Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menantu Majikan Yang Mencemaskan
Adi berdiri di buritan kapal memandang ombak yang ditinggalkan laju kapalnya. Bergulung berkejaran dalam warna gelap berselang seling keperakan dalam suasana tengah malam .
"Mister Aldo, Om Aldo terimah kasih telah mengantarkanku jadi pelaut. Terima kasih nasehatnya,terima kasih kasih sayangnya. Ibu aku akan mencarimu sampai bertemu. Benar apa pun resikonya aku harus menghadapinya. Karena engkau ibuku yang harus kutemukan,"
Hapenya memberi tanda ada pesan masuk.
Dari Dila calon istrinya.
(Assalamu'alaikum )
Adi mengetik balasan dengan tersenyum.
(Wa'alaikum salam)
(Sedang apa sayang?)
(Sedang mikirin kamu) emoji hati berderet.
(Gombal) balas Dila emoji pusing.
(Jangan pusing nanti sakit) balas Adi.
(Oh ya kita harus sehat kamu juga harus sehat untuk menuju dua Minggu ke depan) balas Dila.
(Aku tak lupa itu)
(Bagaimana ombaknya)
(Bergemuruh segemuruh hatiku padamu) emoji hati lagi.
(Nggak gombal, kan?!)
(Hanya kamu di hatiku) emoji hati berderet.
(Aku percaya I love you)
(I love you too)
(Ya sudah istirahat ya)
(Oke sayang, kecup dari jauh)
(I..iiih dari jauh mulu)
(Dua Minggu lagi baru dari dekat) Adi mengirim gambar pengantin
(Hi hi hi kamu memang ya ...)
(Aku memang mencintaimu dan akan memberikan seluruh hatiku padamu seorang, dear)
(Oke mat bobo)
(Mimpi indah tentang kita) di
Dila mengirim emoji hati berderet dan gambar menguap.
Adi memasukkan hape ke saku celana panjangnya. Ia merasa beruntung jatuh cinta pertama kali pada gadis yang tak memandang harta.
Sebagai anak pengusaha Dila bisa menerima dirinya yang seorang pelaut dengan jabatan Masinis. Bahkan gadisnya itu mau ditinggal melaut berbulan bulan jika memang kelak tak mau bergabung di perusahaan milik calon mertuanya.
Begitulah kisah cinta Adi dengan Dila yang tampa diketahui lelaki muda itu, bahwa ibunya yang baru keluar dari penjara bekerja sebagai asisten rumah tangga bagian dapur di rumah sang kekasih.
*
Sejak mendengar kabar Adi sehat, dan sudah bekerja sebagai pelaut dari ibu sipir penjara, hati Suryani sangat lega. Rasa cemas jika Adi terpengaruh kehidupan liar di luar rumah kikis sudah dari pikirannya.
Memang lebih baik Adi melaut supaya lebih aman kecil kemungkinan bertemu dengan keluarga majikannya dulu yang terbunuh itu.
Masalah kerinduannya pada buah hatinya itu bisa ia tahan sampai kapan pun. Yang penting Adinya sehat dan menjadi manusia yang berada di jalan lurus.
"Terima kasih, ya Allah," setelah sholat subuh seperti biasa, sejak memiliki foto Adi, maka ia akan mengambil foto anaknya. Lalu menatap penuh rindu dan cinta, berakhir mencium foto itu beberapa kali sebelum melangkah keluar kamar, untuk menjalani tugasnya bekerja di dapur.
"Beberapa hari ini Bik Yani cerah Oy," goda Yanti yang mengambil gelas untuk minum dirinya sendiri.
"Alhamdulillah hati diberi keringanan oleh Allah," sahut Suryani tersenyum pada Yanti.
"Aamiin," seru Yanti kemudian keluar dapur.
'Bik Yani," Sri datang mencarinya.
"Ya, Sri," Suryani mendekat
"Dipanggil Nyonya,"
"Oh ya," segera Suryani meletakkan panci ke tempatnya. Melap tangannya dan membetulkan letak masker di mulut dan hidungnya. Memang ada peraturan harus mempergunakan masker jika ingin bertemu majikan.
"Bik si Nila sama anak suaminya mau menginap di sini, tolong siapkan menu kesukaannya, tanya sama Mak Minah, ya, " ujar Nyonya Sugandi memberi perintah.
"Ya Nyonya,' angguk Suryani.
"Oh ya perhatikan juga rasanya ya, karena mantuku itu sangat sensitif tentang rasa. Jangan terlalu banyak mempergunakan bumbu masak, dan jangan sampai ada sebiji cabe pun nanti dimasakanmu, ya,'
"Ya, Nyonya,"
"Ya sudah,"
Suryani masih berdiri menunggu sampai nyonya rumah berbalik meninggalkannya, barulah ia berani berbalik meninggalkan ambang pintu kembali ke dapur.
"Bik Yani kalau masak untuk Tuan Yanuar harus super hati hati. Dia itu terlalu selektif. Tidak boleh ada sebiji cabe pun yang belum dihaluskan," sambut Yanti dengan muka sedikit jutek.
"Ya Yanti terima kasih sudah diingatkan,"
"Ada lagi, Bik, "
"Apa?"
"Kita harus pakai kaos tangan kalau menyajikan makanan untuk dia,"
"Oh begitu?" Suryani mengangguk, "Bibik akan ingat itu,"
"Jangan terlalu pedas dan jangan juga tanpa rasa pedas,"
"Berarti yang sedang sedang saja, ya,"
"Ya gitu deh,"
"Ya sudah Bibik akan ingat itu,"
"Beda dengan calon suami Non Dila. Tuan muda Adi orangnya ramah, kalau makan di sini tidak pilih pilih. Kesukaannya sayur kelor katanya masakan khas ibunya,"
Suryani berdetak hatinya mendengar cerita Yanti tentang selera tuan muda Adi tunangan non Dilanya.
Kalau menyebut daun kelor selalu saja mengaitkan dengan Adi anaknya.
"Tapi mungkin juga tuan muda Adi sudah bosan makan enak, kan dia keliling dunia, pasti makanan enak semua sudah dirasakan, kali, ya, ah pokoknya tuan Muda Adi nggak kayak Tuan Yanuar, deh,"
"Jadi calon suami Non Dila si tuan muda Adi itu sering keliling dunia, ya?" Suryani tiba tiba tertarik bertanya pada Yanti.
Yanti yang baru saja selesai bebenah mencuci tangannya."Kalau tuan muda Adi itu pelaut, Bik,"
Suryani berdebar mengingat Adinya juga pelaut
'Kapalnya kan kapal milik luar negeri, kata Non Dila linenya juga ke beberapa negara Eropa dan Timur Tengah,'
"Oh kenapa hatiku tak tenang, ya," bisik hati Suryani, 'Mungkin Adi yang lain, kan banyak nama Adi .."
"Bik Yani kenapa kok kayaknya pucat?"
"Ah mungkin penglihatanmu saja, Yanti," sebisa mungkin Suryani tertawa kecil.
Mak Minah yang baru saja mengambil belanjaan dari tukang sayur langganan masuk. Segera Suryani menerima bahan bahan belanjaan yang dibawa kepala asisten rumah tangga itu.
"Nyonya tadi mengatakan menantu dan Non Nila mau menginap di sini,'
"Mak aku sudah ceritakan tentang menu dan kebiasaan melayani makanan untuk Tuan muda Yanuar." Yanti langsung melaporkan pada Mak Minah.
"Sudah paham Bik?" Mak Minah menatap Suryani.
"Sudah Mak,' angguk Suryani.
'Yanti,"
"Ya, Mak,"
"Bagikan kaos tangan satu pak pada Bik Yani,"
"Ya, Mak," bergegas Yanti mengambil satu pak kaos tangan yang berisi dua puluh empat pasang kaos tangan.
"Jangan disimpan kalau sudah dipakai buang," ujar Mak Minah memberi tahu.
'Ya, Mak," angguk Suryani.
"Ayo kita mulai persiapan menu masakan untuk tuan muda Yanuar. Kita harus mempersiapkan sebaik mungkin. Jangan sampai ada daging yang berurat segaris pun,"
"Ya, Mak,"
"Berlemak juga jangan ada di menu lauknya,"
"Ya, Mak,"
"Tuan muda Yanuar sangat menjaga kesehatan tubuhnya. Kita akan membuat sate dari daging khas dalam. Tanpa urat tanpa lemak. Bumbu jangan terlalu pedas, tapi harus ada rasa cabe. Dan yang teliti, jangan sampai ada Sebiji cabe masuk ke bumbunya, bisa fatal dia nggak mau makan. Semua itu ada alasannya bukan sok sok an. Dulu katanya pembantu orang tuanya saat masak ada biji cabe masakannya, hingga nyelip ke giginya, hal itu membuatnya risih karena biji cabe yang nyelip di giginya begitu sulit dikeluarkan.. Masalah cabe dulu pernah sakit perut dan diagnosa dokter ususnya infeksi. Dan dia itu alergi kulit, makanya semua harus bersih,"
Sepanjang Mak Minah bercerita pikiran Suryani melayang pada peristiwa belasan tahun lalu. Saat ia memasak untuk tuan muda anaknya tuan Sunyotonya ada beberapa biji cabe yang luput dari ulekannya. Akibatnya tuan mudanya protes biji cabe itu masuk ke giginya.
Kok ceritanya sama dengan peristiwa yang dialami anaknya Tuannya?
Tiba tiba Yani gemetar saat ingat jika nama anak tuan Sunyotonya itu Yanuar Putra Sunyoto. Dan kebetulan juga memiliki alergi kulit, serta pernah sakit infeksi perut yang kemungkinannya akibat sering mengkonsumsi makanan pedas, hingga ususnya infeksi dan sempat dirawat di rumah sakit.
"Apakah menantu nyonya adalah tuan muda Yanuar anaknya Tuan Sunyoto almarhum?
Suryani tercekat.
Siapakah Yanuar menantu si nyonya
Benarkah anak majikan lama yang terbunuh oleh Adi?
Ikuti ya lanjutannya ya
Jaga kesehatan