NovelToon NovelToon
DUDA LEBIH MENGGODA

DUDA LEBIH MENGGODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Monica

:"Ya Allah, kalau Engkau tidak mengirimkan jodoh perjaka pada hamba, Duda juga nggak apa-apa ya, Allah. Asalkan dia ganteng, kaya, anak tunggal ...."

"Ngelunjak!"

Monica Pratiwi, gadis di ujung usia dua puluh tahunan merasa frustasi karena belum juga menikah. Dituntut menikah karena usianya yang menjelang expired, dan adiknya ngebet mau nikah dengan pacarnya. Keluarga yang masih percaya dengan mitos kalau kakak perempuan dilangkahi adik perempuannya, bisa jadi jomblo seumur hidup. Gara-gara itu, Monica Pratiwi terjebak dengan Duda tanpa anak yang merupakan atasannya. Monica menjalani kehidupan saling menguntungkan dengan duren sawit, alias, Duda keren sarang duit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

[11:00]

Koridor FUNDAMENTA berkedip panik, merahnya lampu darurat menari liar di dinding. Monica menelan ludah, pahit. Waktu bukan lagi sekadar angka, melainkan algojo yang siap memenggal nyawa mereka.

"Kalau hitungan ini selesai, kita semua jadi abu," bisiknya, ngeri.

Azzam membanting jemarinya di panel, frustrasi. Sistem menolak, dingin dan tanpa ampun.

"Semua jalan buntu! Cuma satu harapan: pusat relay," serunya, putus asa.

Monica mengangguk, meski jantungnya mencelos. "Jalur neraka," gumamnya.

[10:12]

Laras senjata Rendra bagai mata ular, mengintai Teddy.

"Aku cuma mau selamatkan temanku," ucap Teddy, lirih.

Rendra tertawa hambar. "Di sini, semua orang adalah bidak yang siap dikorbankan."

Ledakan kecil mengguncang langit-langit. Debu berjatuhan. Teddy melihat secercah harapan: tangga darurat.

"Kita bisa selesaikan ini tanpa pertumpahan darah," bujuk Teddy, mencoba mencari celah.

Rendra lengah sekejap. Cukup bagi Teddy melempar granat ke lantai. Ledakan cahaya membutakan.

[09:28]

Jari Livia menari di atas keyboard, mantra digitalnya mengalir deras. Peringatan muncul bagai hantu, menghantui setiap detik.

"Satu celah saja... kumohon," bisiknya, nyaris putus asa.

Kirana menatap angka yang terus menyusut: 09:27. Maut semakin dekat.

"Kalau gagal?" tanya Kirana, cemas.

Livia tak menjawab. Ia mengirim virus terkuatnya, tersembunyi di arsip kuno FUNDAMENTA. Tapi pesan aneh muncul:

Seseorang menggunakan kuncimu. Akses ditolak.

Livia membeku. "Ada penyusup! Dia pakai kodeku!" serunya, ngeri.

[08:41]

Arsya berdiri angkuh di depan layar raksasa. Titik-titik di peta berkerumun, magnet kematian menarik mereka semua.

"Mereka berkumpul," gumamnya, puas.

Suara di headset bertanya, "Saatnya bertindak?"

Arsya menggeleng, seringai dingin menghiasi wajahnya. "Biarkan mereka berdansa. Lalu... kita matikan musiknya selamanya."

[07:56]

Monica dan Azzam tiba di lorong kaca. Di ujungnya, pusat relay: kotak hitam yang dijaga drone mematikan.

"Matikan itu, bom waktu berhenti," bisik Azzam, tegang.

Monica menarik napas dalam. "Gagal, kita percepat kiamat," sahutnya, getir.

[07:12]

Teddy berlari di tangga, cahaya membutakan masih membekas di matanya. Rendra takkan menyerah.

Pintu di atas hampir menutup. Teddy melompat, lolos dari maut.

Ia terhuyung ke lorong kaca... dan membeku.

"Monica?" serunya, tak percaya.

Monica berbalik. "Teddy?!" sahutnya, sama terkejutnya.

[06:45]

Livia berhasil membuka celah di sistem. Drone di relay lumpuh sementara.

"20 detik! Cepat!" teriaknya di radio, putus asa.

Monica mengangguk. Bersama Teddy dan Azzam, ia berlari menuju relay.

[05:59]

Arsya menekan tombol. Senyumnya dingin.

"Cukup sudah sandiwara ini. Saatnya mengunci mereka," gumamnya.

Di layar, pintu keluar dari relay menutup rapat.

[05:00]

Drone kembali aktif. Moncong senjata menyala merah.

Teddy mengangkat pistol. "Tak ada waktu untuk berpikir!" serunya, kalut.

Azzam menatap angka yang berkedip: 04:58.

Monica menatap mereka, matanya berbinar. "Kalau kita mati, pastikan satu orang berhasil memutus kabel itu!" serunya, penuh tekad.

[04:12]

Di Jakarta, Livia melihat grafik koneksi melonjak. Nama Rendra muncul di layar:

Rendra S. Wardhana - Sektor Relay.

Kirana menelan ludah. "Mereka bertiga... di tempat yang sama," bisiknya, ngeri.

[03:33]

Rendra muncul di ujung lorong relay, senjata di tangan. "Waktunya selesai," ucapnya, dingin.

Monica, Teddy, dan Azzam berdiri di depan relay, jalan buntu di belakang mereka.

Maut mengintai. Waktu terus berjalan: 03:31.

[02:59]

Lampu padam. Kegelapan total menyelimuti FUNDAMENTA. Suara Livia terdengar di radio:

"Cuma tiga menit! Setelah itu... gelap selamanya!" serunya, putus asa.

1
Wien Ibunya Fathur
ceritanya bagus tapi kok sepi sih
Monica: makasih udah komen kak
total 1 replies
Monica Pratiwi
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!