Selby dan Bagas saling mencintai dalam diam. Saat Bagas menyatakan cinta Selby menolak karena berpikir mereka saudara sedarah.
Padahal mereka bukan sedarah. Akankah hal itu bisa terungkap?
Akankah ibu dari Bagas mengungkap rahasia yang selama ini dia simpan rapat?
Dapatkah Bagas dan Selby bersatu.(Disarankan baca lebih dulu novel Benih Kakak Iparku.)
Baca kisah mereka hanya di Mangatoon/Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miss ning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Beberapa bulan kemudian
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu terdengar. Seorang mahasiswi masuk setelah pemilik ruangan mempersilahkan masuk.
Decitan pintu terdengar saat pintu dibuka. Seorang pria paruh baya duduk disana. Selby duduk setelah rektor mempersilahkan ia duduk.
Beberapa menit yang lalu Sisil memberitahu bahwa pak rector mencarinya. Dan Selby langsung pergi.
“Bapak mencari saya.”
“Benar.”
Pak rektor menghembuskan nafasnya dengan kasar. Selby melihat itu. Seperti ada beban berat yang ingin ia sampaikan kepadanya.
“Maaf Selby.”
“Maaf.” Selby mengulang satu kata yang keluar dari mulut pak rektor. Matanya memicing. Dahinya berkerut. Alisnya bahkan hampir menyatu.
Ada apa? pak rektor tiba-tiba meminta maaf. Apa yang salah dan kenapa? Setidaknya itulah isi pikiran Selby saat ini.
“Saya tahu kamu mahasiswi berprestasi. Tetapi saya juga tidak punya daya untuk membela kamu. Yang berkuasa tetaplah pemenangnya. Saya hanya tidak ingin kehilangan salah satu donator terbesar di kampus ini. Saya tahu saya egois tapi saya juga tidak bisa mengorbankan kepentingan kampus hanya demi kamu. Tolong maafkan saya.”
Pak rektor kembali menghembuskan nafas dengan berat. Selby tidak menyela. Dia masih menjadi pendengar yang baik. Pak rektor menatap Selby. Ada keraguan disana tetapi dia tetap harus melakukan ini. Dia tidak berdaya.
“Selby dengan terpaksa kami harus menghentikan beasiswamu.”
“Karena orang itu.”
Pak rektor mengangguk. Lalu ia mengeluarkan sebuah kartu nama dan memberikannya kepada Selby.
“Apa ini pak?”
“Itu tempat usaha saya dan adik saya. Kau bisa bekerja paruh waktu disana untuk biaya kuliahmu. Setidaknya kamu tidak berhenti kuliah. Saya tahu kamu mahasiswi berprestasi. Saya yakin di masa depan kamu akan jadi orang yang sukses.”
Selby tersenyum. Lalu meletakkan kembali kartu nama tersebut di meja pak rektor. Tanpa beasiswa itu pun Selby tetap akan kuliah. Bahkan sampai lulus. Soal biaya dia tidak masalah. Baasiswa ini dulu hanya alasan dia untuk bisa kuliah di luar negeri.
“Tanpa beasiswa itu saya akan tetap bisa kuliah disini. Dan saya tidak perlu kerja paruh waktu. Orang tua saya masih sangat mampu membiayai saya.”
“Kau yakin.”
Selby mengangguk. Tentu saja dia sangat yakin. Soal uang ia tidak kekurangan. Bahkan menjadi donatur disini pun dia sanggup.
“Kalau boleh tahu siapa orang itu pak?”
“Dia berbeda jurusan denganmu. Dia satu tingkat diatas mu. Mungkin selisih satu atau dua tahun dengan kamu.”
“Apa dia Maura. Maksud saya Rara. Putri pak Moris?”
Pak Rektor terdiam. Ada muka terkejut disana. Bagaimana Selby tahu? Apa Selby pernah menyinggung Rara?
“Kamu tahu?”
Selby mengangguk. Siapa lagi kalau bukan dia. Penggemar berat Bagas disini yang sangat berani karena ayahnya yang berkuasa.
“Bapak sarankan kamu lebih berhati-hati. Bapak tidak tahu masalah kalian. Tetapi gadis itu didukung oleh ayahnya. Semua orang tahu pak Moris pejabat dan pengusaha yang berkuasa disini. Jadi selama ini tidak ada yang berani menyinggung gadis itu.”
“Terima kasih untuk nasehatnya pak. Kalau begitu saya pamit.”
“Iya. Silahkan.”
**
Selby duduk di kursi sebuah taman di kampus. Ia membuka laptop. Mengerjakan sesuatu disana. Ponsel berdering. Selby langsung mengangkat karena ia sedang menggunakan earphone di kedua telinganya.
“Kami sudah melakukan apa yang bos minta. Kami langsung membayar lunas biaya pendidikan bos hingga lulus.”
“Bagus.”
“Bagaimana dengan perkembangan hubungan mereka? Apa sampai cerai?”
“Tidak bos istri pak Moris tidak berani ambil resiko sebab pak Moris mengancam istrinya akan menghentikan biaya pengobatan nenek Maura jika ibu Maura nekat meminta cerai.”
Beberapa bulan yang lalu perhiasan dengan inisial selingkuhan Moris dikirim ke rumah. Dan ibu Maura yang menerima. Sebagai istri ia tidak terima suaminya ada main dengan wanita lain. Ia marah merasa dikhianati. Tetapi Moris Moris tetap tenang. Ia Santai menghadapi perselingkuhannya yang terbongkar. Sebab ia yakin istrinya tidak akan meninggalkan dirinya. Lagipula ia hanya main-main dengan wanita itu. Istrinya tetaplah ibu Maura.
“Lalu mengenai bisnisnya?”
“Pak Moris memiliki bisnis illegal. Jual beli senjata tanpa ijin resmi dari pemerintah.”
“Oh begitu.”
“Benar bos. Apa ada perintah?”
“Atur pertemuanku dengan istri Moris. Lakukan secara tidak sengaja dan buat dia tidak curiga.”
“Baik bos.”
Baru dua menit panggilan berakhir ponsel Selby kembali berdering. Nama Bagas tertera disana. Selby menjawab panggilan. Suara Bagas langsung terdengar disana.
“By, aku sudah di depan kampusmu. Keluarlah.”
“Oke.”
Selby dan Bagas pergi ke sebuah toko buku. Selby dan Bagas sama-sama sedang mencari sebuah buku untuk menunjang bisnis mereka masing-masing. Selby pergi ke rak bagian buku desain sedangkan Bagas pergi ke rak bagian bisnis.
“Bagas.”
Bagas terlihat malas melihat perempuan yang menyapanya. Setiap hari mengekorinya padahal mereka beda kelas. Sungguh merepotkan. Bahkan walau sudah berkata ia punya kekasih nyatanya tidak menyurutkan Rara untuk terus mendekati Bagas. Semakin Bagas menolak Rara semakin nekat.
“Kau sendirian?”
“Tidak.”
“Sama siapa?” tanya Rara. Ia menoleh ke sekitar siapa tahu ada seseorang yang dia kenal. Tetapi tidak ada seorang pun yang ia kenal.
Rara tersenyum. Jika Bagas sendiri maka ia bisa pulang bersama Bagas. Tentu saja ia akan memanfaatkan kesempatan itu untuk mengikat Bagas. Merendahkan diri di depan Bagas pun ia rela. Bagas obsesinya. Rasa ingin memiliki sangat besar karena beberapa kali Bagas terus menolaknya.
“Selby.”
Senyum Rara menyurut. Sebuah nama yang ia benci keluar dari mulut Bagas. Tangannya terkepal karena kesal. Lagi-lagi Selby. Sepertinya mencabut beasiswa tidak membuat Selby takut.
Rara melihat Selby. Gadis itu memang cantik. Tidak make up pun tetap cantik. Pakaian juga sederhana tidak seperti dirinya yang selalu menggunakan pakaian mewah dan mahal. Tapi kenapa banyak lelaki yang menyukainya. Termasuk Bagas.
“Bagas aku sudah selesai.”
Selby melihat Rara. Ada senyum licik yang muncul di bibir Selby. Ia berdiri di samping Bagas. Lalu memeluk lengan Bagas dengan mesra. Bagas menoleh kea rah Selby. Gadis itu tersenyum. Bagas tahu Selby hanya berpura-pura tetapi dia suka dan ia akan membantu Selby melanjutkan aktingnya.
Tangan Bagas membelai lembut lengan Selby lalu mencium pucuk kepala Selby. Gadis itu terkejut. Kedua matanya melebar saat kecupan hangat itu ia rasakan. Jantungnya langsung berdetak kencang.
Oh Tuhan.
Rasanya ingin lagi. Hangat dan mendebarkan.
“Aku juga sudah selasai by, yuk bayar.”
Rara seperti nyamuk yang tidak pernah dianggap keberadaannya. Ia marah. Dadanya naik turun karena kesal. Ubun-ubun nya seperti mengeluarkan asap tebal sejak Bagas mencium pucuk kepala Selby.
“Bagas.”
Selby dan Bagas berhenti bersama. Menoleh bersama ke arah Rara. Kekompakan mereka semakin membuat Rara kesal. Rasanya ingin mengusir Selby dari sisi Bagas. Oh tidak rasanya ingin melempar gadis itu ke laut agar tidak terus menempel dengan Bagas