NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:766
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyiapkan Berkas

Radella tersenyum getir dengan tatapan nanar melihat beberapa kertas yang sudah dia siapkan. Air matanya mengalir tanpa bisa dicegah, dan untuk pertama kalinya dia menangis perihal seorang cowok. Dia saat ada kesalahpahaman dengan Reno, hanya sekadar kesal tapi tidak sesesak sekarang.

Kepalanya yang tadinya sudah merasa baikan setelah meminum obat, kembali merasa berdenyut lebih cepat yang semakin membuat Radella kesakitan. "Ini keputusan yang kamu inginkan, Radella!" tegasnya pada diri sendiri.

Tiga jam yang lalu, saat Delan masih berada di kamarnya. Setelah mendapatkan telepon dari Reno, yang menanyakan keadaannya, suasana mendadak canggung. Delan bahkan terlihat jelas mengindari tatapan dengannya. Mereka yang tadinya menikmati makanan sambil melempar senyuman, berubah dalam sekejap dengan keheningan.

Apalagi Delan yang memang dari awal sudah kenyang, dia makan hanya karena menuruti permintaan Radella. Makan dengan tidak nafsu lagi, walau begitu Delan tetap mencoba menghabiskan untuk menghargai bunda Suci. Radella juga merasakan perbedaannya, membuat dirinya makan dalam ketidaknyamanan.

Mereka makan dalam keheningan hingga terasa begitu lama, hampir lima belas menit mereka menyelesaikannya. "Jangan lupa obatnya," ujar Delan mengingatkan.

Radella bergeming, nada Delan terdengar begitu datar tidak seperti biasanya. Seketika perasaannya terusik, tidak suka saat Delan berkata dengan nada seperti itu. Dia terbiasa mendengar Delan berkata hangat dari awal mereka bertemu, meski tidak saling suka.

"Hem," balas Radella hanya sebuah deheman singkat. Delan tersenyum tipis, hafal kalau jawaban itu menandakan Radella tengah kesal. Meski, Delan juga tidak tahu apa yang membuat perempuan tersebut kesal.

"Ayo diminum, biar segera sehat. Reno pasti mengkhawatirkanmu sekarang!"

Tangan Delan segera membantu membuka obat tapi segera dihentikan oleh Radella. "Aku bisa sendiri," ketus Radella mengambil alih obat yang ada di tangan Delan.

Delan mengangguk, menatap Radella yang tengah meminum obatnya. Setidaknya, dia akan tenang saat tahu Radella sudah merasa lebih baik. Dirinya juga harus segera pergi, saat diingatkan kembali ada kekasih Radella yang lebih berhak mencemaskan keadaan perempuan itu.

"Radella!" panggil Delan membuat Radella menoleh ke arahnya. Matanya menatap lekat pria itu yang terlihat serius.

Delan mengembuskan napas kasar, merasa berat dan sebenarnya tidak ingin untuk mengatakan ini. Namun, dia kembali sadar tidak seharusnya mereka menggantungkan status mereka. Sementara, ada kekasih yang mendampingi mereka masing-masing.

"Ayo, segera persiapkan berkas kita!" Delan segera menunduk, teras sakit saat mengatakan membuatnya tidak kuasa untuk tetap menegakkan kepala.

Mata Radella membulat, rasa kesalnya semakin bertambah saat Delan kembali mengungkit masalah berkas perpisahan mereka. Dia berpikir, apa sebegitu inginnya Delan mengakhiri perpisahan mereka. Sedangkan, dia sekarang mulai merasa terbiasa dengan kehadiran pria itu.

"Kenapa selalu membahas itu? Apa Kamu begitu ingin kita berpisah secepatnya?" balas Radella tanpa bisa menyembunyikan rasa kesalnya.

Delan tersenyum kecil mendengar kalimat Radella, padahal dia melakukan itu karena memikirkan Radella yang sudah dilamar oleh kekasihnya. Delan yakin dengan pikirannya kalau Radella sudah menerimanya tanpa bertanya. Karena bagi Delan, Radella terlihat begitu mencintai Reno dan siap menjadi pendamping pria itu.

Untuk itu, Delan tidak bisa terus menggantungkan status mereka agar keduanya bisa bebas dan kembali ke jalan masing-masing. Kalau awalnya, Delan melakukan itu untuk sang kekasihnya, Tantri. Sekarang tidak lagi, pria itu melakukannya karena memikirkan perasaan Radella dengan segala asumsinya sendiri.

"Apa maksudmu? Aku melakukan ini karena...." Delan menghela napas, menatap Radella dengan serius. "Karena, Kamu sudah dilamar oleh kekasihmu."

Keadaan kembali hening, Radella belum merespon. Dia ingin berteriak akan ketidakjelasan perasannya. Di satu sisi, dia mulai nyaman dengan Delan dan terbiasa dengan kehadiran pria itu karena pernikahan mereka selama satu tahun ini. Di sisi lain, dia masih meyakini kalau dirinya tetap mencintai Reno dan berat rasanya kalau harus menyakiti pria itu.

Sebenarnya apa yang dilakukan Delan ada benarnya, seharusnya mereka memang sudah mulai menyiapkan berkas untuk mendaftar ke pengadilan. Namun, Radella merasa berat untuk benar-benar mengakhiri semuanya dengan Delan. Sekarang, dia merasa sebagai perempuan jahat yang menyakiti perasaan seorang pria setulus Reno.

"Seharusnya kita memang melakukan ini, kan? Apalagi, Kamu dan kekasihmu akan segera menuju hubungan yang lebih serius lagi." Delan tersenyum tipis, senyuman untuk menutupi rasa sakitnya.

"Kita persiapkan berkas masing-masing, kalau tubuh Kamu sudah benar-benar baikan, kita masukkan ke pengadilan," sambungnya terus memunculkan rasa sakit dalam setiap katanya.

Radella mendengus kasar. "Kenapa hanya aku yang Kamu jadikan alasan? Bukankah ini juga keinginan Kamu untuk segera mengakhiri hubungan kita. Apa kamu buru-buru karena ingin serius juga dengan kekasihmu?"

Selama beberapa bulan terakhir, rasa nyaman bersama Radella sempat membuat Delan melupakan hubungannya dengan Tantri. Hanya sekadar bertemu saat perempuan itu yang meminta dan itu bisa dihitung beberapa kali karena dirinya selalu memberikan alasan. Memikirkan lebih jauh dengan Tantri, pernah luntur bahkan sampai sekarang kalau hatinya meminta.

Namun, Delan tetap menekan keinginan hati kecilnya dengan terus memaksa otaknya memikirkan Tantri. Memikirkan hubungan serius dengan perempuan itu sesuai keinginan awalnya. Memaksa otaknya untuk memberikan afirmasi bahwa dirinya masih mencintai Tantri.

"Anggap saja seperti itu," balas Delan kembali dengan nada datar. Dirinya harus tegas dengan dirinya sendiri, kalau hubungan mereka memang akan berakhir. Kisah mereka hanya sampai di sini dan akan lanjut dengan orang yang berbeda, orang yang sedari awal bersama mereka sebelum keduanya dipertemukan oleh pernikahan karena perjodohan dari kedua orangtua mereka.

"Sampai jumpa besok lagi, aku pamit harus segera ke kantor!" Delan mulai berdiri, membereskan semuanya sekalian dia bawa ke bawah.

"Jangan lupa istirahat! Jangan tidur larut malam lagi, tetap jaga diri Kamu!" pesan Delan sambil tersenyum tipis dan melangkah keluar.

Kalimat itu malah membuat Radella semakin sesak, harusnya Delan berhenti peduli kalau memang mereka akan segera berpisah. Bukan malah seperti ini, yang selalu mengingatkan dirinya dan terlihat begitu mengkhawatirkannya. Kalau seperti ini, dia semakin berat untuk berpisah dari Delan.

"Sebenarnya ada apa denganku? Kenapa semuanya jadi rumit seperti ini?" keluhnya sambil bersandar pada punggung ranjang.

Selama satu jam, Radella hanya diam melamun dengan keadaan yang baru saja terjadi. Delan memintanya segera menyiapkan berkas, tapi hatinya menjerit tidak ingin. Sedangkan, otaknya sudah menyerukan supaya dirinya segera bergerak dan menyiapkan semuanya agar benar-benar selesai.

Tidak ingin terus memikirkan itu, Radella memilih bermain ponsel. Membuka sosial media bermaksud menghibur diri. Namun yang didapat malah kembali rasa sakit, pada layar berandanya muncul postingan milik seorang perempuan yang baru saja diunggahnya beberapa menit yang lalu. Foto siluet dua orang saling berhadapan dan terlihat begitu romantis.

"Bukan karena aku yang ingin segera berpisah. Tapi, kamu sendiri yang ingin segera berpisah, Delan!" desis Radella membanting ponselnya di kasur dengan perasaan campur aduk.

Perempuan itu bergegas menuju lemari, bergerak mencari bekas yang dibutuhkan dan dijadikan persyaratan untuk mendaftar di pengadilan. Selama itu pula, kepalanya malah mengulas kenangan sederhana dia bersama Delan selama satu tahun menikah. Tidak butuh waktu lama karena memang dalam satu tumpukan, Radella sudah mengumpulkan semuanya.

"Baiklah, Kamu memang benar-benar ingin mengakhiri semuanya dengan cepat!"

Dengan kasar dia menaruh berkas tersebut di atas kasurnya hingga sedikit berantakan. Lalu, kembali duduk di tempat asalnya dengan perasaan tidak karuan. Sebentar lagi, mereka akan segera berpisah secara sah. Dan mungkin mereka akan kembali pada dua orang yang saling tidak mengenal seperti sebelumnya.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!