NovelToon NovelToon
ASI Untuk HOT CEO

ASI Untuk HOT CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arran Lim

Alur cerita ringan...
Dan novel ini berisi beberapa cerita dengan karakter yang berbeda-beda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arran Lim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Setelah hampir dua jam mereka menghabiskan waktu bersama Leo, akhirnya Nicholas dan Anna kembali ke hotel. Malam itu udara terasa lebih dingin dari biasanya, namun bukan itu yang membuat suasana di antara mereka menjadi hening. Sepanjang perjalanan, Anna terlihat diam saja. Pandangannya lebih banyak tertuju pada jendela mobil yang buram oleh embun malam, seolah enggan menatap Nicholas. Senyumnya yang biasanya ceria kini lenyap, digantikan wajah kaku yang seakan menyimpan sesuatu.

Nicholas sempat beberapa kali melirik ke arahnya. Ada sesuatu yang janggal, sesuatu yang tidak biasa. Anna terlalu hening. Bahkan saat mereka melewati jalanan penuh lampu, gadis itu tetap tak bergeming.

Setibanya di lobby hotel, Anna buru-buru melangkah lebih dulu. Namun, sebelum sempat menghilang dari pandangan, Nicholas menahan lengannya.

“Kamu kenapa?” tanya Nicholas dengan nada tenang, meski ada kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan.

Anna menoleh sekilas, lalu buru-buru mengalihkan tatapan. “Kenapa apanya, Pak?” jawabnya datar, berusaha terdengar biasa.

Nicholas menghela napas panjang. Tatapan matanya tak bisa dilepaskan dari wajah Anna. Ia menggenggam tangan gadis itu, lembut namun tegas, lalu menuntunnya menuju lift. “Kita bicara di kamar aja,” ujarnya tanpa memberi kesempatan untuk mengelak.

Sesampainya di kamar, Nicholas menuntun Anna duduk di sofa. Ia sendiri memilih duduk menyamping, menghadap penuh ke arah Anna. Kedekatan itu membuat Anna semakin salah tingkah.

“Kenapa? Kamu kayak menghindar dari aku. Aku ada salah, hmm?” tanya Nicholas dengan suara lembut yang justru membuat dada Anna semakin sesak.

Anna menunduk, mengalihkan pandangan ke arah lain. Wajahnya memerah, telinganya pun ikut panas. Ia tidak terbiasa diperlakukan seperti itu, terlebih dengan intensitas tatapan Nicholas yang begitu dalam.

“Hey...” suara Nicholas lirih, namun tegas. Tangannya terulur, meraih wajah Anna, memaksanya menatap. “Kenapa?”

Anna membuka mulutnya, namun suaranya tertahan di tenggorokan. “K-kata Kak Leo...” ucapnya lalu terhenti, seolah ada tembok besar yang menghalangi lidahnya.

Nicholas langsung mengernyit. “Leo? Kenapa? Dia bilang apa?” Nada suaranya meninggi sedikit, alisnya terangkat dengan ekspresi was-was.

Anna tetap diam, bibirnya terkatup rapat.

Nicholas makin khawatir. “Dia ngomong yang nggak-nggak ke kamu?” tanyanya lagi, kali ini lebih serius.

Anna buru-buru menggeleng.

“Terus ngomong apa?” desak Nicholas, kali ini lebih lembut, seolah ingin memberi keberanian.

Anna menelan ludahnya, lalu akhirnya memberanikan diri. Dengan suara hampir tak terdengar, ia berkata, “Kak Nicho s-suka sama aku...”

Nicholas terdiam. Hening mengisi ruang kamar. Anna sendiri merasa jantungnya hampir meledak karena menunggu jawaban. Hingga beberapa detik kemudian, Nicholas mengalihkan pandangannya sejenak, berdehem, lalu kembali menatap Anna.

Wajahnya memerah. Itu kali pertama Anna melihat rona malu di wajah pria itu.

“Iya...” jawab Nicholas, suaranya dalam dan rendah.

Anna terperanjat. Jantungnya berdetak semakin kencang, pipinya terasa seperti terbakar.

“S-sejak kapan?” tanyanya pelan, nyaris berbisik.

“Sejak pertama kali kita ketemu,” jawab Nicholas tenang, tatapannya tak goyah.

Anna membelalakkan matanya. Ingatannya melayang jauh ke masa lalu. Pertemuan pertama mereka... ketika ia baru saja lulus SMP. Ia menoleh dengan ragu. “Kakak yang bener aja! Aku baru tamat SMP waktu itu.”

Nicholas terkekeh kecil, lalu dengan santai mencubit pipinya. “Makanya aku jaga jarak. Tunggu kamu dewasa.”

Anna terdiam. Sementara Nicholas melanjutkan dengan nada serius, “Nggak mudah buat aku nunggu kamu selama itu, jadi jangan nolak aku, ya.”

Wajah Anna semakin merah. Kata-kata itu membuatnya kehabisan kalimat untuk membantah.

“Kamu udah tau perasaan aku gimana. Jadi, aku nggak perlu nutup-nutupin lagi.” Nicholas mengusap lembut kepala Anna, lalu menatapnya penuh keyakinan. “Aku bakal mulai nunjukin ke kamu, gimana rasa cinta aku ke kamu.”

Anna masih terdiam, matanya menatap Nicholas dengan campuran bingung dan malu.

Perlahan, Nicholas mendekatkan wajahnya. Jarak mereka semakin menipis hingga akhirnya bibir Nicholas menyentuh bibir Anna dengan lembut. Pagutan itu singkat namun penuh makna. Nicholas meraih tengkuk Anna, sementara tangan satunya mengelus pipi gadis itu, menyalurkan rasa tenang yang membuat Anna tak lagi tegang. Hingga, secara mengejutkan, Anna mulai membalas ciuman itu dengan kikuk.

Beberapa detik kemudian, Nicholas melepaskannya, memberi ruang agar Anna bisa bernapas. Kening mereka bersentuhan, hidung Nicholas menggesek manja hidung mungil Anna.

“Love you, baby...” bisiknya, membuat Anna hampir tak mampu mengatur napasnya sendiri.

Nicholas lalu mengangkat tubuh Anna ke pangkuannya. Begitu yakin bahwa Anna sudah kembali bernapas dengan lega, ia kembali melumat bibirnya dengan mesra. Anna memejamkan matanya rapat-rapat, membalas ciuman itu walau masih terasa kaku. Namun, bagi Nicholas, itu lebih dari cukup—sebuah awal yang selama ini ia tunggu.

.

.

.

.

Beberapa menit setelah keintiman itu, Anna perlahan melepas pagutannya. Gerakan mendadak itu membuat Nicholas mengernyit, bingung dengan perubahan sikapnya.

“Why, baby?” tanyanya pelan, tatapannya penuh keheranan. Ia langsung meneliti wajah Anna yang kini tampak meringis menahan sesuatu.

Nicholas refleks mengusap pipi gadis itu. “Aku terlalu kuat ya cium bibir kamu? Sakit, ya sayang?” tanyanya khawatir, jari-jarinya dengan hati-hati menyentuh bibir Anna yang masih memerah.

Anna menggeleng cepat. Ia hendak turun dari pangkuan Nicholas, namun pria itu dengan sigap menahan pinggangnya agar tetap berada di pelukannya.

“Kenapa, sayang?” Nada suara Nicholas terdengar semakin cemas.

Anna menundukkan wajah, suaranya nyaris tak terdengar. “Dada aku... sakit lagi.”

Sekejap, raut wajah Nicholas berubah drastis. Kekhawatiran mendesak rasa hangat yang sebelumnya sempat ia rasakan. Tanpa pikir panjang, ia langsung menggeser tubuhnya, kemudian menggendong Anna dalam dekapannya.

“Shh nggak apa-apa.” Ia menempelkan dagunya di ubun-ubun Anna sambil melangkah cepat menuju kamar mandi.

Lampu kamar mandi menyala terang, uap hangat dari shower menyambut mereka. Nicholas dengan hati-hati menurunkan Anna di tepi bathtub, tangannya masih setia menyangga bahu gadis itu seolah takut Anna jatuh.

“Mandi dulu, sayang. Biar badan kamu rileks. Abis itu aku bantuin kamu, ya? Habis itu langsung tidur, hmm?” suaranya lembut, nyaris seperti bujukan seorang suami pada istrinya, namun ada ketegasan penuh cinta di dalamnya.

Anna hanya mengangguk pelan, matanya redup menahan sakit. Nicholas berjongkok di hadapannya, menatap lekat wajah pucat Anna. Ia mengusap lembut punggung tangan Anna, berusaha menyalurkan ketenangan.

Dalam hati, Nicholas merasa bersalah. Ia menyesali ketidakpekaannya, karena terlalu larut dalam perasaan hingga lupa bahwa kondisi Anna.

"Mau aku bantuin mandi, sayang?" tanya Nicholas lembut.

Anna menggeleng dengan wajah yang memerah.

"Yaudah, aku tunggu diluar ya?!" ucap Nicholas lagi dan Anna hanya mengangguk.

.

.

.

Delapan belas menit kemudian, Anna akhirnya keluar dari kamar mandi. Uap hangat masih mengepul dari balik pintu, dan tubuh mungilnya hanya terbalut bathrobe putih lembut. Rambutnya masih basah, sebagian menempel di pipinya yang pucat.

Di ruang tengah, Nicholas yang sedang duduk di sofa langsung menoleh begitu mendengar suara pintu terbuka. Wajahnya yang tampak segar menunjukkan bahwa ia pun sempat mandi sebentar.

Begitu melihat Anna, Nicholas segera bangkit. Tatapannya tajam namun penuh kasih, lalu tanpa banyak kata, ia melangkah cepat menghampiri. “Sini, baby...” gumamnya lirih, kemudian tubuh Anna sudah kembali berada dalam gendongannya.

“Masih sakit kan, sayang? Kamu belum ngeluarin asi kamu kan?” suara Nicholas terdengar penuh kekhawatiran saat menatap wajah Anna.

Anna hanya menggeleng lemah, bibirnya nyaris tak bergerak. Ia tak sanggup menjawab dengan kata-kata. Nicholas mengangguk pelan, wajahnya serius, lalu tanpa menunggu lagi ia mempercepat langkahnya menuju kamar.

Di sana, suasana terasa lebih hangat. Lampu kamar temaram, tirai jendela sudah tertutup rapat, seakan sengaja diciptakan untuk memberi ketenangan. Nicholas membaringkan Anna dengan hati-hati di atas kasur, seolah wanita itu terbuat dari kaca tipis yang bisa pecah kapan saja.

Nicholas pun ikut naik ke atas ranjang, lalu membuka bathrobe Anna dengan hati-hati. Nafas Nicholas naik turun melihat ραyυdαrα indah sang pujaan hati yang tampak lembab dan ρυtιηgηya tampak memerah karena mandi air hangat.

Anna memalingkan wajahnya kala melihat Nicholas yang menatap ραyυdαrαηya dengan intens.

"Aku mulai sayang..." ucap Nicholas dengan suara rendahnya.

"έηηgggh." dεsαh Anna tertahan kala ρυtιηg ραyυdαrαηya telah berada di dalam mulut Nicholas.

"Jangan ditahan sayang, lepasin aja." ucap Nicholas sebelum kembali mεηyεsαρ ρυtιηg sang kekasih.

Dέsαhαη pun keluar dari mulut Anna. Anna benar-benar tidak menahannya lagi, apalagi lιdαh Nicholas menyεsαρ ρυtιηgηya dengan sεήsυαl.

Pinggul Anna sedikit terangkat karena merasakan gαtal dan gέli di area sέήsitifnyα karena perlakuan Nicholas.

Nicholas yang tau itu perlahan-lahan menurunkan tangannya mέήyέήtuh area sεήsιtίf sang pujaan hati membuat wanita yang ia cintai itu tersentak kaget.

"Nikmati sayang, aku cuma membantu kamu. Aku tau kamu ngga nyaman, aku bantu tuntasin." ucap Nicholas lalu memasukkan tάήgάnnya kedalam uηderweάr sang kekasih.

Dέsάhάή Anna semakin kencang kala merasakan jari tangan Nicholas mengelus mιlικnyα dengan lembut.

"K-kak N-nicho." panggil Anna tersendat-sendat.

Nicholas yang asik meηγυsυ langsung mendongak, ia melepas ρυtιng Anna dari mulutnya sejenak, tersenyum manis kearah Anna. Lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Anna.

"Enαk sayang?" bisik Nicholas dengan suara beratnya.

Anna hanya diam sembari menatap Nicholas.

"Ahhhh εευυnnggghh." desαh Anna spontan kala Nicholas sεmακiη mempercepat jarinya di bawah sana.

"Cantik banget, sayang." ucap Nicholas menikmati ekspresi wajah sang kekasih.

"AKKHHHHH!!!!!!" Anna memekik kala keηikmαtαn itu menghampiri.

Nicholas menunduk, ia membυκα undεrwεαr sang pujaan hati dan melihat jari-jari tangannya telah basah karena cαιrαη milik Anna. Nicholas tersenyum puas, lalu sedikit meηggεrακκαη jarinya yang masih berada di dalam mιlικ Anna lalu ia pun menarik jαrinya keluar.

"I like it." gumam Nicholas sembari tersenyum puas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!