NovelToon NovelToon
Agent Khusus Yang Diceraikan Istrinya

Agent Khusus Yang Diceraikan Istrinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Anak Lelaki/Pria Miskin / Penyelamat
Popularitas:611
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Yansya diceraikan istrinya karena dia miskin. Setelah menjadi agent khusus, akankah hidupnya berubah menjadi lebih baik? atau menjadi semakin buruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemesraan Di Rumah Lisa

"Kau serius, Lisa?" Yansya bertanya, suaranya sedikit tercekat.

"Maksudku, setelah pertarungan intens barusan, kau yakin mengajakku mandi bersama?"

Ia menatap Lisa, mencoba mencari tahu apakah wanita itu serius atau hanya menggodanya. Pikirannya masih sibuk memproses ajakan yang tiba-tiba dan tidak terduga setelah ketegangan pertarungan.

Lisa mengangguk pelan. Sudut bibirnya sedikit terangkat, membentuk lengkungan halus yang kini memancarkan aura berbeda, seolah tidak ada keraguan sedikit pun dalam ajakannya.

"Tentu saja aku serius," katanya dengan nada santai. Ia membiarkan mata mereka saling bertemu dalam keheningan sesaat yang terasa penuh makna. Lisa tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai alasannya, hanya membiarkan Yansya menebak sendiri maksud di balik perkataannya.

Yansya lalu membalas tatapan Lisa. Sebuah senyum tipis ikut muncul di wajahnya, menunjukkan bahwa ia sudah memahami maksud di balik ajakan itu.

"Baiklah, Lisa, aku mengerti," jawab Yansya dengan nada tenang namun penuh keyakinan. "Aku bukan pria naif yang terkejut dengan hal semacam ini, dan jika memang itu yang kau inginkan, maka aku tidak akan ragu untuk 'memakanmu' habis, jika itu yang kau mau."

Lisa tertawa kecil, suara tawanya terdengar renyah dan penuh godaan. Hal itu membuat suasana tegang yang sempat menyelimuti mereka mencair seketika.

"Hanya mandi saja, Tuan," kata Lisa sambil mengedipkan matanya, menunjukkan ekspresi jenaka yang semakin memperjelas bahwa ia sedang bercanda.

"Jangan lakukan lebih, oke? Aku hanya butuh seseorang yang bisa membersihkan punggungku, itu saja," tambahnya. Ia membiarkan kata-kata terakhirnya menggantung di udara, seolah menantang Yansya untuk memberikan respons selanjutnya.

Namun, Yansya tidak memedulikan gurauan Lisa.

"Aku tak peduli," balas Yansya dengan cepat, rahangnya mengeras karena ia kini sudah tak sabar lagi. Ia langsung bergerak, memegang pergelangan tangan Lisa kuat-kuat dan mendorongnya perlahan sampai punggung Lisa menyentuh dinding di belakangnya.

"Kau pikir apa yang akan pria lakukan padamu jika kau terus menggodanya seperti tadi?" tanyanya. Sorot mata Yansya terlihat tajam, menuntut jawaban dari wanita di hadapannya.

Lisa menatap Yansya dengan mata sedikit melebar, terkejut sesaat oleh tindakan berani Yansya yang tidak ia duga. Namun, kemudian sebuah seringai tipis kembali tersungging di bibirnya, menunjukkan bahwa ia justru menikmati situasi itu.

"Kau cukup berani sebagai bawahanku, Tuan Yansya," kata Lisa dengan nada suara yang rendah, seolah ia sedang menguji seberapa jauh Yansya akan bertindak.

Yansya membalas pandangan tanpa keraguan, dan ia menegaskan, "Sekarang aku memang bawahanmu, tapi suatu saat aku akan berada di atasmu, baik saat mengenakan seragam, maupun tanpa pakaian sama sekali."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Yansya tidak menunggu respons dari Lisa. Tangannya bergerak cepat membuka kancing kemeja Lisa satu per satu. Lalu, ia juga melepaskan ikatan di pinggang celananya, membuat pakaian Lisa melorot perlahan ke lantai.

Tanpa membuang waktu, Yansya menatap mata Lisa dengan penuh makna dan berbisik pelan, "Ayo." Ia menuntun pergelangan tangan Lisa menuju pintu kamar mandi yang berada tidak jauh dari posisi mereka. Lisa hanya mengikuti langkah tanpa perlawanan, membiarkan Yansya membawa dirinya dalam keheningan yang penuh antisipasi.

Ketika mereka sudah berada di dalam kamar mandi, Yansya membalas tatapan Lisa dengan tatapan yang menggodanya.

"Sepertinya kau belum siap ya, Lisa?" Yansya bertanya, melihat ekspresi Lisa yang tampak sedikit ragu.

Lisa membalas tatapan itu, dan ia berkata, "Jika kau mau, lakukanlah."

Yansya tersenyum tipis, dan ia mendekatkan tubuhnya.

"Jika kau tak menginginkannya, itu akan jadi membosankan," jawabnya sambil merangsang bagian sensitif di punggung dan telinga Lisa dengan sentuhan lembut jari-jemarinya. Lisa hanya bisa merasakan setiap sentuhan Yansya yang mulai membangkitkan perasaannya.

Beberapa waktu kemudian, setelah mereka selesai mandi, Lisa dan Yansya keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang melilit tubuh mereka. Rambut mereka yang basah dibiarkan tergerai berantakan, dan beberapa tetesan air masih menempel di kulit mereka.

Yansya menatap Lisa yang sedang menyeka wajahnya, lalu ia mengingat kembali perkataan Lisa sebelumnya.

"Jadi, Lisa," kata Yansya, memecah kesunyian, "bukankah kau berjanji akan memberitahuku apa yang sebenarnya aku rasakan?"

Lisa memandang Yansya, matanya memancarkan tatapan serius yang berbeda dari godaannya barusan.

"Misi itu mudah," kata Lisa, suaranya kini terdengar tenang dan penuh perhitungan. "Karena memang aku yang merencanakannya agar mudah. Sindikat barang antik itu hanyalah umpan, Yansya, sebuah skenario yang sengaja kami bangun untuk satu tujuan utama: menguji kemampuanmu, terutama naluri analisis super cepatmu yang bisa mendeteksi kejanggalan, bahkan saat segalanya tampak sempurna."

Lisa mengambil napas sejenak, lalu melanjutkan dengan nada yang lebih rendah, "Aku tahu kau akan merasakan ada yang tidak beres, dan keraguanmu itu, itulah bukti yang kami cari.

Karena, Yansya, ancaman yang sebenarnya jauh lebih besar dan tersembunyi, melibatkan jaringan yang sangat rapi di kalangan elite, bahkan mungkin ada di dekat orang-orang yang pernah kau kenal, seperti mantan istrimu yang kini bersama Herman, bisa saja mereka tanpa sadar berada di lingkaran luarnya."

"Dan soal Fabian," Lisa menambahkan, suaranya kini sedikit lebih ringan, tetapi tetap serius, "dia mengatakan misi ini penting, hanya agar itu menambah kesan menegangkan bagi kalian.

Dia memang suka bermain drama, dan efek ketegangan seperti itu ia gunakan untuk melihat seberapa besar tekanan yang bisa kalian hadapi, terutama kau, karena ia tahu kau memiliki potensi besar untuk menjadi agen terbaik."

Yansya mengangkat alisnya, lalu ia tersenyum jahil saat menatap Lisa yang masih berdiri di depannya.

"Ngomong-ngomong soal 'agen terbaik'," Yansya memulai, suaranya terdengar menggoda, "antara Fabian dan aku, menurutmu siapa yang lebih baik? Kau tahu, secara keseluruhan, baik di lapangan maupun di luar itu?"

Yansya mencondongkan tubuhnya sedikit, seolah ingin melihat reaksi Lisa dari dekat. Ia membiarkan pertanyaan itu menggantung di udara, menunggu jawaban yang bisa jadi sebuah pujian atau justru tantangan baru.

Lisa membalas tatapan menggoda Yansya dengan tawa geli yang renyah.

"Kau punya potensi," kata Lisa dengan sedikit tersenyum, suaranya terdengar jernih dan penuh canda.

"Tapi kau belum cukup teruji, karena kau baru menjalani satu misi saja dan masih banyak hal yang harus kau buktikan di depan sana."

Yansya menghela napas panjang, menatap Lisa dengan sorot mata yang penuh arti.

"Jadi, intinya aku harus terus membuktikan diri agar bisa mengalahkan Fabian, begitu?" tanyanya sambil tersenyum tipis, menandakan ia mengerti kemana arah pembicaraan Lisa.

"Baiklah, jika itu yang kau mau, aku akan pastikan Fabian tahu siapa bosnya, baik di dalam maupun di luar misi," tambahnya, dengan nada yang menggoda namun menunjukkan tekad kuat untuk terus melangkah maju.

1
Khusus Game
oke, bantu share k
Glastor Roy
yg bayak tor up ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!