NovelToon NovelToon
Terjebak Bersama Pewaris Millioner

Terjebak Bersama Pewaris Millioner

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Marnii

Alleta, seorang gadis penurut yang kepolosannya dimanfaatkan oleh sang kakak dan ibu tirinya.

Di malam sunyi itu, sebuah pil tidur seketika mengubah kehidupannya 90 derajat.

Ia terpaksa harus dinikahi oleh seorang pria yang terjebak bersamanya, pria yang sama sekali tak pernah ada dalam tipe suami yang dia idamankan, karena tempramennya yang terkenal sangat buruk.

Namun, pria sekaligus suami yang selama ini selalu direndahkan oleh warga desa dan dicap sebagai warga termiskin di desa itu, ternyata adalah seseorang yang statusnya bahkan tak pantas untuk dibayangkan oleh mereka yang memiliki status sosial menengah ke bawah.

Alfarezi Rahartama, pria luar biasa yang hanya kekurangan izin untuk mengungkap identitas dirinya.

Bagaimanakah reaksi keluarga Alleta setelah tahu siapa sosok menantu yang mereka remehkan itu?

Dan lalu bagaimanakah reaksi Alleta sendiri apabila dia tahu bahwa pria yang menikahinya adalah tuan muda yang disegani?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marnii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Davina Shock Dan Pingsan

"MAMA!!" Suara Rahel menggema memenuhi seisi rumah, Davina yang sedang bersantai di depan teras sambil menikmati teh hangat dan embun pagi, seketika tersentak dan berdiri untuk melihat.

Belum sempat ia masuk ke rumah, Rahel lebih dulu keluar menghampirinya dengan napas tersengal.

"Ada apa, Rahel? Teriak pagi-pagi begini, kamu pikir mama ini tuli?" gerutu Davina kesal.

"Mah, kita harus bagaimana, Mah? Kita harus bagaimana? Tamat riwayat kita sekarang!" Rahel berteriak dengan panik sambil memegangi kedua bahu ibunya.

"Kenapa, sih? Kamu tenang dulu, bicarakan pelan-pelan! Ada apa? Apa yang terjadi?" Davina menarik tangan putrinya untuk segera duduk agar bisa bersikap lebih tenang.

"Ini, minum teh dulu, jelaskan pada Mama kenapa kamu teriak-teriak?"

Rahel pun segera meneguk teh itu hingga habis tanpa peduli suhunya yang masih panas.

"Tenggorokan kamu tidak terbakar?" tanya Davina terheran-heran, anaknya ini seperti sedang kesurupan.

"Itu tidak penting, mau terbakar atau apalah itu, aku tidak peduli. Sekarang ada yang lebih penting dari ini."

Davina lagi-lagi menghela napas, ia menyerah untuk bertanya terburu-buru, dia sepertinya juga harus tenang jika ingin putrinya itu bicara dengan benar.

"Baiklah, katakan pelan-pelan. Ada apa?"

Rahel menelan ludah dengan berat, sembari menatap lekat wajah ibunya.

"Mah, aku dapat pesan dari orang itu, bahwa kita diminta untuk mengembalikan uangnya."

"APA!!" Davina terbelalak kaget setelah mendengar itu.

"B-bagaimana bisa? Apa yang terjadi?"

Rahel menggelengkan kepala dengan lemah. "Katanya perjanjian jual beli itu dibatalkan karena pihak kita melanggar aturan."

"Melanggar aturan? Melanggar dari mana? Kita sudah menjalankan semua aturan yang tertera di perjanjian itu, atas dasar apa dia membatalkannya secara sepihak seperti ini?"

"Ini semua gara-gara Alleta," kesal Rahel dengan sorot mata berapi-api.

"Tunggu, jangan bilang." Davina termenung sejenak, memikirkan aturan yang mungkin dia lewatkan.

"Benar, perempuan sial itu biang keroknya, aku tak tahu pasti apa yang dia lakukan, tetapi orang itu bilang bahwa Alleta yang membatalkan perjanjian ini."

Mendengar itu, alis Davina berkerut semakin dalam, ia tak percaya apa yang baru saja dia dengar, bagaimana mungkin Alleta bisa melakukannya, apa yang dia lakukan?

Begitu banyak pertanyaan di kepala Davina, tetapi ia sama sekali tak bisa memecahkan rasa penasarannya itu.

"Kita harus bagaimana, Mah?" Rahel tampak semakin panik melihat Davina diam saja.

"Kamu tenang dulu, Mama harus memikirkannya dengan kepala jernih."

Rahel semakin mengumpat kesal, ia tak bisa menyembunyikan kepanikan yang semakin menyerang. "Kita tidak punya banyak waktu lagi," lanjutnya, dan Davina mengernyit tak paham.

"Apa maksudnya?"

"Kita hanya diberi waktu 24 jam untuk segera mengembalikan uangnya secara utuh tanpa kurang sedikit pun. Pemberitahuannya masuk tadi malam, itu artinya, kita hanya punya waktu hingga malam ini, jika tidak, jika tidak ...." Rahel terus mengulanginya, kata-kata itu tak bisa ia lanjutkan dengan kondisi jantung yang berdebar-debar.

"Jika tidak kenapa, Rahel? Apa yang akan dia lakukan?"

"D-dia akan." Rahel menelan ludah sejenak lalu melanjutkan, "Dia akan mengirim orang datang ke sini untuk menyita semua aset yang kita miliki?"

"Aset? Aset semacam apa yang dia maksud? Kita tidak punya aset apa pun."

"Aset yang mereka maksud adalah lahan jagung dan padi milik Papa, jika kedua lahan itu masih tidak cukup, mereka juga akan menyita rumah ini."

Davina seketika terkulai lemas, dia tak mampu menahan ritme jantung yang mendadak berdetak sangat cepat hingga akhirnya tak sadarkan diri di tempat.

"Mah, Mama, bangun! Jangan mati dulu, Mama harus tanggung jawab, Mama tidak bisa meninggalkan aku sendirian dalam masalah seperti ini, Mama harus menanggung masalah ini terlebih dahulu." Rahel terus menggoyang tubuh Davina dengan kuat berharap wanita paruh baya itu bisa segera bangun.

Namun, setelah beberapa saat dan ia juga cukup lelah, akhirnya Rahel meminta pembantu di rumahnya yang baru mereka pekerjaan dua hari lalu untuk membantunya membawa sang ibu masuk ke kamar.

"Bik, tolong panggil papa saya untuk segera pulang, bilang padanya kalau mama pingsan dan butuh di bawa ke puskesmas."

"Baik, Non."

Wanita tua itu tergopoh-gopoh berlari menuju ke ladang jagung milik Adrian untuk menyampaikan kabar tersebut.

"Pak, Pak Adrian, Bu Davina, Pak."

"Ada apa, Bik?" Tampak dahi Adrian berkerut.

"Bu Davina pingsan, Pak," jawab Bi Dyah dengan napas tersendat.

"Pingsan?" Adrian terheran, sejak menikah, Davina sangat jarang sakit, apa lagi sampai pingsan."

"Ya sudah, saya pulang." Adrian bergegas mengemas peralatan bertani miliknya dan setengah berlari menuju ke rumah.

"Bagaimana bisa terjadi, Bik? Sebelum saya berangkat, dia masih baik-baik saja, bahkan terlihat bahagia."

"Saya juga tidak tahu, Pak, waktu saya kerja di dapur, tiba-tiba dengar Non Rahel teriak dari arah teras, pas saya keluar Bu Davina sudah tak sadarkan diri." Bi Dyah terus mencoba menjelaskan sambil mengebut menyusul Adrian dari belakang.

Ketika mereka tiba, Rahel masih terus menangis dan berusaha membangunkan ibunya, orang yang tidak tahu situasinya akan berpikir bahwa Rahel takut kehilangan Davina karena ia menyayangi ibunya, tapi pada kenyataan yang ada, Rahel lebih takut ibunya mati meninggalkan masalah untuknya dan justru membiarkannya menanggung masalah itu sendirian.

"Pa, ayo cepat bawa Mama buat periksa." Rahel bergegas mendekat pada Adrian ketika tahu pria itu telah tiba.

Tanpa membuang banyak waktu, Adrian segera mengangkat tubuh Davina dan dibawa ke mobil.

Pagi itu juga mereka melaju ke puskesmas yang ada di desa sebelah. Sampai di sana, Davina segera diperiksa oleh dokter yang berjaga.

Beberapa saat setelah diperiksa, dokter memberitahu mereka bahwa Davina pingsan karena mengalami shock yang cukup berat, dan akan segera sadar setelah aliran darahnya normal kembali.

Terhitung satu jam Davina pingsan, akhirnya dia mulai membuka matanya kembali, setelah sekantong cairan infus habis, ia pun diperbolehkan keluar karena tak ada gejala penyakit yang serius.

"Apa yang terjadi? Kamu shock kenapa?" tanya Adrian pelan-pelan ketika mereka sudah pulang.

Davina tampak ragu awalnya, sampai ia memutuskan menggelengkan kepala tanpa keinginan untuk menjawab.

"Benar tidak ada apa-apa? Kalau ada masalah ceritakan padaku, jangan menyusahkan dirimu sendiri."

"Mas, aku lelah mau istirahat, bisa kamu keluar dulu?"

Adrian diam sejenak, hingga lalu akhirnya mengangguk mengiyakan.

Melihat Adrian keluar dari kamar, Rahel yang menunggu di luar pun bergegas masuk.

Adrian mengernyit, apakah selama ini Rahel memang sepeduli itu pada ibunya?

"Mah, kamu sudah memikirkan caranya?"

Davina menghela napas dengan berat. "Kamu kembalikan saja uang yang masih ada, bilang sama orang itu untuk memberi sedikit waktu agar kita bisa melunasi sisa uangnya."

"Terus, kita mau dapat sisa uangnya dari mana? kita sudah pakai uang itu 300 Juta."

"Mama akan cari pinjaman."

"Pinjam? Bukankah jatuhnya jadi sama saja? Apa bedanya? Sama-sama harus dibayar, 'kan?"

Davina tampak kesal dengan kebodohan putrinya itu.

"Setidaknya lebih baik dari pada papa kamu harus tau kalau kita sudah menjual anaknya, kamu mau diusir dari rumah ini?"

Rahel menggelengkan kepala dengan cepat, mereka tidak punya harta sedikit pun, jika diusir maka mau tinggal di mana? Mau makan pakai apa? Memikirkannya saja Rahel merasa tak sanggup.

1
Rahma As
Wkwk, Alvarez terbuat dari tanah merah keknya ya 🤣
Nona S
Emang dasar si Tuan Alfarez ini 🤭
Rahma As
Best banget ceritanya thor
Marnii: Terimakasih ya sudah memberikan dukungan, lope banyak² buat kamu 🤭
total 1 replies
Rahma As
Wkwk... Birahi dong 🤣
Rahma As
Permainan Alfarez pun dimulai🤭
Rahma As
Hei, itu Alfarez mantan suamimu Alleta
Rahma As
Dapet karma dah lu 🤭
Rahma As
Tempat di mana ada banyak orang, pasti selalu ada aja yang nyeleneh. miris
Rahma As
Bukan mempermainkan orang, itu karena dendam sama lu aja Alleta 🤣
Rahma As
Ah, kenapa gak mati ajalah kau nenek sihir/Angry/
Rahma As
Hah? Lc?
Rahma As
Ini Ibu tirinya baik apa jahat thor?
Rahma As
Nah kan, jangan sampe lu nyesel nanti setelah tau siapa Alfarez itu
Rahma As
Sibuk bener lu Alleta minta cerai /Frown/
Rahma As
Halah, bukan tipeku, tapi ujung² pasti kecintaan juga nanti kau Alfarez 🤣
Marnii
Hai Guys, buat kalian yang baru baca karyaku, kita perkenalan singkat dulu ya. Ini adalah karya ke-7 yang kutulis dengan tanganku langsung dan tentunya atas izin yang Maha Esa.
Saya Author Marnii, suka Durian dan Mangga, serta suka menulis tentunya. Buat kalian yang sudah bersedia mampir dan memberikan dukungan, semoga sehat selalu, diperlancar rezekinya.
Kapan-kapan aku sapa lagi ya, udah terlalu panjang soalnya /Scowl/
Nona S
Baru sempat komen thor. Keasikan baca sampai lupa ngasih semangat. Semangat ya Thor, aku tunggu lanjutan ceritanya
Marnii: Wah, terimakasih sudah menyemangati dan selalu setia menunggu update ceritanya ya. Lope sekebon.
total 1 replies
lailatus Shoimah
ok
Marnii: Terimakasih telah berkomentar 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!