“Diana … kamu akan diberi hukuman mati karena telah melakukan percobaan pembunuhan.”
Diana yang sudah sangat lemah diikat dan di arak ketengah tempat eksekusi. semua rakyat dan bangsawan melihatnya, mereka melemparnya dengan batu dan mengumpat kepadanya.
Kepala Diana ditaruh di tiang untuk di penggal.
Diana melihat kearah Wanita yang dicintai suaminya dan melihat ayah serta kakaknya yang masih tetap membencinya hingga akhir hayatnya.
“Kenapa kalian sangat membenciku?” gumam Diana.
Jika aku bisa mengulang waktu, maka aku tidak akan lagi mengemis cinta kepada kalian.
KRAK. Suara alat penggal terdengar keras memenggal kepala Diana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Hukuman
Pagi menyingsing dengan cahaya keemasan yang menembus kaca jendela istana. Namun, ketenangan pagi itu terasa palsu karena di balik dinding marmer yang berkilau, badai politik tengah berkecamuk.
Diana duduk di ruang kerjanya, di hadapannya terbentang tumpukan dokumen hasil penyelidikan dan bukti nyata pengkhianatan keluarga Lerky. Di antara lembaran itu, simbol bunga merah tiga kelopak terukir jelas di salah satu manuskrip tua yang ditemukan di vila.
Yurey muncul dalam bentuk cahaya biru. “Simbol itu… aku mengenalnya. Itu adalah lambang Perjanjian Darah Purba, sebuah kontrak antara manusia dan roh kegelapan untuk menukar kekuasaan dengan kehidupan.”
Diana menyipitkan mata. “Jadi benar… keluarga Lerky bukan hanya korup, tapi juga mengikat kontrak dengan kekuatan terlarang.”
Dia menatap simbol itu lama, dan sesaat seperti kilatan, ia melihat bayangan wanita berjubah merah dalam pikirannya. Suara samar terdengar, ‘Tiga kelopak, tiga pengorbanan… darah akan menebus kekuasaan…’
Diana tersentak, genggamannya pada kertas menguat. “Apakah itu… kenangan masa lalu atau penglihatan masa depan?” gumamnya.
Yurey menggeleng. “Bisa jadi keduanya. Kau berbeda, Diana. Darahmu membawa ingatan dari dua dunia. Dan kini, masa lalu mulai bangkit bersamamu.”
TOK TOK TOK. Terdengar suara ketukan pintu yang sedikit tergesa – gesa.
“Masuk.”
Olim masuk dengan wajah tegang. “Yang Mulia, Raja memanggil Anda ke ruang sidang istana. Dewan Bangsawan sudah berkumpul. Mereka menuntut klarifikasi tentang tuduhan terhadap keluarga Lerky.”
Diana berdiri dengan tenang. “Sudah waktunya.” Ia merspikan gaunnya yang sedikit kusut.
“Bawa semua bukti,” perintahnya. “Hari ini, kebenaran akan berbicara di hadapan tahta.”
Ruang sidang istana penuh sesak. Para bangsawan duduk berjejer, mengenakan pakaian kebesaran, sementara Raja Alaric duduk di singgasananya, menatap semua dengan mata tajam dan berwibawa.
Di sisi kanan, keluarga Lerky berdiri tegak, dengan ekspresi yang mencerminkan keangkuhan sekaligus kecemasan. Marquis Lerky berusaha tetap tenang, tapi matanya tak bisa menyembunyikan rasa takut, begitu juga Marchioness Lerky yang menemani suaminya hari ini.
Diana melangkah maju dengan mantap. “Ya, Yang Mulia.”
Dia menaruh berkas di atas meja panjang di tengah aula. “Ini adalah laporan hasil penyelidikan dan bukti nyata yang kami temukan di vila rahasia milik keluarga Lerky.”
Pasukan bayangan membawa masuk beberapa peti berisi emas dengan lambang kerajaan, surat perjanjian gelap, serta dokumen akuntansi yang menunjukkan penggelapan dana publik.
Terdengar gumaman dari para bangsawan. Beberapa wajah pucat, yang lain saling berbisik panik.
Marquis Lerky melangkah maju dengan suara tinggi, “Fitnah! Semua ini jebakan politik! Putri Mahkota ingin menjatuhkan keluarga kami karena iri atas pengaruh kami di Dewan!”
Diana menatapnya dingin. “Apakah ini juga jebakan?” Ia mengangkat sehelai manuskrip kuno yang ditemukan di vila. “Mantra kuno ini—Perjanjian Darah Purba—tertulis dengan tanda tanganmu sendiri, Marquis Lerky.”
Semua mata terbelalak. Raja berdiri setengah dari singgasananya. “Perjanjian Darah Purba… itu sihir terlarang sejak zaman perang besar!”
Salah satu penasihat kerajaan bangkit. “Jika ini benar, maka keluarga Lerky tidak hanya bersalah atas korupsi, tetapi juga pengkhianatan terhadap kerajaan dan hukum sihir!”
Marquis Lerky gemetar, tapi masih berusaha membela diri. “Kalian tidak mengerti! Dunia ini akan hancur! Kami hanya mencari perlindungan! Para roh kuno akan segera bangkit!”
Raja mengerutkan kening. “Apa maksudmu?”
Marquis Lerky tertawa getir. “Kau pikir kegelapan sudah lenyap? Tidak… segel lama mulai melemah. Dan hanya mereka yang memiliki perjanjian yang akan selamat saat kekuatan itu bangkit kembali.”
Ruangan bergemuruh. Suasana berubah menjadi mencekam.
Diana maju selangkah. “Ketakutanmu tidak bisa dijadikan alasan untuk mengkhianati rakyatmu. Kau memilih melindungi dirimu sendiri dengan mengorbankan banyak nyawa.”
Raja berdiri tegak, suaranya menggema di seluruh aula. “Marquis Lerky, atas bukti yang tak terbantahkan ini, kau dan keluargamu dinyatakan bersalah atas pengkhianatan terhadap kerajaan. Segera tahan mereka!”
Marchinoness gemetar. “Suamiku tidak bersalah!!” teriaknya. Tidak mungkin suaminya melakukan hal itu.
“Apa Marchioness juga mengetahui hal ini?” tanya Diana.
“Mana mungkin aku tahu!!” Marchioness menegang. Jika ia di tuduh mengetahui Tindakan suaminya, maka hukuman yang ia dapat bukan hanya pencabutan gelar bangsawan saja.
Marquess Lerky menggertakkan giginya. “Ini semua salahmu!!” Marquess mengangkat tangannya dan mengeluarkan serangan sihir.
Semua orang yang berada didalam ruangan terkejut.
Diana melihat serangan itu dan segera menghalanginya dengan kekuatannya, akar tanaman yang besar berada didepannya sebagai pelindung.
Melihat ini semua orang lebih terkejut lagi, begitu juga Raja.
“K-kau … sejak kapan kau memiliki kekuatan ini?!!” Marquess tidak menyangka kalau Putri Diana telah mewarisi kekuatan ibunya.
Ia mengepalkan kedua tangannya, tidak mungkin akan menang melawan kekuatan Putri Diana.
Marquess Lerky berusaha kabur dengan membuka portal sihir.
Diana dengan cepat menghentikannya dan mendorong Marquess Lerky dengan kekuatannya hingga membentur dinding.
Para prajurit maju dengan cepat. Marquess Lerky berteriak histeris, namun sihir pengikat segera membungkamnya.
Saat Marquess dibawa keluar, matanya menatap tajam ke arah Diana. “Kau pikir kau menang, Putri Diana? Kau hanya membuka gerbang yang seharusnya tetap tertutup. Kau akan menyesal.”
Diana tidak bergeming. Namun dalam hatinya, suara itu bergema lama—gerbang yang seharusnya tetap tertutup. Apa maksudnya itu?
Semua orang yang hadir merasa takjub. Sejak kapan putri Diana memiliki kekuatan ini?
Ayah dan kakanya yang hadir juga terkejut. Apakah kekuatan leluhur mereka sekuat ini.
Dorian tidak ingat kalau ibunya pernah menggunakan kekuatan ini untuk bertarung.
Diana berbalik dan melihat mata yang terpana olehnya. Diana tersenyum sedikit, “Sepertinya aku telah membuat kekacauan.”
Semua orang terdiam canggung dan ada rasa ketakutan.
“Baiklah” Raja memecahkan keheningan.
“Marquess Lerky akan menerima hukuman mati karena kesalahannya dan keluarganya akan di cabut dari gelar bangsawan,” ucapnya.
Marchioness yang masih dalam keadaan linglung mendengar ini langsung duduk tidak berdaya. Mengapa keluarganya menjadi hancur seperti ini?
Beberapa bangsawan mulai bubar dan masih memikirkan apa yang baru saja terjadi. Kejadian itu sangat cepat sehingga mereka lama untuk memprosesnya.
“Ibu!! Apa yang terjadi?” Rosi masuk kedalam ruangan setelah melihat ayahnya dibawa oleh prajurit istana dalam keadaan terluka parah.
Melihat ibunya tak berdaya, Rosi sedikit banyak mengetahui apa yang terjadi.
Rosi melirik Diana dengan tatapan tidak bersahabat.
“Apa yang kau lakukan dengan keluargaku?!!” teriaknya dengan mata yang merah seperti ingin menangis.
Diana tidak menjawab dan hanya tersenyum. Ini semua salah keluargamu sendiri.
Diana memikirkan lagi, apa yang membuat keluarga Lerky bangkrut di masa lalu. Apa ritual kuno itu tidak berhasil?
“Diana ikut aku,” ucap Raja.
“Baik yang mulia.”
Diana berjalan mengikuti Raja dan melewati ayah serta kakaknya.
Duke Eldenhart dan Dorian Eldenhart memberi salam kepada Raja dan Diana.
Mereka berdua awalnya ingin berbicara kepada Diana. Tetapi sepertinya tidak mungkin untuk saat ini.
semangat selalu
jangan lengah jangan lelah