormat pada Ana dan bergerak menyusul Ken. "Perbaiki kerannya", perintah Ken pada si manajer tanpa menghentikkan langkahnya. Si manajer mengangguk mengerti.
"Hah, untung saja", ucap si manajer sambil menghembuskan nafas lega.
Ana masih terlihat mematung di sana. Memperhatikan Ken yang berjalan menjauh. Saat ketiga bayangan itu sudah hilang, barulah kesadarannya kembali.
"Huh, sungguh menegangkan. Kukira dia akan mengenali diriku. Masalahnya waktu itu saja dia tau kalau dandanan cupuku itu palsu. Hah sudahlah, yang penting dia sudah pergi sekarang", gumamnya kemudian beranjak dari situ.
"Dan apa ini! Dia menyuruhku membuangnya setelah selesai kugunakan?! Cih, memangnya aku tidak tahu kalau ini jas mahal. Sebenarnya seberapa kaya sih dia!", gerutunya sambil berjalan.
"Tapi wajahnya sangat tampan, artis idola pun kurasa kalah dengan ketampanannya. Bahkan saat aku menabraknya pun aku bisa merasakan tubuhnya yang kekar. Hush, Ana! Apa yang sedang kau pikirkan?!", gumamnya lagi namun sekarang sambil tersenyum sendiri dan pipinya ikut merona.
Kini Ana sudah duduk di mejanya bersama Sarah. Di meja sudah tersaji berbagai hidangan yang tadi sudah dipesan oleh Sarah.
" Hey, habiskan ini semua atau kau yang membayar jika ada sisa!", ancam Ana sambil terkekeh melihat hidangan yang dipesan temannya.
"Siap, boss!", ucap Sarah lucu sambil memberi hormat. "Tapi boss harus membantuku ya", tambahnya.
"Oke, ayo kita makan banyak. Semangat", ucap Ana girang.
Mereka pun menyantap hidangan dengan lahapnya dan diselingi dengan tawa canda. Sambil makan, Ana menceritakan kejadian yang dialaminya tadi. Ana bercerita dengan serius, dan Sarah mendengarkan dengan seksama. Sesekali Sarah meledek Ana.
30 menit berlalu, makanan di hadapan mereka sudah dilahap habis oleh dua wanita monster yang kelaparan. Keduanya kini tengah menyenderkan punggung mereka ke kursi. Berusaha meluruskan perut mereka yang sudah penuh.
"Aduh, aku sungguh kenyang sekali", ucap Sarah sambil mengelus perutnya.
"Iya, aku juga", Ana pun melakukan hal yang sama. "Kurasa lain kali aku tak bisa menandingi porsi makanmu yang seperti monster", tambahnya sambil tertawa.
"Hey, apa-apan kau ini! Aku hanya takut disuruh membayar, jadi lebih baik aku menghabiskan semuanya saja", ucap Sarah membela diri. Keduanya pun tertawa sambil memegangi perut mereka.
Ponsel Sarah bergetar, "drret, drret, drret".
"Halo", jawab Sarah pada panggilan yang masuk.
"Ya, baiklah. Aku akan segera ke sana sekarang. Tapi kemudian aku harus pergi bekerja ya", lanjutnya lagi kemudian memutus sambungan.
"Ada apa?", tanya Ana penasaran.
"Adikku bilang ada urusan, jadi dia memintaku untuk menjaga ibu sebentar di rumah sakit", ucap Sarah.
" Baiklah. Aku akan mengantarmu ke sana", ucap Ana kemudian menghabiskan minumannya.
"Aku bisa naik bis dari sini, Ana", Sarah merasa tidak enak pada Ana yang selalu baik padanya.
"Oh ayolah. Atau kupecat kau jadi teman", ancamnya sambil terkekeh.
"Waahh, nona kami sudah pandai mengancam rupanya", sahut Sarah ikut terkekeh juga.
***
Di salah satu ruang VIP di restoran yang sama. Ken sedang meeting dengan salah satu klien nya yang bernama Tuan Bayu dan sekretarisnya Dila.
Tuan Bayu dan Dila terlihat mempresentasikan langkah yang akan mereka buat untuk menjalankan proyek bersama antara Glory Coorporation dan Sinar Group miliknya. Mata Ken menatap mereka, namun pikirannya mengarah pada wanita yang tadi menabraknya.
"Kenapa aku merasa familiar dengannya ya. Matanya, dimana aku pernah melihat mata itu. Dan kenapa pikiranku isinya hanya dia saja. Aku harus memastikan sesuatu", gumam Ken dalam hati.
Ken tiba-tiba berdiri. Sontak yang lainnya pun ikut berdiri. "Aku keluar sebentar, 10 menit lagi kita lanjutkan", perintahnya kemudian beranjak keluar. Han pun mengekori di belakangnya.
"Huft, kupikir ada yang salah dengan presentasi kita", ucap Tuan Bayu melepas tegangnya saat Ken sudah keluar.
Ken menghentikkan langkahnya. "Kau tunggu di dalam", perintah Ken pada Han.
Han mengangguk dan kembali ke dalam ruangan. "Sekarang apa, apa yang akan dilakukan Tuan. Aku sungguh penasaran. Apakah menyangkut wanita yang tadi menabraknya",gumam Han dalam hati seperti tahu isi pikiran Ken.
Ken mempercepat langkahnya. Pandangannya menyisir setiap sudut restoran itu. Namun yang dicari tak ditemukan. Ken mencari hingga loby restoran, tapi tetap tak menemukannya. Akhirnya pandangan matanya melihat seseorang dengan tas dan gantungan kunci dengan huruf "K" memakai jasnya masuk ke dalam mobil. Ken berusaha mengejarnya, namun mobil itu terlanjur berjalan menjauh.