Alana Shaabira Dewantara harus menelan pil pahit tak kala Calvin lebih memilih di jodohkan dengan pilihan orang tuanya daripada bersama Alana.
Ditengah kegalauan Alana, masa lalunya muncul kembali. Teman semasa kecilnya yang dulu Alana cintai sebelum Calvin.
"LEPASIN KAK!" Alana terus menghindari pria masa lalunya itu.
Tangan kokoh seseorang menarik tangan Alana "Jangan sentuh milikku! Alana tunanganku!" Ucap Erlando Agathias dengan gentle.
Seketika itu hati Alana berdesir dia menatap lekat Erlando dan berlindung dibelakangnya. "Tenang ada aku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merindukan Alana
"Eugh...!"
Mata Alana perlahan terbuka, akhirnya ia sadar dari tidurnya selama lima hari. Tangan kanannya terasa berat. Matanya melirik tenryata suaminya setia menunggunya bahkan sampai tertidur.
Tangannya terangkat mengelus kepala Erlando. "Sayang, ba-bangun." Ucap Alana yang masih terbata bata. Kepalanya masih terasa pusing dan luka di perutnya masih berdenyut.
Orang tua Alana tidur di kamar, omah dan opahnya sudah pulang. Ray dan Emil tidur di ruang tamu.
Erlando melenguh dan mendongakkan kepalanya. Matanya membulat, rasa bahagia dan haru menyelimutinya. Wanita yang ia cintai kini sudah bangun.
"Sayang? Kamu?" Erlando langsung memeluk erat dan menciumi seluruh wajah sang istri lembut. "Mas, aku enggak bisa nafas hihihi."
Wajar saja Erlando memeluknya erat, lima hari sudah Alana belum juga bangun. "Aku kangen kamu, jangan tidur lagi ya sayang. Kamu mau apa? Makan? Mau minum? Mau_"
"Ssst mas... Udah, aku mau mas di sini." Sahut Alana ia mencium bibir suaminya sepersekian detik.
Erlando meminta ijin Alana untuk membangunkan mamih papihnya. Ia juga membangunkan Ray dan Emil, lalu meminta Emil memanggilkan dokter.
Sepertinya hanya ada dokter jaga, mengingat ini sudah jam dua malam. Namun itu tak masalah, yang penting Alana sudah membuka matanya.
Orang tua Alana memeluk erat putrinya. Tak lama dokter pun datang memeriksa keadaan Alana. "Alhamdulillah kondisinya sudah stabil. Jangan terlalu lelah. Kami akan tetap memantau kesehatan pasien." Ucap dokter itu dan pamit dari sana.
Erlando terus memeluk istrinya, ia juga duduk di kasur bersama sang istri tercinta. "Kamu makan dulu ya sayang. Om Nathan bawain cokelat buat keponakannya tersayang hehhee... Kamu mau apa hmm? Bilang sama aku." Lirih Erlando dengan mata sendunya.
Alana tersenyum tipis, baginya tingkah laku suaminya ini sangat lucu. "Iya aku mau sayang. Bawel banget ini suaminya dokter Alana hehe." Alana membelai rahang suaminya lembut.
Orang tua Alana bisa bernafas lega melihat anaknya sudah sehat dan di ratukan oleh menantunya. Mereka pamit duluan istirahat, sepertinya asam lambung papih Alarich kambuh karena terlalu banyak memikirkan Alana.
"Kalian juga tidur yah, udah jam 3. Masih ada waktu buat subuh. Istirahat ya sayang." Ucap mamih Aleesya yang memeluk dulu anaknya erat.
"Terima kasih, mamih." Jawab Erlando pelan.
Kini pengantin baru itu sudah siap siap untuk istirahat kembali. Perut Alana masih terasa perih mungkin efek dari operasi yang baru ia jalani. "Sayang, aku mencintaimu. Sewaktu kamu tidur lama hatiku hancur. Aku kesepian. Maafkan aku yang tak becus menjagamu."
"Mas kok gitu ngomongnya? Mas udah sangat menjaga ku. Ini di luar kendali kita. Oh iya, Jessica gimana dia mas?"
Erlando menceritakan kejadian yang menimpa Jessica setelah penus*kkan itu. "Astaga mas! Nanti mas bisa kena masalah... Harusnya mas jangan seperti itu. Aku tahu mas sayang sama aku, tapi aku takut mas kenapa kenapa!"
"Tenang aja sayang, tidak akan terjadi apa apa." Ucap Erlando lembut. Keduanya terlelap di kasur yang sama. Erlando mendekap erat sang istri. Sungguh ia sangat mencintai Alana.
-
-
-
"Brengsek! Wanita syalan itu masih hidup? Ini tidak bisa di biarkan! Aku harus cari cara menyingkirkan wanita itu. Erlando hanya milikku. Susah payah aku menyingkirkan Rania, sekarang aku harus bertarung lagi dengan wanita lain? Oh tidak bisa! Akan ku buat Alana menderita!"
Ternyata di balik kemesraan Alana dan Erlando ada mata yang melihat dari jauh. Gorden kamar Alana terbuka setengah. Sonya memantau dari gedung sebrang memakai teropong untuk melihat kondisi Alana.
Sonya kini ada di hotel yang letaknya tepat di sebrang rumah sakit yang di tempati Alana sekarang. Ia sengaja menginap di sana agar bisa mengawasi Alana dari dekat. Hampir setiap hari ia pura pura lewat lorong kamar rawat Alana.
Di lantai itu khusus untuk pasien naratama. Karena Sonya bukan pasien, ia tak bisa masuk melewati security yang menjaga di pintu depan. Yang bisa masuk hanyalah pihak keluarga dan mempunyai ID card.
Rupanya kematian Rania semata mata bukan hanya terkena kanker rahim saja. Melainkan ada campur tangan Sonya, ibu kandungnya sendiri. Entah ada dendam apa Sonya sangat membenci Rania, putri kandungnya.
TOK TOK TOK
Sonya membuka kan pintunya. Ia rupanya menyewa seorang anak muda yang akan ia pakai memenuhi hasratnya.
"Tampan sekali, ayo masuk sayang." Ucap Sonya manja, ia langsung menarik tangan pria itu. Dan membawanya ke kamar.
"S*ksi banget tante." Ucap pria muda itu sambil memainkan benda padat di depannya. Meskipun Sonya seumuran papih Alarich, tapi penampilannya seperti anak muda. Di tambah ia sering sekali memakai dress mini.
Pertempuran panas mereka di mulai, Sonya terus mendesah menikmati sentuhan anak muda yang seumuran dengan anaknya.
-
-
-
Om Andre dan tante Ara datang menjenguk Alana setelah mendapat kabar dari Emil. Begitu pun keluarga tante Syla. "Udah habis belum cokelatnya? Kirain bakal lama bangunnya, mau om buang tadinya tas kamu hahaha!" Om Nathan meledek keponakannya itu.
Semua yang ada di sana merasa terhibur. "Jangan donk om, itu dari papih sama mamih hihi eh tapi aku juga beli pakai uang sendiri tahu!" Celetuk Alana yang sangat manja pada omnya ini.
"Saking banyaknya sampai enggak muat satu lemari." Athar makin meledek kakak keduanya itu.
Alana mendelik tajam adiknya. Siang itu beberapa saudaranya datang menjenguk. Setelah mereka satu persatu pulang, Alana kedatangan tamu lagi.
"Selamat siang saudari Alana, perkenalkan saya Angga_" Ucapnya. Ia datang ingin meminta keterangan pada Alana kejadian yang sebenarnya.
Tadinya Erlando ingin menunda karena Alana baru sehari sadar, ia takut istrinya akan kelelahan. Namun Alana memberi pengertian pada suaminya, bahwa ia tak masalah jika harus memberikan keterangan pada p*lisi.
Alana menjelaskan awal mula kejadian sampai ia di t*suk. Setelah itu ia memang tak mengingat apa apa lagi. Semua yang di ucapkan Alana sudah di rekam.
"Hmm maaf pak, apa Jessica akan di p*njara?" Tanya Alana pelan.
"Tentu! Sesuai hukum yang berlaku. Nanti para saksi yang ada di tempat kejadian di mohon hadir dalam pers*dangan. Untuk jadwalnya akan di informasikan kembali. Kami masih harus menyelediki saudari Sinta. Tadinya dia yang akan mencelakai bu Aleesya, tapi yang terjadi anaknya yang men*suk anda."
"Apa? Gimana bisa dia_?" Mamih Aleesya dan papih Alarich jelas saja syok mendengarnya, begitu pun anak menantu mereka.
"Setelah kami selidiki, saudari Sinta membawa p*stol untuk men*mbak anda, bu Aleesya. Kami menemukan benda itu di tas yang dibawanya." Ucap Angga panjang lebar.
DEG