Dia bukan cucu kyai, bukan pula keturunan keluarga pesantren. Namun mendadak ia harus hidup di lingkungan pesantren sebagai istri, cucu dari salah seorang pemilik pesantren.
Hidup Mecca, jungkir balik setelah ditinggal cinta pertamanya dulu. Siapa sangka, pria itu kini kembali, dengan status sebagai suami.
Yuukk, ikuti cerita Mecca dengan segala kisahnya yang dipermainkan oleh semesta. Berpadu dengan keromantisan dari Kenindra, suami sekaligus mantan kekasihnya yang pernah sangat ia benci dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesona Ustaz muda
'Kenapa dia harus merasa tidak suka ketika ada yang menatap Ken seperti itu?'
Jemarinya ragu, ingin menekan tombol panggil. Namun, akhirnya yaa tekan juga.
' Assalamu'aalaikum..' jawab Ken cepat.
'Mm, Wa'alaikumsalam, eumm,, ada apa kamu telphon aku beberapa kali?'
'Udah makan belum? Aku baru keluar pesantren tadi sore dan ini baru pulang jadi nggak sempet anterin kamu makan siang,,'
' Iyaa nggak apa-apa, mm,, Akuu udah kelar tapii,, ' suara Mecca menggantung,
' Iyaa,, aku jemput yaa, sebentar lagi sampai situ. ' sela Ken cepat. Bahkan Meccaa belum menyelesaikan kalimatnya karena dia terlalu gengsi untuk memintanya menjemput. Pria itu peka sekali, tolonggg!! Mecca takut jatuh cinta lagi padanya.
Mecca bahkan terus merutuki dirinya sendiri, yang kenapa dengan entengnya menelphon balik pada Ken hanya untuk mengatakan sebuah kalimat yang menggantung seperti tadi.
Ini bukan Mecca pleaseee! Mecca bisa melakukan banyak hal sendiri, tidak menye menye seperti ini kecuali kalau berhubungan dengan gelap, huhuuhu..
"Duhh! Pengin nikahh ya Allahhhh!" pekik Zahra melihat Ken bergegas menghampirinya setelah mendapat telphon tadi. Menerobos hujan deras dengan membawa payung,
"Nikah sama Tae Hyung Zaa? Mau tukeran nasib nggak? Haha..." canda Mecca sambil mengedipkan sebelah mata, membuat mereka tertawa terkikik bersama.
"Iyaa Tae Hyung-nya pesantren al Qalam sayangnya udah punya istri, kak Mecca mau tukeran nasib tapi belum tentu Ustaz Arsalan mau. Hahah.. Mungkin banyak kaum hawa disini yang akan segera mengibarkan bendera patah hati masal nii kalau tahu, hiksss. " Mecca menimpuk Zahra dengan buku sketsa di mejanya, gemas Mecca melihat satu makhluk pemuja suaminya terang-terangan seperti itu.
Bucin parah diaaa, kira-kira bagaimana kalau Mecca melihat reaksi penggemar Ken lainnya di pesantren itu.
"Jangan bilang-bilang dulu pokoknya Za. Aku belum siap go public loh!"
"Siap kak!"
Pria yang tengah mereka bicarakan sudah sampai, berdiri mengibaskan air di jaketnya. Mecca segera menghampiri.
"Pakai jaketku yaa? " Ken melepas long coatnya dan memakaikannya untuk melindungi tubuh Mecca dari percikan air hujan, kemudian menarik sedikit tubuh Mecca untuk berjalan bersama di bawah payung yang dia bawa.
Adegan mereka berjalan bersama dengan tangan Ken melingkar di pinggang istrinya, membuat setiap mata menatap heran dan kagum bersamaan. Aada juga yang menatap iri sekaligus tidak suka terutama para santri putri.
Mereka pikir, Mecca yang kecentilan menggoda Ustaz kesayangan mereka.
Beberapa kali ekor mata Mecca yang sedikit basah, mencuri pandang pada pria yang tengah berjalan di sampingnya, sangat dekat,, dann stopp! Stopp Mecaaa... Semudah ini kamu mengaguminya lagii ?? Mecca tidak menyangka pesona Ustaz muda damage juga. Melebihi mantannya si pilot.
Tidak ingin ketahuan, Mecca segera mengerjapkan mata sambil menggeleng, menghalau pikiran yang sempat mengagumi parasnya tadi.
Padahal, juga nggak apa-apa kan kalau mau dipelototin juga Mecaa, dia udah halal buat kamu.
"Kenapa? Kamu kecipratan air? Hm.. " kini Ken menoleh kesamping hingga jarak di wajah mereka makin terkikis, " Oh,, mm,, nggak kok. Yukk jalan lagii,, "
Duhh! Makhluk yang satu ini kenapa pinter banget bikin hati Mecca yang berisi iman setipis tisu itu porak paranda lagi.
Mecca sudah lama mengubur perasaan untuknya, mungkiin dia sudah mulai lupa bagaimana dirinya mencintai Ken dulu. Dan, itu sama sekali tidak mudah. Bahkan sempat mengira kalau perasaannya sudah mati untuk Ken.
Sayangnya kini Mecca pun tidak dapat menghalau desir kecil dalam darahnya, ketika Ken tetap memperlakukannya dengan sangat manis walau kadang Mecca bersikap sewot padanya, bukan kadang tapi sering.
Mecca hampir belum pernah menunjukkan sikap baik padanya, sejak mereka dipertemukan kembali. Selalu saja, jutek, cemberut dan misuh-misuh.
Lalu perasaan takut tiba-tiba menyusup di relung hatinya, takut dirinya tidak seperti yang Ken harapkan. Dia seorang pria lulusan terbaik dari Kairo, sudah pasti dia pun mengenal banyak gadis di luar sana yang jelas lebih baik dari segi agama, dibandingkan dengan Mecca yang banyak minusnya kalau perkara agama.
Keluarga Kenindra juga semuanya orang-orang yang paham ilmu agama, sementara Mecca hanya seorang wanita bar-bar yang gila kerja. Entah ada nilai plusnya atau tidak di mata Ken.
***
"Mau kopi? " tawar Ken menghampiri Mecca yang tengah duduk di balkon kamar usai hujan reda. Bahkan semua kesukaan, kebiasaan Mecca masih terpatri kuat dalam ingatan Ken. Berbeda dengan Mecca yang berusaha keras melupakan apapun tentangnya, jangan salahkan Mecca, ia melakukan itu karena memang Ken yang meninggalkannya tanpa pamit dulu.
Mecca menoleh pelan, senyum lelaki itu masih sama seperti dulu tapi raut wajahnya lebih teduh sekarang.
" Boleh... " jawab Mecca seraya menerima kopi yang dia sodorkan tadi. Aromanya, memang tidak seharum kopi favorit yang biasa ia minum. Biasanya Mecca tidak akan pernah minum kopi lain yang bukan biasa ia minum. Kini di hadapan suaminya, Mecca melunak. Menerima kopi itu tanpa mendebat. Ken seperti sesuatu yang mampu mengendalikan banyak kebiasaan buruknya.
" Di sini nggak ada caramel machiato adanya kopi instan itu, tapi udah aku tambahin susu, siapa tahu lebih enak, nggak apa-apa kan? " tatapan Kenindra seolah tak ingin beralih dari istrinya. Padahal malam ini wajahnya sedang tidak memakai make up apapun, " Cantikk.. " gumamnya.
"Ehh, nggak apa-apa kok, besok-besok kalau ke kota aku stock caramell machiato yang banyak deh, " ujar Mecca dengan senyum lebar, tak bisa dipungkiri hatinya kembali bersorak saat tahu dia masih inget saja kopi favoritnya.
" Berarti aku bisa menyimpulkan, kamu udah mulai betah di sini dongg? " ujar Ken, mengulum senyumnya. seketika kedua mata Mecca terpejam erat.
Harusnya Mecca tidak menjawab seperti itu, ini semua salahnya yang tiba-tiba saja berkata Mecca cantik, jadi kan salah tingkah dia-nyaa,, huhuhu.
Pokoknya Ken yang salah di sini.
"Aa-yaa,, eum, mau nggak mau harus betah kan? Aku bukan tipe orang yang suka menggantung pekerjaan, dan di sini aku baru saja memulai pekerjaanku, mana berani aku membantah yang mulia, lagian nggak lucu masa baru jadi istri orang semalam, sudah harus menjadi janda sii, " ujar Mecca belepotan tidak jelas sangking salah tingkahnya.
Ken terkekeh pelan, " Ngomongnya yang baik-baik sayaanggg, " kata Ken mengoreksi,
Tuh kan?? Satu manusia ini memang pintar sekali menggoda wanita. Apa ketika kuliah di Kairo juga ada bab yang mengajarkan hal seperti ini??
"Ish... lagian kamu, ngapain coba panggil-panggil aku sayang terus. Aku kan belum setuju sama pernikahan ini."
Pria itu tersenyum puas, "Iyaa,, iyaa, seneng aja aku panggil gitu. Udah lama banget pengin manggil kamu kayak gitu lagi. Oh ya... Memangnya ada rencana ke kota dalam waktu dekat? "
"Hu'um,, mau ambil beberapa contoh kain sama Zahra. " Mecca mulai mennyesap kopi pemberian Ken tanpa menoleh padanya.
" Mau aku temenin jugaa? "
" Eum,, nggak usah sii kayaknyaa. Aku bisa nyetir sendiri, " Mecca akan mati gaya kalau benar ditemani Ken di kota. Bagaimana menjelaskan semuanya pada rekan-rekannya di butik. Bakalan jadi bahan tertawaan Orang sekantornya ini pasti!
Seorang Mecca Jessalyn Prawira, tiba-tiba sudah menikah. Lebih parahnya lagi, mungkin akan ada berita miring, dikira ia married by accident!
Kira-kira, akan tahan sampai kapan Mecca menghadapi kebucinan Ken? 😊
Jangan lupa like dan komennya gaess🥰
easy going lah crtanya, menghibur tp gak menjemukan👍👍👍