Fahrul Bramantyo dan Fahrasyah Akira merupakan sahabat sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Mereka sangat akrab bak saudara kembar yang merasakan setiap suka dan duka satu sama lain.
Namun semuanya berubah saat kesalahpahaman terjadi. Fahrul menjadi pria yang sangat kasar terhadap Fahra. Beberapa kali pria itu membuat Fahra terluka, hingga membuat tubuh Fahra berdarah. Padahal ia tau bahwa Fahra nya itu sangat takut akan darah.
Karena Fahra kecil yang merasa takut kepada Fahrul, akhirnya mereka pindah ke Malang dan disana Fahra bertemu dengan Fahri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LoveHR23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benci Tapi Kepikiran
Fahra meletakkan tasnya diatas kursi ruang tamu. Tanpa mengganti baju terlebih dahulu, gadis itu meletakkan tubuhnya dan perlahan menutup mata.
Pembantunya yang melihat itu pun langsung memberitahu Bu Susan yang tengah duduk diruang TV.
"Nyonya, itu non Fahra sudah pulang" ucap pembantunya dengan sopan.
"Baguslah, emangnya kenapa bi? Bukannya Fahra pulang itu harusnya hal biasa?" tanya Bu Susan mengerutkan dahinya.
"I-iya Nya, tapi tadi saya lihat jidatnya non Fahra diplester. Kayaknya terluka"
"Benarkah?"
"Iya Nyonya, benar."
Bu Susan bergegas menghampiri Fahra yang sedang tertidur diruang tamu. Dengan membawa kotak P3K, Bu Susan membangunkan Fahra.
"Sayang, kepala kamu kenapa?" ucap Bu Susan begitu lembut sembari mengelus rambut putrinya.
Fahra terkejut saat melihat Bu Susan ada disampingnya. Ia langsung menegakkan tubuhnya dan tersenyum. Namun senyum itu tak merubah kondisi wajahnya terlihat begitu lesu.
"Fahra gak kenapa-napa kok Bun."
"Plester itu?" Bu Susan menaikkan satu alisnya.
"Hmm itu anu Fahra tadi terbentur kursi. Pas Fahra mau ganti baju kan, tiba-tiba kaki Fahra terpeleset dan jatuh" ucap Fahra berbohong
"Kamu serius?"
"Iya, Bun"
"Yaudah, kalau gitu Bunda gantiin plester kamu ya. Kita ganti pake perban aja."
"Ah Bunda nih, udah bagus-bagus pakai plester yang kecil, malah disuruh pakai perban. Fahra malu dong kalau diliat sama temen Fahra disekolah. Lagipula, ini udah gak sakit kok." Fahra terkekeh melihat sikap Bundanya yang berlebihan.
"Yaaaa kan Bunda khawatir sama anak kesayangan Bunda ini" Bu Susan memeluk Fahra dengan gemas.
"Oh iya sayang, kita udah pindah ke Jakarta udah hampir 3 bulan kan? Kamu pengen gak jalan-jalan ke rumah Tante Rina?" ucap Bu Susan membuka topik pembicaraan baru sembari melepaskan pelukannya.
"Rumah Fahrul? Mau Bunda, Fahra mau ikut" gadis itu menjawab dengan semangat. Seketika rasa lelahnya berubah menjadi semangat yang menggebu-gebu.
"Wahh semangat sekali anak Bunda. Yaudah, mau pergi sekarang atau atau besok aja?"
"Sekarang dong Bunda"
Fahra langsung berlari ke kamarnya dan bergegas mandi. Begitu juga Bu Susan yang juga bersiap-siap untuk pergi.
Sejak kepindahannya ke Jakarta, Bu Susan memang belum memberitahu Bu Rina sama sekali.
~>>•<<~
Di sebuah kamar dengan keterangan lampu yang sedikit redup, Fahrul duduk dikasur sambil bermain gitar. Ia memikirkan segala hal yang telah terjadi akhir-akhir ini. Tak jarang ia juga memikir Fahra, sahabat kecilnya itu.
(Backsound : Yang Kurasa ~ Reza Darmawangsa)
"Apa gue udah keterlaluan banget ya, sampe buat kepala si manusia brengsek luka. Tapi kan gue gak maksud gitu. Gue cuma mau buat dia jatoh. Soal berdarah, gue gak nyangka bakal jadi kayak gitu. Toh gue juga udah bantu dia bersihin lukanya kok." ucap Fahrul sambil mengalunkan sebuah lagu dari gitarnya.
"Aaaaaaaa kenapa sih, manusia brengsek itu harus dateng lagi dikehidupan gue." pria itu mulai frustrasi saat memikirkan kehadiran Fahra kembali dalam hidupnya.
"I'm in love, ini yang kurasakan. I'm in love, saat berjumpa dirinya. Dan ku tatap matanya untuk katakan ku cinta" ucap Fahrul bernyanyi reff lagu Yang Kurasa dari Reza Darmawangsa.
Terdengar suara ketukkan pintu dari rumah Bu Rina, yang tak lain adalah suara ketukkan itu berasal dari Bu Susan dan Fahra. Saat membuka pintu, Mbok Ipah langsung mempersilahkan Bu Susan dan Fahra untuk masuk dan duduk diruang tamu. Sementara dia bergegas memanggil sang pemilik rumah, yaitu Bu Rina.
"Permisi, Nya" ucap Mbok Ipah sembari mengetuk pintu.
Tanpa menunggu lama, tiba-tiba keluar seoarang wanita dari dalam kamar itu.
"Ada apa mbok?"
"Itu Nya, ada tamu"
"Siapa?"
"Saya juga nggak tau Nya" jawab Mbok Ipah, jujur. Mbok Ipah adalah pembantu baru dirumah Bu Rina. Ia baru bekerja selama 3 tahun. Maka dari itu ia tidak mengenal Bu Susan dan anaknya.
"Oh yaudah, sebentar lagi saya kesana"
"Baik, Bu." Mbok Ipah bergegas pergi dari kamar. Bu Rina tersenyum dan segera pergi ke ruang tamu.
Saat sampai diruang tamu, wanita itu terkejut melihat orang yang duduk. Seketika wajahnya tersenyum lebar dan matanya terbelalak.
"Susan?" hanya kata itulah yang keluar dari bibirnya.
Bu Susan yang melihat Bu Rina, langsung berdiri dan tersenyum manis. Begitu juga Fahra yang ikut berdiri saat mendengar suara Bu Rina.
Kedua wanita itu saling berpelukkan untuk melepas rasa rindu. Mata Bu Rina teralihkan dengan gadis yang berada dibelakang Bu Susan. Ia melepas pelukannya dan mengerutkan dahinya saat menatap Fahra.
"Ini Fahra?" tanya Bu Rina melihat Fahra.
"Iya dia Fahra" jawab Bu Susan sembari tersenyum.
"Hai sayang" Bu Rina menghampiri Fahra dan memeluk gadis itu dengan erat.
"Iya tante, apa kabar?" mereka melepaskan pelukkan.
"Tante baik, sayang. Kamu makin cantik ya"
Fahra tersenyum hingga menampakkan lesung pipinya saat mendengar pujian dari Bu Rina.
"Aduh, lesung pipinya buat tante diabetes" ucap Bu Rina memuji Fahra.
"Ah tante berlebihan ih" Fahra tertunduk karena malu. Wajahnya terus menerus tersenyum tak mampu menahan malu.
"Mheehe nggak dong sayang. Eh iya, ayo duduk. Bentar ya, aku mau panggilin Fahrul." Bu Rina bergegas pergi dari ruang tamu.
Bu Rina mengetuk pintu kamar Fahrul yang sedang tertutup. Tanpa menunggu lama, Fahrul sudah berdiri didepan pintu yang sudah terbuka.
"Kenapa, Mah?" tanya Fahrul dengan ekspresi datar.
"Mamah punya kejutan buat kamu." Bu Rina berusaha menyembunyikan senyumannya.
"Beneran? Apa?" Fahrul mulai bersemangat saat mendengar hadiah.
"Ada deh, ayo kita keluar dulu. Surprise nya ada diluar lohh"
~"Apa Mamah beliin gue mobil ya?"~ batin Fahrul.
"Ayo, Mah cepetan. Aku gak sabar mau liat surprise nya" setelah menutup pintu kamar, Fahrul langsung mengikuti Mamahnya dari belakang.
Fahrul memang sangat menginginkan mobil. Sejak naik kelas 2 SMA, ia selalu meminta mobil pada orangtuanya.
Bu Rina berhenti diruang tamu, begitu juga Fahrul yang mengikutinya. Seketika ekspresi Fahrul berubah saat melihat orang yang tengah duduk diruang tamu nya. Tanpa berkata apa pun, pria itu pergi dari ruang tamu.
Semua orang yang ada diruang tamu langsung berdiri. Bu Susan, Fahra, dan Bu Rina yang melihat Fahrul tiba-tiba pergi itu merasa bingung. Mereka saling melirik satu sama lain.
"Itu Fahrul? Kenapa dia lari?" tanya Bu Susan mengerutkan dahinya.
"Oh itu, mungkin tiba-tiba perut dia mules heheh" Bu Rina tertawa terpaksa saat melihat sikap putranya.
"Oh gitu. Aku kira ada masalah apa." ucap Bu Susan lega.
Semua orang diruang tamu akhirnya kembali duduk. Sembari menunggu Fahrul kembali, mereka bercerita tentang segala hal. Sesekali mereka tertawa ketika mengenang masa lalu.
Fahra juga bercerita bahwa Fahrul adalah teman sekolah sekaligus teman sekelasnya. Bu Rina yang mengetahui itu merasa terkejut karena Fahrul sama sekali tidak pernah menceritakan tentang hal ini padanya.
