Damian pemuda urakan, badboy, hobi nonton film blue, dan tidak pernah naik kelas. Bahkan saat usianya 19 tahun ia masih duduk di bangku kelas 1 SMA.
Gwen, siswi beasiswa. la murid pindahan yang secara kebetulan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah milik keluarga Damian. Otaknya yang encer membuat di berkesempatan bersekolah di SMA Praja Nusantara. Namun di hari pertamanya dia harus berurusan dengan Damian, sampai ia harus terjebak menjadi tutor untuk si trouble maker Damian.
Tidak sampai di situ, ketika suatu kejadian membuatnya harus berurusan dengan yang namanya pernikahan muda karena Married by accident bersama Damian. Akan tetapi, pernikahan mereka harus ditutupi dari teman-temannya termasuk pihak sekolah atas permintaan Gwen.
Lalu, bagaimana kisah kedua orang yang selalu ribut dan bermusuhan ini tinggal di satu atap yang sama, dan dalam status pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Dilamar
Anne, Ibu Gwen bingung saat tiba-tiba keluarga kaya raya Pranata pemilik sekolah tempat anaknya menimba ilmu, datang dengan membawa banyak barang seperti ingin melakukan acara lamaran.
"Gwen maksudnya apa sih, Ibu nggak ngerti."
Gwen bahkan belum sempat bilang pada sang ibu. Dia baru saja diantar pulang oleh supir keluarga Pranata sekitar jam 5 sore, dan dia mandi, masuk ke dalam kamar. Memakai pakaian mahal yang Jessica berikan padanya, lalu keluar. Niatnya ia ingin memberi tahu ibunya setelah itu. Tetapi, jam 7 malam keluarga Damian sudah datang.
"Pak Arthur nggak mau melamar Ibu, kan?" ucap Anne pada Gwen yang duduk dengan gelisah di samping ibunya. Kenapa Anne jadi deg degan ini, harusnya Gwen yang ketar ketir.
"Bu, Ibu jangan nikah lagi. Dirly nggak mau punya Ayah tiri, apalagi Pak Arthur masih punya istri, Ibu jangan cari masalah deh kaya di tipi yang sering Ibu tonton. Ibu mau kena azab kaya di sinetron chanel ikan berenang itu?" bisik Dirly.
"Ngawur kamu." Anne menjewer telinga Dirly.
"Selamat malam, Bu Anne. Maaf kami datang malam-malam begini, kami tidak menganggu, bukan?" ucap Pak Arthur yang berdiri di ambang pintu bersama istri, dan anaknya. Sedangkan di belakangnya, tiga orang pembantunya membawa seserahan berupa banyak barang.
Anne menjabat tangan Pak Arthur dan Bu Jessica, termasuk Gwen yang mencium tangan Arthur, dan Jessica bergantian, lalu mempersilakan mereka duduk.
"Ini sebenarnya ada apa ya Pak, Bu? Kok datang mendadak, dan membawa rombongan?" tanyanya. Anne melirik Gwen, ah dia sampai tak memperhatikan jika anaknya memakai pakaian bagus malam ini.
Arthur tersenyum begitupun dengan Jessica, berbeda dengan Damian, wajahnya sudah ditekuk seperti orang yang mau disuruh menikahi orang yang tak ia cinta.
"Maaf ya, Bu. Kalau kedatangan kita ke sini mendadak. Saya pikir Gwen sudah bilang pada Ibu. Oh ya sebelumnya kenalkan saya Jessica Pranata, ini suami saya Arthur Pranata, dan ini anak saya Damian Pranata. Kedatangan kami ke sini ingin melamar-"
"Sebentar, Bu. Ini salah paham mungkin. Saya tidak berniat menikah lagi, meskipun saya janda. Tetapi, saya benar-benar tidak ada niatan untuk menikah lagi," ujarnya, yang membuat Gwen harus menunduk karena malu.
Arthur meledakkan tawanya saat itu. Baginya ibu Gwen sangat lucu. "Justru Ibu yang salah paham. Kami ke sini itu untuk berbesanan."
Anne mengernyitkan dahi. "Maksudnya berbesanan?" Loading sebentar, ia masih belum memahami ucapan Arthur.
"Kami ingin melamar Gwen, anak Ibu untuk Damian anak kami," ujar Jessica tiba-tiba, yang membuat Anne dan Dirly saling melirik satu sama lain.
"Sebentar Pak, Pak Arthur nggak salah mau melamar Gwen. Gwen itu masih sekolah, Pak. Masih kelas dua SMA. Bagaimana nanti sekolah anak saya kalau disuruh menikah."
Arthur kembali tertawa, dan Damian semakin muak dengan tingkah sang ayah.
'Bokap gue banyak basa-basi banget sih, buang-buang waktu, bilang aja kek gue hampir aja ambil mahkota anaknya Bu Anne, gerutunya dalam hati.
"Tenang Saja bu, anak saya si Damian ini malah masih kelas satu SMA." Jessica menambahkan. Damian semakin malu sekarang.
Anne langsung melirik ke arah Damian yang duduk di pojokan yang masih menekuk wajahnya. Dalam hati Anne membantin. 'Masa masih kelas satu, perasaan wajahnya tuaan dia daripada Gwen.'
"Masih kelas satu, Pak?"
"Iya, Bu. Dia ini pemalas belajar, dua tahun nggak naik kelas," sambar Jessica dengan tawanya yang tetap anggun ala kalangan sosialita pada umumnya.
'Tuh Bokap Nyokap gue malah nyebar aib gue, nggak bener nih, 'batin Damian.
Dirly dan Gwen terkikik bersama di samping sang ibu, namun anak laki-laki itu kemudian melirik aura suram dari pojok ruangan. Tubuhnya bergidik ngeri melihat Damian yang tengah memelototinya.
'Aduh, calon suami Kak Gwen kenapa mirip mafia.'
Dirly menyenggol lengan sang kakak, ia mendekatkan wajahnya di depan telinga Gwen. "Kak, calon suami Kakak mirip ketua mafia, serem."
"Nggak usah takut, Dir. Mukanya aja yang sok diseremin, tuh jiwanya semanis cake strawberry," candanya.
Keduanya terkikik lagi, mengabaikan wajah Damian yang suram sesuram masa depannya.
"Terus mereka mau dinikahkan saat masih sekolah begitu, Pak, Bu?" tanya Anne, memecah tawa dari Dirly dan Gwen.
"Iya Bu, semua urusan pernikahan kami yang urus. Ibu tidak usah khawatir. Pokonya sah menurut agama dan negara. Usia mereka juga sudah legal untuk menikah."
Anne melirik putrinya, ia sempat bertanya-tanya, kenapa keluarga Pranata tiba-tiba mau menikahkan keduanya cepat-cepat. Ia jadi curiga. "Gwen, kamu nggak lagi hamil anaknya Nak Damian, kan?"
Gwen melotot tiba-tiba. Dia bahkan hampir tersedak ludahnya sendiri. "Nggak, Bu. Gwen nggak lagi hamil, beneran. Nih pegang perut Gwen."
"Anak saya nggak hamil, Pak. Terus kenapa mereka harus menikah secepat ini?" Anne masih terus mendesak Arthur.
Pria itu melirik istrinya, bingung harus bicara apa. Jessica malah berbalik memolototi suaminya, seolah mengatakan. 'Papa cari alasan sendiri yang tepat.'
Arthur menghela napasnya panjang, rumit sudah ini urusannya. Terpaksa dia menggunakan jurus mengarang bebas. Tidak mungkin dia mengatakan Damian hampir berbuat hal tak baik pada Gwen. Tidak, dia masih seorang ayah yang tidak mau anaknya dipukuli orang lain.
"Begini, Bu. Anak saya Damian itu sudah lama menjalin kasih dengan Gwen anak Ibu. Bu Anne tahu sendiri 'kan pergaulan jaman sekarang ini miris. Apalagi anak saya bucin berat sama Gwen. Saya takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi, lebih baik dinikahkan saja, karena sekolah itu milik saya, jadi ya tidak masalah."
Damian terbatuk-batuk di sudut ruangan. Lagi-lagi ia membatin. 'Kenapa gue terus yang kena, Bokap gue apa nggak ada alasan lain? Siapa juga yang bucin sama tuh cewek badak.'
Anne kembali melirik Gwen. " Bagaimana, Gwen. Keputusan Ibu serahin ke kamu."
Gwen ingin menolak, tapi tatapan memohon dari Jessica dan Arthur membuatnya tak tega. Bagi Gwen pernikahan itu hanya akan terjadi sekali seumur hidup. Bahkan ia tak pernah berpacaran, Gwen menyabet sebutan jomblo seumur hidup, hingga Damian masuk dalam hidupnya dan membawa masalah.
Ia memejamkan matanya, mencoba meyakinkan diri sendiri. Sungguh, dirinya ingin menolak. Pernikahan yang dilandasi cinta saja bisa goyah, dan retak. Apalagi yang tak dilandasi perasaan apapun.
Sekali lagi Gwen menghelakan napasnya, matanya yang terpejam beberapa detik, kini terbuka kembali. 'Mungkin Tuhan udah ngasih gue jodoh secepat ini mungkin,' batinnya.
"Aku bersedia, Bu."
"Kamu yakin?" Anne bertanya sekali lagi.
"Iya Bu."
"Nikah itu bukan hanya sekedar sah, lalu hidup enak. Kamu harus siap mental juga."
Gwen mengangguk, apalagi mengingat sikap Damian yang hampir saja menghilangkan kehormatannya, membuat Gwen yakin Damian akan melakukan hal yang sama. Jadi, lebih baik mereka menikah saja lah. Sekalian dia bisa mengontrol itu preman sekolah. Dia juga berpikir, kalau sampai dia menolak. Pak Arthur pasti akan mencabut beasiswanya, terus bagaimana dia mau sekolah kalau begitu.
"Gwen yakin kok, Bu."
Anne mengangguk, sulit sebenarnya jika harus melepas anaknya secepat ini.
"Sebenarnya saya berat nglepasin anak saya, Bu Jessica."
"Ibu tenang saja, saya yang akan bertanggung jawab atas Gwen," sahut Damian dari sudut ruangan, membuat Arthur membolakan kedua matanya.
'Tuh si kampret baru aja kerasukan hantu pujangga, apa ya?' batin Gwen.
"Ya sudah, Bu. Saya merestui Gwen menikah dengan Nak Damian, kapan acara pernikahannya, Pak, Bu?" tanyanya.
"Minggu depan," ucap Jessica. Membuat Gwen dan Damian hampir saja terkena serangan shock.
...***Bersambung***...