NovelToon NovelToon
Om Duda Teman Papa

Om Duda Teman Papa

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Addryuli

"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."

"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."

Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.

Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.

Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?

ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14

Edgar duduk sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa, tangan kanannya memegang segelas vodka. Tatapannya lurus ke depan sesekali mengamati orang-orang yang tengah berjoget dilantai dansa.

"Sendirian aja?"

Edgar menoleh saat seorang wanita menyentuh pahanya, dia mengangguk sebagai jawaban.

"Boleh dong ditemenin?" tanya wanita berpakaian sexy itu sambil tersenyum menggoda.

Edgar meminum minumannya sekali teguk lalu meletakkan gelasnya ke meja. Wanita itu segera menuangkan minuman ke gelas Edgar dengan gerakan sensu4l.

Wanita malam itu menyerahkan gelas Edgar sambil mencari kesempatan mengelus paha Edgar pelan.

Theodore membuka pintu ruang VIP, Odelia dan Cessa lekas masuk ke dalam.

"Mari."

"Jadi ini yang nomornya dikasih ke lo sama si om duda itu?" tanya Cessa.

Odelia mengangguk. "Iya. Ngeselin banget kan."

"Formal banget, padahal kan udah nggak jam kerja lagi."

Odelia dan Cessa terus mengikuti langkah Theodore hingga matanya tak sengaja melihat Edgar tengah bersama seorang wanita malam.

"Sialan, udah keduluan j4l4ng aja." umpat Odelia.

Tanpa menunggu Cessa, Odelia berjalan dengan langkah cepat menuju meja Edgar. Bahkan dia sampai menabrak bahu Theodore karena sudah tak memperhatikan jalan lagi. Tatapannya hanya tertuju pada satu titik, Edgar yang tengah digerayangi wanita malam itu.

Greb.

Odelia mencekal lengan wanita malam itu yang hampir mengelus dada Edgar. Odelia menatapnya tajam sambil mencengkeram tangan wanita itu dengan erat.

"He's mine." tekan Odelia.

Theodore dan Cessa yang melihat keberanian Odelia kompak melongo sambil menggelengkan kepalanya. Mereka bahkan berhenti berjalan dan berdiri bersandingan.

"Sahabat gue emang the best." gumam Cessa.

"Sungguh pemberani." gumam Theodore.

Edgar menyesap minumannya sambil tersenyum smrik.

"Lepas." ucap wanita malam itu.

"Pergi lo dari sini, jangan ganggu cowok gue."

Odelia menghempaskan tangan wanita itu dengan kasar. Wanita malam itu memilih pergi dari sana setelah mendapatkan tatapan tajam dari Edgar.

Odelia menjatuhkan tubuhnya ke samping Edgar sambil mengerucutkan bibirnya dan bersedekap dada menahan kesal. Theodore dan Cessa menghampiri keduanya. Theo duduk di sofa singel lalu Cessa duduk disamping Odelia.

"Keren Del, kalo gue jadi lo udah gue patahin tuh lengannya." ucap Cessa.

Odelia hanya mendengus sinis, baru saja dia senang karena bertemu Edgar tapi moodnya hancur setelah melihat kejadian barusan. Apa Edgar selalu melakukan hal itu? pikirnya.

Edgar mengangkat tangannya, tak lama seorang pelayan datang sambil membawa dua gelas minuman lalu meletakkannya didepan Odelia.

"Minum?" tanya Edgar dengan deep voicenya.

Deg.

Jantung Odelia serasa berhenti berdetak saat mendengar suara rendah Edgar. Dia menggigit bibir dalamnya untuk menahan senyumnya. Odelia bahakan berdehem beberapa kali untuk menetralkan perasaannya, rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu berterbangan diperutnya.

Melihat sahabatnya yang salah tingkah membuat Cessa gemas sendiri. Dia mencubit pelan lengan Odelia agar berhenti bertingkah konyol.

"Tahan Odel, lo kek janda pirang kegirangan anjir." bisik Cessa.

"Sialan lo." umpat Odelia.

"Ehem."

Odelia seketika tersadar, dia kelepasan mengumpat pada Cessa. Dia menoleh ke samping sambil meringis kecil lalu mengangkat gelasnya.

"M-minum kok." ucapnya sedikit gugup.

"Bersulang." ucap Theo mengangkat gelasnya ke depan.

Cessa dan Edgar ikut mengangkat gelasnya, tak lama Odelia juga mengangkatnya namun dengan tangan sedikit gemetar. Dia tremor berdekatan dengan Edgar.

Ting.

Bunyi gelas mereka beradu.

Edgar diam-diam memperhatikan Odelia dari sudut matanya. Rupanya gadis itu cukup menarik juga jika tidak menggunakan seragam sekolah. Dia tersenyum miring saat gadis itu tampak gugup.

Tangan kiri Edgar sengaja dia letakkan disandaran sofa membuat Odelia terkejut karena lengan itu tak sengaja menyentuh punggungnya.

"Astaga, jantung gue." batin Odelia.

Jangan tanya seperti apa perasaan Odelia sekarang, bahkan jika musik DJ mati mungkin mereka bisa mendengar degup jantung Odelia saking kerasnya.

Cessa begitu menikmati malam ini, dia meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti irama lagu dari tempat duduknya.

"Del, gur turun ya." pamit Cessa lalu berdiri.

"Eh, jangan Cess. Gue takut lo dibungkus. Bisa dimarain om Diki gue."

"Tck, gue belum mabok ya. Bay."

Cessa berlalu begitu saja, dia masuk ke dalam kerumunan orang-orang dilantai dansa.

Edgar mengkode Theo lewat lirikan mata. Theodore menghembuskan nafasnya, niatnya ingin melepas penat namun justru harus mengurus gadis labil.

Kini tersisa Odelia dan Edgar saja dimeja itu. Odelia merasa canggung, dia tak tahu harus membicarakan apa. Keberaniannya entah hilang kemana.

"Sorry buat kemarin."

Odelia terkejut mendengar permintaan maaf Edgar.

"M-maksud om?"

Edgar meletakkan gelasnya lalu memutar tubuhnya menatap Odelia.

"Karena ngasih nomor Theo."

Odelia terkekeh pelan. "Tau nggak, Odel spam chat sama telepon tau."

Edgar mengangguk. "Ya. Theo bilang sama saya."

Tiba-tiba Odelia mengulurkan tangannya. Melihat itu, Edgar menaikkan sebelah alisnya.

"Tck." decak Odelia sambil meraih tangan Edgar untuk menjabat tangannya.

"Kita kenalan lagi om." ucap Odelia.

Edgar tertawa kecil kemudian mengikuti permainan gadis kecil didepannya ini.

"Oke."

Odelia tersenyum manis. "Kenalin om, nama aku Niccole Odelia. Bisa dipanggil sayang." ucap Odelia lalu menutup mulutnya.

"Saya Edgar."

"Jangan pakai bahasa formal dong om. Aku-kamu aja biar lebih akrab."

Edgar merasa terhibur dengan tingkah Odelia.

"Ya ya, aku Edgar." ucap Edgar kembali dengan nada rendah.

Odelia segera melepaskan tangannya lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Dia hampir meleleh mendegar suara Edgar yang terdengar sexy ditelinga Odelia.

Lagi-lagi tingkah Odelia berhasil membuat Edgar tersenyum. Sudah berapa kali dia tersenyum hanya dalam waktu beberapa menit saja. Biasanya dia adalah orang yang jarang tersenyum apalagi dengan orang baru.

"Eh om."

"Hemm?"

Odelia menatap Edgar dengan seksama. "Tapi om beneran singel kan?"

Deg.

Kini giliran Edgar yang merasa jantungnya berdegup kencang, namun dia segera bisa mengendalikan ekspresi wajahnya. Perlahan kepalanya mengangguk.

"Ya, saya duda."

"otw." batin Edgar.

Odelia bernafas lega. "Akhirnya, gue ada kesempatan." gumamnya.

Mereka kemudian melanjutkan ngobrol ringan seputar diri mereka. Rasa canggung yang tadi Odelia rasakan perlahan menghilang begitu saja. Dia memang tipe mudah akrab dengan siapapun, jadi mudah saja untuk cepat beradaptasi dengan Edgar.

"Jadi kamu masih kelas 12?"

"Iya om, bentar lagi lulus sih. Tinggal beberapa bulan aja."

Edgar mengangguk. "Kamu sering kesini?"

"Nggak juga sih cuma sesekali, cuma waktu kita ketemu nggak sengaja itu rasanya jadi pengen ke sini tiap hari biar bisa ketemu." ucap Odelia sambil malu-malu.

"Aku jarang kesini sebenarnya, jika ingin minum tinggal minum saja diapartemen."

Odelia membelakan matanya. "Oh ya? Jadi om kesini karena Odel yang ajak?"

Edgar menggeleng. "Enggak, Theo yang ngajak ke sini. Habis lembur, jadi butuh sedikit hiburan."

Jawaban Edgar sedikit membuat Odelia kecewa, ternyata pertemuan mereka ini juga tak sengaja. Dia pikir Edgar kesini karena dirinya, tapi ternyata karena ajakan dari asistennya.

Odelia jadi kehilangan semangatnya, dia sudah percaya diri tapi justru tertampar oleh fakta.

"Belum juga berjuang, udah kecewa dua kali." gumamnya.

Edgar tersenyum smrik saat melihat respon Odelia. Ternyata gadis ini mudah merajuk, tapi caranya merajuk hanya diam sambil cemberut. Tidak seperti istrinya, yang langsung berapi-api dan selalu mendebatnya.

"Istri?" batin Edgar sambil menahan kesal jika mengingat penghianatan istrinya.

"Tunggu saja Alysa, sebentar lagi surat cerai akan turun dan aku akan segera terbebas dari hubungan toxic ini." batin Edgar.

1
Reni Anjarwani
suka deh bisa doubel up keren ceritanya
Liana Alda: happy reading kak
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
keren bgtt kalau bisa doubel up thor
Liana Alda: on proses kak, punya 2 on going soalnya. masih susah bagi waktu 😭😭
total 1 replies
Reni Anjarwani
ceritanya bagus kalau bisa doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel. up seru ceritanya
EatYourHeartOut
Sudah berhari-hari menunggu update, thor. Jangan lama-lama ya!
Kiran Kiran
Menghibur banget!
Liana Alda
terima kasih kembali
Bunny Koo
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!