NovelToon NovelToon
Menikah Dengan KAKAK TIRI MANTAN

Menikah Dengan KAKAK TIRI MANTAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:26.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Winda Hapsari, seorang wanita cantik dan sukses, menjalin hubungan kasih dengan Johan Aditama selama dua tahun.

Sore itu, niatnya untuk memberikan kejutan pada Johan berubah menjadi hancur lebur saat ia memergoki Johan dan Revi berselingkuh di rumah kontrakan teman Johan.

Kejadian tersebut membuka mata Winda akan kepalsuan hubungannya dengan Johan dan Revi yang ternyata selama ini memanfaatkan kebaikannya.

Hancur dan patah hati, Winda bersumpah untuk bangkit dan tidak akan membiarkan pengkhianatan itu menghancurkannya.

Ternyata, takdir berpihak padanya. Ia bertemu dengan seorang laki-laki yang menawarkan pernikahan. Seorang pria yang selama ini tak pernah ia kenal, yang ternyata adalah kakak tiri Johan menawarkan bantuan untuknya membalas dendam.

Pernikahan ini bukan hanya membawa cinta dan kebahagiaan baru dalam hidupnya, tetapi juga menjadi medan pertarungan Winda.

Mampukah Winda meninggalkan luka masa lalunya dan menemukan cinta sejati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25

Sudah beberapa bulan berlalu tidak terdengar berita mengenai Johan dan Gunawan, setelah kabar terakhir yang dia dengar dari mulut Ardan bahwa perusahaan Gunawan mulai bangkit. Mungkin suaminya itu memang sudah sudah tak mau tahu tentang mereka. Namun, anehnya hal ini justru membuat Winda menjadi curiga. Pasalnya, mereka sebelumnya begitu getol mendatangi perusahaan Ardan untuk mengajukan kerjasama dan juga meminta maaf. Permintaan maaf yang Winda tahu itu adalah palsu.

Apalagi jika mengingat sifat dari Gunawan dan Johan. Tidak mungkin kan kalau mereka menyerah begitu saja. Atau jangan-jangan mereka sedang menyiapkan strategi baru? Entah kenapa Winda merasa khawatir. Atau dia yang terlalu paranoid. Gunawan dan Johan memang tidak berada dalam satu perusahaan dengan Ardan, akan tetapi manusia culas seperti mereka selalu berhasil menemukan celah.

“Mau aku buatkan kopi?” tanya Winda ketika mereka sedang sarapan dan Ardan sesekali melirik ke arah ponselnya. Padahal baru bangun tidur dua jam yang lalu, tetapi raut lelah tak menyingkir dari wajah Ardan. Dalam hati Winda terbersit satu tanya, sebesar apa masalah yang sedang dihadapi suaminya?

Ardan menatap Winda sekilas dan mengangguk. "Boleh. Tanpa gula ya. Aku tidak butuh pemanis, karena yang manis sudah ada di depanku." Ardan mengerling nakal sambil menjawil dagu Winda membuat wanita itu tersipu.

Gombalan Ardan di pagi hari yang belakangan ini selalu menghiasi telinga Winda. Ternyata pria itu memiliki bakat terpendam yang akhir-akhir ini baru diketahui oleh Winda. Tak hanya pandai dalam hal berbisnis, tetapi pria itu juga lihai bermain kata.

Winda mendorong kursinya ke belakang Lalu berdiri. “Secangkir kopi plus-plus harganya beda lho ya?” Membalas tarlingan suaminya lalu beranjak menuju pantry.

Ardan tergelak melihat tingkah genit istrinya. Bersyukur dalam hati, di tengah badai yang melanda perusahaannya, hubungannya dengan sang istri semakin intim.

Dering ponsel membuat Ardan mengerutkan kening. Winda yang sedang membuat kopi hanya sesekali melirik memperhatikan. Untuk mendengar percakapan jelas tidak mungkin. Jarak antara meja makan dan pantry menjadi penghalang. Apalagi Ardan tidak menggunakan mode loudspeaker.

“Ada apa?” Winda datang dengan secangkir kopi yang mengepulkan uap panas, penasaran karena karena melihat raut wajah Ardan yang berubah tegang. Wanita itu curiga Mungkinkah sesuatu sedang terjadi dalam perusahaan suaminya.

Menghela nafas, Ardan menatap ke arah Winda. “Ada sedikit masalah di perusahaan, aku harus segera berangkat.”

“Aku ambilkan cawan. Minum dulu kopinya walau sedikit, biar gak ngantuk.” Winda bergerak kembali menuju pantry tanpa menunggu jawaban. Sebentar kemudian telah kembali dengan sebuah cawan. Dituangnya sedikit kopi dari cangkir lalu meniupnya untuk menghilangkan uap dan mengurangi panas.

“Terima kasih,” ucap Ardan yang lalu menerima dan segera meminumnya. “Aku berangkat dulu ya. Jaga diri di rumah,” pesannya mengingat sang istri kini telah tak lagi bekerja.

“Bekal sudah aku masukkan dalam tas. Maaf nanti aku tidak bisa mengantar makan siang. Mama dan Papa bilang mau berkunjung.” Winda mengantar keberangkatan suaminya sampai ke teras depan.

“Tidak masalah. Sampaikan salamku pada mama dan papa.” Ardan meninggalkan kecupan di kening istrinya sebelum masuk ke dalam mobil. Winda mengangguk, melepas kepergian suaminya dengan lambaian tangan dan doa, agar sang suami dimudahkan dalam segala hal. Belakangan ini dadanya selalu berdebar kencang. Entah itu firasat apa, yang jelas bukan sesuatu yang baik.

*

*

*

“Ada laporan apa?” Tanya ardan begitu masuk ke ruang kerjanya. Bahkan sudah berhari-hari ini Ardan pulang pergi bersama sopir, karena Denis harus mengurus sesuatu yang lebih penting.

“Persediaan bahan baku menipis. Ini sesuatu yang tidak biasa. Lalu tiba-tiba saja supplier mengatakan tidak ingin memperpanjang kontrak.”

Rahang Ardan mengeras. Kecurigaannya semakin menguat. “Bagaimana hasil penyelidikan?” menatap denis setelah ia duduk di kursi kebesarannya.

“Tepat seperti dugaan Anda. Mereka tersangka utama. Namun, ada orang lain berdiri di belakang mereka.” Denis menyodorkan sebuah map berisi berkas yang sudah dibuka olehnya, dan diletakkan di meja tepat di hadapan Ardan.

Mata tajam Ardan meneliti huruf demi huruf yang ditunjuk oleh Denis. Rahangnya kian mengeras. “Biarkan mereka lanjutkan. Kita pura-pura tidak menyadarinya. Lalu ketika tiba saatnya, kita balikkan keadaan. Berikan pukulan telak.”

“Baik.” Denis mengangguk tegas.

“Pantau terus orang yang telah kita curigai. Jangan hilang kewaspadaan. Berikan umpan yang bisa mereka makan. Tapi jangan sampai mereka menyadari kecurigaan kita. Selain itu bentuk tim solid. Buat rencana baru tanpa sepengetahuan mereka. Biarkan mereka merasa menang.”

“Akan saya atur.” Denis menundukkan kepala lalu unsur diri.

Ardan menatap berkas di hadapannya dengan mata berkilat merah. Kilat yang seakan mampu membakar apa pun yang ada di hadapannya.

“Kalian yang cari mati. Jangan salahkan Aku yang terlalu baik hati hingga dengan suka rela mengantar kalian ke liang kubur.”

*

*

*

“Apa yang akan kita siapkan untuk tuan dan nyonya besar, Nyonya?” Kepala pelayan Joe mendekati Winda yang sedang fokus mengaduk adonan roti.

“Tidak usah terlalu bingung, Paman. Siapkan biasa saja. Mama dan Papa menyukai masakan rumahan. Dan satu lagi jangan memasak daging atau ikan banyak-banyak. Mereka lebih suka sayur. Sayur apa saja. Gunakan bahan yang ada di kulkas!” Winda memberikan petunjuk tanpa mengalihkan fokus dari mixer yang dia pegang.

“Baik, Nyonya.” Pelayan mengangguk lalu bergerak menjalankan perintah.

Selang satu jam kemudian, beberapa jenis masakan telah terhidang di meja makan. Dendeng ragi, tongkol balado, cah kangkung, sayur asem, sambal matah, dan tak ketinggalan kerupuk udang.

Beberapa pelayan sempat tak percaya, orang tua nyonya-nya memiliki selera seperti itu. Bukankah biasanya orang kaya lebih suka makanan ala-ala barat?

“Bi, tolong potong-potong kuenya dan tata di piring, ya.” Winda mempercayakan brownies yang baru ia angkat dari oven pada pelayan. “Yang dua loyang di bagi-bagi untuk kalian semua. Aku mau mandi. Pasti sebentar lagi Mama dan papa datang.” sambil berkata demikian, Winda melepas apron yang segera di terima oleh Joe.

Joe, Bibi, dan para pelayan sempat saling pandang. Nyonya membuat kue untuk mereka juga? “Terima kasih, Nyonya.” Mereka serempak membungkukkan badan memberi penghormatan, sementara Winda malah sudah melenggang menaiki tangga. Ada lift, tapi wanita itu yang tidak ingin menggunakannya. Baginya berjalan naik turun tangga lebih sehat.

“Tuan tidak akan menggorok leher kita karena mempekerjakan Nyonya, kan?” salah seorang pelayan malah bergidik memegang lehernya.

“Jangan nakut-nakutin Kamu!” ucapan nya mendapat pukulan kecil di punggung.

“Tidak apa-apa kan kita beneran makan kue buatan Nyonya?”

“Kue ini terlalu menggiurkan. Aromanya harum dan terlihat sangat lezat.

*

*

*

“Mama, Aku kangen.” Winda memeluk erat begitu wanita yang telah melahirkannya ke dunia turun dari mobil. Ia bahkan langsung berlari menyongsong saat mobil baru parkir. Tak sabar menunggu sampai mama dan papanya masuk rumah, atau setidaknya sampai di teras. Sudah hampir tiga bulan mereka tidak bertemu sejak kunjungan terakhir. Itu dikarenakan Ardan yang benar-benar sibuk belakangan ini.

“Kamu ini. Sudah nikah juga masih seperti anak kecil saja.” Ngomel, padahal dirinya sendiri juga menahan rindu. Tuan Radit hanya bisa menggeleng lalu ikut memeluk putrinya.

“Yuk, Ma, Pa, kita masuk. Tadi Winda buat kue pake resep Mama.” Winda berada di tengah menggandeng kedua orang tuanya.

“Mama yadi berangkat jam berapa, kok sampai tengah hari baru nyampe?” sambil bertanya, Winda langsung membawa keduanya ke ruang makan. Para pelayan pun dengan sigap melakukan tugasnya.

*

*

*

“Bagaimana hubunganmu dengan suamimu?” tanya Tuan Radit setelah mereka selesai bersantap siang. Kini mereka bertiga telah duduk bercengkrama di ruang tengah. Duduk bertiga di sofa panjang dengan winda berada di tengah.

“Alhamdulillah baik, Pa. Papa jangan khawatir. Winda bertemu pria yang tepat. Winda sangat bahagia.” Winda menyandarkan kepala di lengan kokoh papanya.

“Emmm… itu… Apakah suamimu…?” Tuan Radit ingin bertanya, tapi ragu.

“Ada apa sih, Pa? Apa yang ingin Papa tanyakan?” Winda melepaskan tangannya yang semula bergelayut manja. Mendongak menatap wajah papanya.

Tuan Radit menggaruk tengkuknya. “Emmm,,,, apa kamu sudah ada tanda-tanda hamil? Apa suamimu mengajakmu membuat anak?”

“Papa…???!!!”

1
SR.Yuni
keren pak ceo ganteng
Desmeri epy Epy
lanjut thor
Rabiatul Addawiyah
Matee kau Gunawan n Johan bentar lagi perusahaan kalian diambil oleh penanam modal yg licik itu 😅
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
jangan jangan jangan jangan ini si winda
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: apa ini jangan jangan jangan jangan?🤔🤔🤔
total 2 replies
Ari Peny
apa winda hamil y
Alona Luna: bisa jadi ya
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
sombong kok bangga ya si johan
〈⎳ FT. Zira
Mi...
nama fans nya udah bisa di ganti tuhh..kali aja mau di ganti ArWa🤭 Ardan dan winda
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: enggg🤔🤔🤔🤔🤔
total 1 replies
Nar Sih
kesombongan mu pasti menghancurkan mu johan
〈⎳ FT. Zira: kalo gak hancur, kita aja yg hancurkan/Hammer/
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
No way!🤧🤧🤧
mana mau winda mungut sampah yg sudah dibuang/Right Bah!/
〈⎳ FT. Zira
lagi meludahi diri sendiiri ya gini🤧
〈⎳ FT. Zira
apapun atau ataupun?
🤔
〈⎳ FT. Zira: cek dulu Mami/Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: otww otww
total 6 replies
〈⎳ FT. Zira
Tuan dan Nyonya Bagaskara mi.. kan Winda dah jadi nyonya bagaskara..
kalo tuan bagaskara dan nyonya.. berasa terpisah
〈⎳ FT. Zira: /Kiss//Kiss/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨: udah perbaiki, makasih /Kiss//Kiss/
total 6 replies
〈⎳ FT. Zira
ibarat dipuji dulu setinggi lagit, terus hempaskan ke bawah/Proud//Proud//Proud/
Piet Mayong
kasih paham sebentar tuan Ardan biar si Jo ini tau ...
Piet Mayong
frantal amat pak bicaranya, kok g basa basi dulu...
Desmeri epy Epy
lanjut thor
Rabiatul Addawiyah
sabar Win.. tunggu bom yg suamimu lempar utk mantan busukmu
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
meybe
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
sampai??
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!