Sejak bersama dengan Kenneth hidup Bulan semakin dipenuhi dengan warna.
Sejak bersama dengan Bulan hidup Kenneth kembali dihiasi dengan kebahagiaan.
Kenneth selalu berhasil mengukir senyum di wajah Bulan bahkan hanya dengan melihatnya.
Bulan berhasil membuat Kenneth ingin hidup lebih lama.
Seperti tawa yang berdampingan dengan air mata, juga hal baik yang berdampingan dengan hal buruk. Kisah cinta pertama mereka juga begitu.
Bulan berharap mereka selamanya.
Kenneth juga berharap yang sama dalam ketakutannya.
Semua ingin akhir yang bahagia, tapi tidak ada yang benar-benar tau pada akhirnya akan seperti apa.
Kenneth yang selalu membuat Bulan tersenyum kini juga berhasil membuat Bulan sering menangis dalam keheningan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keirina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LATIHAN BASKET
"Enggak!Mamah gak setuju kamu main basket lagi nanti kalau kamu kenapa-kenapa gimana karena main basket lagi?" Ujar Revina tidak setuju setelah mendengar Kenneth yang meminta izin untuk kembali bermain basket.
Kenneth yang masih mengenakan seragam sekolahnya sedang berusaha keras memberi pengertian kepada Revina. Begitu sampai di rumah tadi Kenneth yang melihat Revina sedang duduk manis di sofa sambil menonton TV memutuskan untuk langsung memberitahu Revina jika dia akan kembali bermain basket dan bergabung dengan tim basket di sekolahnya.
"Kenneth kan tau Mah kondisi tubuh Kenneth gimana jadi Mamah gak perlu khawatir. Kenneth gak akan kenapa-kenapa manah tenang aja" Ujar Kenneth menatap Revina masih berusaha meyakinkannya
"Tapi kan dokter udah bilang kamu gak boleh kecapean, gak boleh melakukan aktivitas yang berlebihan!Mamah gak mau kamu nanti masuk rumah sakit lagi karena main basket!Kamu kan juga udah janji sama Mamah gak akan main basket lagi" Revina menatap anaknya itu dengan raut wajah khawatirnya
"Kenneth memang udah janji sama Mamah, tapi Ken pengen main basket lagi, Mamah kan tau Kenneth suka basket. Ken mau ngelakuin hal yang Ken suka selagi Ken bisa," Kenneth menarik nafas sebentar, "Ken janji sama Mamah kalau memang nantinya Ken merasa gak sanggup lagi main basket, Ken akan langsung berhenti." Lanjutnya
Revina masih diam menatap Kenneth tampak berpikir, dia takut jika kondisi kesehatan Kenneth nantinya malah semakin memburuk, Revina tau kalau Kenneth memang menyukai basket. Kenneth terpaksa berhenti bermain karena Revina yang memintanya untuk berhenti, tapi sekarang Revina bisa melihat Kenneth memang sangat ingin kembali bermain basket. Kenneth sudah banyak mengurangi aktivitas yang dulu biasa dilakukannya demi membuat Revina tidak khawatir akan kesehatannya.
Revina menarik nafas berat, "Ya udah boleh," Kenneth langsung tersenyum lebar mendengarnya, "Tapi janji jangan terlalu maksain diri kamu buat main dan jangan sampai kenapa-napa!" Ujar Revina dengan berat hati.
Kenneth langsung memeluk Revina dan tersenyum senang, "Iya Kenneth janji Mah" Ujarnya menenangkan hati Revina
Kenneth melepaskan pelukannya, "Ya udah, Ken ke kamar dulu mau mandi, makasih ya Mah." Ujar Kenneth, lalu beranjak dari tempatnya meninggalkan Revina yang memandanginya dengan senyuman yang tak lepas di wajahnya. Sudah lama sekali Revina tidak melihat Kenneth yang sangat menginginkan sesuatu seperti tadi. Revina sebenarnya sangat khawatir, tapi disatu sisi dia juga bahagia karena setelah sekian lama akhirnya Revina bisa melihat kembali wajah ceria Kenneth yang sudah lama tidak dilihatnya.
***
"Main lo bagus njir..lo bohongin kita ya?katanya lo udah lama gak main basket, gak mungkin lo bisa selincah tadu kalau gak sering latihan sampai capek gue rebut bola dari lo!" Kata Gino yang sedang duduk berselonjor kaki sambil mengatur nafasnya. Kenneth yang sedang menyeka keringatnya hanya tersenyum merespon ucapan Gino.
Mereka baru selesai latihan basket di lapangan sekolah seperti yang sudah mereka bicarakan kemarin. Tadi setelah bel pulang mereka berkumpul terlebih dulu di kantin, lalu setelah sekolah sudah mulai sepi mereka semua langsung pergi ke lapangan untuk latihan basket termasuk Sari dan Bulan yang juga ikut nimbrung sebagai penonton saja di pinggir lapangan, lebih tepatnya Bulan mengajak Sari untuk menemani Fahri dan yang lainnya bermain basket agar dia ada alasan untuk menghindar dari Bastian yang mengajaknya pulang bareng.
"Lagian lo kenapa berhenti main basket kalau main lo bagus gitu, sayang banget" Ujar Niko
"Gak mungkin alasan lo cuma karena bosan, terlalu klise" Ujar Yuda mengingat ucapan Kenneth kemarin saat di kantin.
"Iya, masa karena bosan lo terus berhenti main basket kalau gitu gue juga udah berhenti main dari dulu!" Timpal Fahri yang juga penasaran
Kenneth diam. Dia enggan untuk memberitahu alasan sebenarnya, karena sejauh ini belum ada yang tau soal kondisi kesehatannya bahkan temannya di sekolah yang lama pun tidak tau soal penyakit Kenneth mereka hanya tau kalau Kenneth mendonorkan satu ginjalnya untuk menolong Revina. Kenneth tidak ingin mereka tau soal kondisi kesehatannya dan soal dirinya yang hanya hidup dengan satu ginjal.
"Lo semua kenapa sih kepo banget?" Sinis Bulan karena melihat Kenneth yang masih diam seperti enggan menjawab, "Ya suka-suka dia mau berhenti main basket kek, mau main kek, urusan dia!lo semua gak perlu tau alasannya!"
Kenneth yang mendengar Bulan yang tiba-tiba bicara menatapnya dan diam-diam berterimakasih dalam hati.
"Kenapa sih lo?" Tanya Gino heran dengan Bulan, "Kalau ngomong gak bisa biasa aja?kenapa harus marah-marah sih?"
"Gak bisa. Kenapa memang?" Bulan menatap Gino galak
"Bisa diam gak?" Ujar Yuda yang berhasil membuat Gino dan Bulan kembali diam.
"Lo harus banyak-banyak tutup telinga di sini Ken, soalnya kalau lagi ngumpul pasti selalu gini kayak orang berantem." Ujar Fahri. Kenneth hanya mengangguk dengan senyuman di wajahnya sambil melihat Bulan yang diam dengan wajah juteknya karena, berkat Bulan Kenneth tidak perlu memberitahu soal alasannya berhenti basket.
"Lagian lo ngapain disini sih Lan?bukannya Bastian ngajakin lo pulang bareng tadi?" Tanya Niko mengubah topik pembicaraan mereka
"Biasa, kabur dia" Sari yang menjawab
"Astaga nih manusia satu memang!" Kata Gino sambil mengeleng-gelengkan kepala lagi-lagi berhasil dibikin heran dengan sikap Bulan "Gimana lo mau pacaran normal kalau diajak pulang bareng aja lo kabur!"
"Yah lagia dia ngapain coba mau ngantar gue pulang?" Bulan melihat teman-temannya dengan tatapan bertanya, "Gue kan bawa motor, gue bisa pulang sendiri, ngapain dia mau ngantar gue pulang?" Tanyanya dengan wajah polosnya yang berhasil membuat teman-temannya tidak habis pikir.
Sari yang duduk di sebelah Bulan tanpa basa-basi langsung menoyor kepala Bulan.
Bulan menatap Sari galak, "Apasih lo!"
"Lo kalau goblok plus cuek jangan sampai segitunya lah Lan, malu gue" Ujar Sari pada temannya itu
Fahri, Kenneth, Gino, Yuda dan Niko tertawa melihat mereka berdua.
"Lagian lo ya wajarlah kalau Bastian mau nganterin lo pulang namanya dia pacar lo, seharusnya lo seneng pacar lo mau nganterin lo pulang" Ujar Niko
"Gue sih kasian sama Bastian lama-lama makan hati pasti dia pacaran sama lo yang begini bentukannya" Ledek Fahri yang langsung mendapat lirikan tajam dari Bulan.
"Lagian gue kan udah bilang gue gak mau pacaran sama dia!"
"Terus ngapain diterima kalau lo gak mau pacaran sama dia Bulan?" Tanya Niko lelah mengahadapi sifat Bulan
"Bener!ngapain lo terima?biasanya juga seenak jidat lo nolak cowok!" Gino ikut menimpali
"Mau gue tonjok lo, iya??" Gakak Bulan pada Gino. Gino langsung berlindung pada Yuda yang berada di sebelahnya begitu Bulan ingin mendekatinya.
"Biasa Ken, dia memang gitu, deket sama cowok berani tapi giliran diseriusin takut, uring-uringan sendiri!" Jelas Fahri pada Kenneth yang sedari tadi hanya menyimak
"Gak normal," Ujar Sari, "Lo jangan mau sama cewek yang modelannya kayak Bulan ya Ken mending sama gue yang jelas dan normal" Lanjut Sari sambil menggoda Kenneth
"Lo mau, Kennethnya yang males sama lo!" Ujar Gino yang mengundang tawa. Sedangkan Bulan dia hanya diam saja dengan wajah galaknya tidak tertarik untuk tertawa sama sekali.
"Ya udah lo putusin aja kalau memang lo risih, kasian Bastiannya nanti" Ujar Yuda. Bulan melihat Yuda
"Dengerin tuh bapak Yuda sudah angkat bicara" Ujar Fahri. Bulan hanya menghela nafas saja. Dia juga tidak mengerti apa yang salah sama dirinya sampai tidak pernah merasa tenang ketika mengetahui kalau seseorang benar-benar menyukainya.