Menjadi istri tapi sama sekali tak di anggap? Bahkan dijual untuk mempermudah karir suaminya? Awalnya Aiza berusaha patuh, namun ketidakadilan yang ia dapatkan dari suaminya—Bachtiar membuat Aiza memutuskan kabur dari pernikahannya. Tapi sepertinya hal itu tidak mudah, Bachtiar tak semudah itu melepaskannya. Bachtiar seperti sosok yang berbeda. Perawakan lembut, santun, manis, serta penuh kasih sayang yang dulu terpancar dari wajahnya, mendadak berubah penuh kebencian. Aiza tak mengerti, namun yang pasti sikap Bachtiar membuat Aiza menyerah.
Akankah Aiza bisa lepas dari pernikahannya. Atau malah sebaliknya? Ada rahasia apa sebenarnya sehingga membuat sikap Bachtiar mendadak berubah? Penasaran? Yuk ikuti kisah selengkapnya hanya di NovelToon!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter —11
“Eunggg…,” desauan itu terdengar dari mulut Aiza, di iringi gerakan menggeser tubuh ke sembarang arah.
Menggeliat ke samping kiri dan kanan, lalu mengepakkan kedua sayap, sebelum sepasang kelopak itu terbuka memandangi area sekitarnya.
Aroma peppermint menguar. Sepasang tungkai tegap melangkah angkuh sambil menyeka rambutnya. Semakin menguarkan aroma segar tersebut ke seluruh ruangan, yang membuat Aiza merasa nyaman?
Tubuh tegap dan kekar, rahang tegas, sorot mata tajam menjurus ke arah Aiza. Wanita muda itu tersentak. Namun, sorot matanya tak luput dari sang pria yang saat ini mengarah padanya.
“Tampan sekali … apa seorang bidadara?” gumam Aiza. Saking takjub dengan pesona pemuda itu, tanpa sadar satu tangannya mengulur ke wajah sang pria.
Lelaki itu hanya diam saat Aiza menyentuh wajahnya. Terlebih ketika jemari lentik wanita muda itu mengitari iras tampan tersebut. Tak sedikitpun sang pria berkutik, apalagi menampik sentuhan itu.
“Ini benar-benar nyata!” Kali ini Aiza berseru. Di alam mimpi, bukankah ia bisa mengatakan apa saja? Gadis itu belum sadar jika apa yang dilihat serta lakukan sekarang ini benar-benar nyata.
“Awwwhh! Apa kau sudah gila?!” seruan lelaki itu membuat Aiza terlonjak.
Kenapa bereaksi? Bukankah ini mimpi? Setahu Aiza sosok mitologi seperti bidadara tidak akan merasakan sakit hanya karena sebuah cubitan kecil?
Memegang tangan Aiza. Pria tampan itu mencondongkan tubuhnya. Menyorot tajam sepasang netra Aiza yang juga memandang ke arahnya. Seketika suasana yang semula terasa hangat mendadak jadi dingin. Tatapan elang lelaki itu seolah ingin membelah tubuh Aiza, membuat gadis itu segera menarik tangannya, lalu meringkuk, bersembunyi di balik selimutnya.
Ketakutan menyelimuti. Tiba-tiba saja benak wanita muda itu berputar pada kejadian sebelum ia mendapati dirinya di sana. Dua orang lelaki memintanya untuk minum sedikit. Tapi ia menolak. Namun, tetap dipaksa oleh kedua orang itu sampai membuatnya setengah tak sadarkan diri.
Yang terakhir Aiza ingat hanyalah, ia berusaha kabur dari dua orang lelaki asing yang merupakan klien suaminya itu. Berteriak di sepanjang lorong meminta bantuan, tapi tak ada satupun yang peduli. Sampai akhirnya dua orang lelaki asing itu berhasil menemukannya, lalu membawa kembali ke ruangan tersebut.
Aiza semakin histeris. Ia berusaha berteriak. Melawan ketidaksopanan kedua orang lelaki itu. Menendang ke sembarang arah, menggawangkan kedua tangannya, tidak sudi tubuhnya di jamah oleh kedua orang itu bahkan disaat suaminya—Bachtiar sama sekali belum menyentuhnya!
Dan,-
Plaaak!
Tubuh Aiza limbung. Wanita muda itu kehilangan kesadaran saat wajahnya ditapuk oleh salah satu pria asing tersebut, hingga akhirnya kini ia tersadar di dalam sebuah kamar mewah milik sosok pria lain yang ada dihadapannya kini.
‘Tunggu … tunggu … tunggu … bukankah wajah ini tidak asing?’ batin Aiza. Iras tampan itu seperti pernah ia lihat. Namun di mana?
Pikirannya ia paksa untuk memutar memori yang sudah ia lewati. Memejamkan mata, berusaha mengingat rentetan kejadian yang sudah terjadi.
Sampai pada suatu ketika ingatannya kembali pada saat pertama kali ia masuk ke dalam ruang vip kelab tersebut bersama Bachtiar. Di sana bayangan wajah itu kembali terekam menyorot tajam ke arah dirinya.
‘Ia pria itu!’
Aiza kembali ingat jika sosok yang bersamanya kini merupakan salah satu dari pria yang ia temui di dalam ruangan khusus kelab tersebut. Sempat terlupa karena memang setelah kepergian Bachtiar, sosok itu juga ikut bangkit dari duduknya, keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Aiza bersama dua orang pria asing dari negara sakura tersebut.
Tepat setelah kepergian lelaki angkuh itu, dua orang berkebangsaan asing itu mulai menyentuh Aiza. Mencolek, sampai akhirnya bertindak kurang ajar meraba bagian sensitif milik Aiza.
Ya, Aiza ingat sekarang! Lelaki yang bersamanya kini merupakan salah satu komplotan dari kedua pria asing itu. Namun, yang menjadi pertanyaannya kini adalah, kenapa ia bisa bersama lelaki ini? Apa yang sudah ia lewati, juga apa yang sudah terjadi?
Aiza membuka matanya. Di dalam selimut putih nan tebal itu ia mendapati dirinya tak berbusana. Sontak menjerit keras, keluar dari selimutnya. Lalu, mendapati pria tersebut masih berada di tempatnya!
“A- anda! Apa yang sudah anda lakukan kepada saya?!” Aiza menjerit sekeras-kerasnya. Dadanya naik turun menatap tajam ke arah lelaki itu. Menggebu-gebu menuntut jawaban, berharap mendengarkan keajaiban jika ia sama sekali belum tersentuh oleh lelaki itu?
“Menurutmu apa yang akan terjadi jika manusia lawan jenis ada dalam satu ruang yang sama?” Lelaki itu balik bertanya dengan suara yang terdengar sedikit berat.
Aiza terpekur. Kalimat itu seolah menyadarkan dirinya akan kebodohannya. Bagaimana ia bisa bertanya demikian setelah melihat kondisi tubuhnya?
Hanya bra juga g-string yang membungkus bagian sensitifnya. Sementara lelaki yang bersamanya kini mengenakan jubah handuk dengan rambut setengah basah?!
Jelas, tidak perlu ada yang dipertanyakan lagi. Benak Aiza mengatakan jika malam pertama yang harusnya ia lewati bersama sang suami—Bachtiar kini sudah direnggut oleh lelaki tampan namun berengsek ini!
“Anda benar-benar biadap!” Aiza memukul dada bidang lelaki maskulin tersebut. Ia marah, tentu tidak terima atas apa yang telah dilakukan pria itu padanya.
Menyambut pukulan kedua tangan Aiza. Lelaki itu berkata,- “jika seperti ini maka aku tidak yakin, aku masih bisa menahannya atau tidak.”
Sorot mata lelaki itu menatap lekat ke arah Aiza, dari wajah turun perlahan ke bawah memandangi tubuh indah Aiza yang saat ini sudah tersingkap dari selimut karena gerakannya.
Aiza mengerutkan dahi. Perlahan mencerna ucapan lelaki tersebut. Lalu ketika ia mengikuti arah pandang lelaki tersebut, Aiza mendapati tubuh putih bersihnya yang saat ini menjadi santapan liar sosok yang ada di depannya!
Sontak Aiza kembali menarik kedua tangannya. Kemudian meringsek masuk ke dalam selimut tebal tersebut. Menyembunyikan tak hanya tubuh, namun juga wajah dari tatapan mesum sosok maskulin yang ada di depannya.
Felix D’ Addison. Sosok maskulin berparas tampan tersebut tanpa sadar menarik garis senyumnya. Mengulurkan tangan ingin menyentuh ujung selimut yang menutupi wajah Aiza. Namun, sesaat kembali mengurungkan niat.
Mimiknya perlahan berubah, dari yang beberapa detik lalu sempat menghangat, berangsur kembali menjadi sedingin es. Menyorot tajam ke arah tumpukan selimut tebal miliknya yang membungkus tubuh Aiza.
Setelah berdiri cukup lama menatap ke arah selimut yang membungkus tubuh Aiza. Felix mengambil ponselnya. Kemudian mengetikkan sebuah pesan. “Siapkan satu stel pakaian untuk wanita yang aku bawa pulang tadi malam.” Lalu mengirim pesan tersebut kepada sekretaris pribadinya.
Lelaki maskulin itu lantas berbalik meninggalkan wanita muda yang ia selamatkan di kelab tadi malam sendirian di sana.
Bersambung.
