NovelToon NovelToon
Mencari Suami Untuk Mama

Mencari Suami Untuk Mama

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Anak Kembar / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alesha Aqira

Alia adalah gadis sederhana yang hidup bersama ibu kandungnya. Ia terjebak dalam kondisi putus asa saat ibunya jatuh koma dan membutuhkan operasi seharga 140 juta rupiah.

Di tengah keputusasaan itu, Mery, sang kakak tiri, menawarkan jalan keluar:

"Kalau kamu nggak ada uang buat operasi ibu, dia bakal mati di jalanan... Gantikan aku tidur dengan pria kaya itu. Aku kasih kamu 140 juta. Deal?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesha Aqira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11 MSUM

Ternyata pria yang aku tolong waktu di hotel adalah Tuan Leonardo Dirgantara... orang terkaya di negara ini. Dan dia juga pacarnya Mery... batin Alia dalam hati, menatap pria itu dengan tenang.

"Pak Leonardo, aku juga nggak sangka kita akan bertemu lagi secepat ini, dan... di situasi seperti ini," ucap Alia, suaranya tenang namun terdengar jelas.

"Pak Leonardo sepertinya merupakan orang penting di sini," lanjutnya dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat. "Sesaat Bapak hadir, aula ini langsung menjadi sangat hening. Apakah Bapak akan mencari keadilan... untuk pacar Bapak?"

Leonardo mengerutkan kening.

"Apa maksudmu?"

"Semua orang yang hadir di sini sudah diperiksa tasnya. Tapi cuma Nona Mery yang belum. Dan tampaknya... Nona Mery akan diberikan hak istimewa," ujar Alia sambil menatap langsung ke arah Mery.

"Aku nggak mengerti apa yang kamu bicarakan. Apa maksudmu dengan 'hak istimewa'?" tanya Leonardo, mulai kehilangan kesabarannya.

"Pak Bram, ada apa sebenarnya?" tanya Leonardo, kini menoleh kepada lelaki tua yang berdiri di samping Kate.

"Leonardo, sebenar—" jawab Mery cepat, mencoba memotong.

Namun Pak Bram langsung mengangkat tangannya.

"Nona, urusan ini lebih baik dijelaskan oleh keluarga Sanjaya sendiri." Ia menunjuk ke arah Kate.

"Kate, kasih tahu Pak Leonardo."

Kate menatap Leonardo, lalu berkata dengan tegas, "Pak Leonardo, begini kejadiannya. Gelang keluarga Sanjaya hilang. Tadi, semua tamu yang ada di sini sudah diperiksa, tapi gelang itu belum ditemukan."

Ia menoleh ke arah Mery.

"Satu-satunya yang belum diperiksa tasnya adalah Nona Mery, tapi beliau bersikeras menolak."

"Pak Leonardo," kata Mery buru-buru, suaranya terdengar panik, "aku tidak mau diperiksa karena... karena ada barang pribadi di tasku. Rasanya tidak etis kalau tasku diperiksa seseorang. Itu melanggar privasiku!"

"Tapi kamu sendiri tadi yang menyarankan untuk memeriksa semua tamu, terutama memeriksa tas Nona itu," balas Kate, nada suaranya mulai dingin.

"Kamu sangat bersemangat waktu aku akan memeriksa tas Nona Alia. Tapi setelah dia dinyatakan bersih, kenapa giliran kamu yang diperiksa, kamu berbicara soal privasi?" Kate menatapnya dengan tatapan menyelidik.

Leonardo akhirnya angkat bicara.

"Aku mengerti, keluarga Sanjaya kehilangan barang yang sangat berharga dan ingin menemukannya."

"Benar," jawab Kate mantap.

"Kalau begitu," lanjut Leonardo, matanya kini beralih kepada Mery, "Nona Kate sudah bilang bahwa semua orang harus diperiksa. Jadi kamu juga harus diperiksa."

"Leonardo..." ucap Mery pelan, seolah berharap pria itu akan membelanya.

Namun Leonardo menggeleng.

"Tinggal periksa saja. Kalau kamu memang nggak mencuri gelang itu, kamu nggak perlu takut, kan?"

----

Sepertinya dia nggak akan bantu Mery... batin Alia sambil memperhatikan Leonardo yang tetap diam. Tapi kenapa semua orang di sini mengatakan kalau dia punya hubungan istimewa dengan Mery?

"Nona Mery, sekarang... bisa kamu berikan tasmu kepadaku?" ucap Kate dengan tenang tapi tajam.

Dengan terpaksa, Mery menyerahkan tasnya. Tangannya gemetar, wajahnya pucat. Semua mata kini tertuju padanya.

"Kita lihat... apa isi tasmu," lanjut Kate sembari membuka resleting tas itu perlahan.

Semua orang menahan napas.

Di dalamnya, terlihat sebuah kotak beludru hijau. Kate mengangkatnya dengan hati-hati, lalu membukanya.

Kilau zamrud menyala terang di bawah lampu gantung kristal. Gelang zamrud keluarga Sanjaya.

"Nona Mery... ternyata kamu pencurinya." Kate menatapnya dengan kecewa.

"Tidak kusangka... ternyata kamu pencurinya."

Suasana di aula menjadi hening beberapa detik, lalu pelan-pelan berubah menjadi riuh rendah bisikan.

"Astaga, benar-benar dia..."

"Tadi dia yang paling keras menuduh Alia."

"Berani-beraninya bicara soal kehormatan dan harga diri..."

"Padahal dia sendiri yang menyembunyikan gelang itu."

Beberapa tamu menggelengkan kepala, beberapa lainnya menatap Mery dengan jijik.

"Tidak disangka Nona Mery seorang pencuri," ucap salah satu tamu dengan nada kecewa.

"Yang lebih hebatnya lagi, dia yang mencuri gelangnya tapi malah melemparkan kesalahannya kepada orang lain."

"Iya benar. Nggak sangka Nona Mery yang mencurinya. Benar-benar memalukan."

"Tidak disangka ternyata Nona Mery orang yang seperti ini," timpal tamu lain.

"Tidak! Aku bukan pencurinya! Aku nggak tahu kenapa gelang itu bisa ada di dalam tasku!" seru Mery dengan panik.

"Leonardo, dengarkan aku! Aku bukan pencurinya! Pasti ada seseorang yang sengaja ingin mempermalukanku di depan semua orang!"

----

Leonardo menatap Mery datar. "Bukan aku yang harus kamu berikan penjelasan," ucapnya pelan namun tegas, "tapi mereka." Tangannya menunjuk ke arah seluruh tamu di aula.

"Nona Kate, aku bisa jelaskan ini..."

"Nona Mery, Anda sudah bersalah karena mencuri gelang ini. Anda juga tidak mau diperiksa tasnya, lalu ingin melemparkan kesalahan Anda kepada orang lain. Dan sekarang, kamu bilang kamu difitnah?" sahut Kate geram. "Kamu pikir aku akan percaya? Hah!"

"Nona Kate, saya bisa jelaskan semua ini," ucap Mery lagi, suaranya mulai memelas.

"Apa yang mau kamu jelaskan?" sahut Kate dengan sinis. "Kamu mau mengkambinghitamkan orang lain lagi?"

"Tidak, Nona. Bukan seperti itu... Tapi tadi saat anda dan juga Alia naik kelantai atas ada seorang pelayan juga yang naik kelantai atas , bukan?"

Kate terdiam sejenak. "Iya... memang ada seorang pelayan yang naik ke atas bersamaku."

Aku rasa... dia yang memasukkan gelang itu ke dalam tasku," ucap Mery cepat, seolah menemukan harapan.

----

Dengan tergesa-gesa, Mery menghampiri pelayan itu dan berbisik di telinganya, "Jangan lupa, kamu sudah menerima uang dariku. Sekarang cepat jelaskan kepada semua orang yang ada di sini kalau kamu yang mencuri gelang itu dan memasukkannya ke dalam tasku. Cepat jelaskan, kalau tidak, keluarga Sanjaya tidak akan memaafkanmu."

Pelayan itu menunduk ketakutan, lalu berkata pelan, "Maafkan aku, Nona Kate... Aku yang mencuri gelangnya dan menaruhnya ke dalam tas Nona Mery."

Kate terperangah. "Kenapa kamu melakukan itu?" tanyanya tajam.

"Aku... Aku iri dengan Nona Kate..." ucap pelayan itu pelan. "Nona Kate sangat beruntung. Anda terlahir dari keluarga kaya, cantik, dan juga merupakan seorang desainer terkenal. Sedangkan aku hanyalah seorang pelayan rendahan. Aku merasa hidup ini tidak adil. Aku hanya ingin... membuat masalah kecil, aku tak menyangka akan sejauh ini."

Pelayan itu menunduk lebih dalam. "Aku menaruh gelangnya saat baju Nona Kate tidak sengaja terkena minuman dari Nona Alia."

Mery mendengus marah. "Kamu ini! Aku sudah cukup baik memberimu tip, tapi kamu malah mau mencelakakanku? Bukannya bersyukur, kamu malah punya niat jahat kepadaku!"

Ia mengangkat suaranya, penuh emosi. "Apakah kamu tahu, kalau saja aku tidak melihatmu naik ke atas, seluruh hidupku akan hancur berantakan! Semua karena ulahmu memasukkan gelang itu ke tasku!"

"Tolong maafkan aku, Nona Mery... Aku bersalah... Maafkan aku..." ujar pelayan itu dengan air mata berlinang.

Bagus sekali, kamu, Mery... menjadikan pelayan ini sebagai umpanmu," batin Alia sambil menyunggingkan senyum tipis.

"Pak Bram, Nona Kate," ucap Mery lantang, "urusan masalah ini sudah jelas. Pelayan ini yang mencuri gelangnya dan menaruhnya ke dalam tasku. Aku sama sekali tidak terlibat dalam pencurian ini."

Pelayan itu menunduk dalam. Suaranya lirih saat berkata, "Pak Bram, Nona Kate... maafkan aku. Aku siap menerima hukuman."

Hancur berantakan! Semua karena ulahmu memasukkan gelang itu ke tasku!"

"Tolong maafkan aku, Nona Mery... Aku bersalah... Maafkan aku..." ujar pelayan itu dengan air mata berlinang.

Bagus sekali, kamu, Mery... menjadikan pelayan ini sebagai umpanmu," batin Alia sambil menyunggingkan senyum tipis.

"Pak Bram, Nona Kate," ucap Mery lantang, "urusan masalah ini sudah jelas. Pelayan ini yang mencuri gelangnya dan menaruhnya ke dalam tasku. Aku sama sekali tidak terlibat dalam pencurian ini."

Pelayan itu menunduk dalam. Suaranya lirih saat berkata, "Pak Bram, Nona Kate... maafkan aku. Aku siap menerima hukuman."

1
Evi Lusiana
giliran nengok muka ke duany mirip
Mericy Setyaningrum
Ya Allah ada nama aku hehe
Ermintrude
Gak bisa berhenti!
Mashiro Shiina
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
filzah
Sumpah baper! 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!