Tolong berhentilah menebar pesona hanya mata terpejam bisa kurasakan, jangan biarkan cahayamu membutakan banyak hati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angguni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sayang
Azan Asar berkumandang. Rasanya aku masih ingin lebih lama lagi berada di atas kasur empuk ku ini dan memeluk guling kesayanganku. Hangat dan rasanya aneh. Sejak kapan gulingku sebesar ini? Tunggu dulu! kasur? tadi kan aku tidur di sofa! ku buka mataku dan..... kyaaaaaa!!! Ku dorong Bobby sampai jatuh ke lantai.
"Kamu apa apaan sih, Desi? Sakit tahu! "
Bobby mengusap kepalanya yang sepertinya terbentur lumayan keras.Aku masih tidak ingin berbicara dengan dia. Baru saja aku akan menginjakkan kaki di lantai kamar mandi, dia sudah lebih dulu menyerobot masuk. Menyebalkan!.
"Aku duluan ya, takut gak keburu jamaahnya".
Kupikir benar juga. Jika aku wudhu lebih dulu, bisa bisa dia terlambat ke masjid. Tapi, aku tetap diam tak menjawab.
Selesai menjalankan kewajibanku, aku keluar kamar untuk membuat es jeruk. Rasanya tenggorokanku kering.Aku dan Bobby tinggal di rumah ini hanya berdua. Berdua! Karena mama papa mertuaku tinggal di rumah mereka sendiri. Rumah ini khusus di beli untuk aku dan Bobby.
"Sayang, aku juga haus".
Hah, bunyi apa barusan? Dia bilang apa tadi? Sayang? ke mana saja dia sejak beberapa tahun lalu? Aku menatap tajam Bobby, dengan tatapan apaan sih lo? Sayang, palak lo peyang!?
" Kenapa? Aku salah ya, Sayang? "
Sumpah! ini seperti bukan Bobby!
"Sepertinya kita harus banyak bicara! " Aku menuju ruang keluarga lalu di ikuti oleh Bobby.
"Aku haus, sayang".
Bobby mengambil es jeruk ku dan minum di tempat ku minum tadi? Yes I Know, it's sunnah. Tapi kan.... tapi....
Bobby pindah duduk di sebelahku dengan tatapan yang sumpah, kalau bukan dalam keadaan jengkel seperti ini, pasti sudah membuatku megap megap kehabisan oksigen. Tapi tidak untuk saat ini! kubalas dengan tatapan membunuhku.
"Kamu mau bicara tentang apa, sayang? "
"Berhenti memanggilku dengan sebutan mengerikan itu! "
"Kenapa? "
"Dan berhenti sok polos seperti itu! "
"Kenapa? "
"Bobby! "
Emosiku sudah naik sampai di ubun ubun. Maafkan aku, ya Allah, sudah membentak suamiku yang menyebalkan.
"Iya, sayang. Kenapa sih? "
Tuh, kan, sok manis banget?
"Aku mau kita pisah ranjang! "
"Gak bisa gitu dong!Atau mau aku aduin ke ayah bunda kamu? 'ancamnya, yang serius itu gak banget! "
"Bocah seperti kamu, kenapa sudah bisa memutuskan untuk menikah? "
"Kenapa aku sayang kamu, " katanya menirukan jargon jargon pasaran.
"Norak! "
"Biar norak, tapi kamu cinta mati, kan? " Bobby mengedipkan sebelah matanya kepadaku. Genit sekali.
"Tidak lagi, bahkan aku mual melihatmu! "
Segera aku membuang muka, tidak ingin melihat wajah Bobby. Aku tak ingin pertahananku jebol, lalu akhirnya berhenti dengan memeluk Bobby sambil n menangis. Tidak ada respon dari Bobby. Dia hanya diam.Ini baru Bobby yang aku kenal.
"Gak bisa gitu dong! Itu namanya habis manis aku di buang. Dulu kan kamu yang ngejar ngejar aku. Dan aku mau, kamu tetap kayak dulu selalu ngeganggu kehidupanku, menuhin pandanganku, dan bikin ribet semua urusanku".
Aku salah! Ternyata Bobby sudah benar benar aneh! aku hanya melongo melihat dia berbicara panjang lebar.
"Dan kamu tahu? Ini perintah dari seorang suami! "
Aku benar benar melongo! Bagaimana mungkin dia menggunakan status itu untuk menjebakku begini? Licik!
"Dan satu lagi, kamu harus tetap mencintaiku seperti dulu".
Tatapan menghangat ke arahku. Aku yakin itu bukan perintah, tapi permohonan.
" Jangan harap!! "
"Sayang , maafkan aku. Seharusnya kamu tahu alasanku bersikap tak acuh padamu dulu