Velia diperlakukan dingin oleh suaminya, Kael setelah menikah. Belum sempat mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan dirinya malah mendapati Kael mengkhianati dirinya.
Dalam semalam, Kael menunjukkan sifat aslinya membuat Velia tak tahan dan mengakhiri hidupnya. Namun, Velia justru terbangun di masa lalu dimana dirinya belum mengenal Kael sama sekali. Apa yang akan di lakukannya pada kesempatan kedua ini? Apakah gadis itu berhasil mengubah takdir? atau justru menempuh jalan yang sama?
cr cover: https://pin.it/5RJgxu4Ex :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Eh? Masih ada pekerjaan, ya?" tanya Gaby, tubuhnya mematung di ambang pintu.
Mata Velia seketika terbelalak ketika melihat sosok wanita yang tiba-tiba datang. "Wanita ini ... haahh, ternyata kau sudah lama berhubungan dengan wanita ini," batin Velia, kenangan kelam saat menyaksikan Kael yang masih menjadi suaminya berselingkuh dengan wanita ini menerobos begitu saja bagai badai.
"Saya permisi, Pak," ucap Velia sebelum akhirnya pergi meninggalkan Gaby dan Kael di ruangan.
Gaby menelan ludahnya dengan kasar. Gadis itu menatap sosok dua gadis yang berjalan keluar ruangan sampai keduanya tak terlihat lagi. "Ka–Kael? Maaf, aku kira kau—"
"Kau mengacaukan segalanya, Gaby. Ternyata kalimatmu yang bilang akan membantuku untuk balas dendam itu hanya sebuah bualan?" tanya Kael tanpa menoleh ke arah gadis itu.
"Kael, maafkan aku. Aku tidak tahu— aku benar-benar tidak tahu, kupikir kau tertidur atau semacamnya," jawab Gaby sambil berjalan mendekati Kael.
Kael menatapnya dingin, "Pergi dari sini, Gaby. Aku tidak mau melihatmu lagi," perintah pemuda itu.
"Ta–tapi kau sudah—"
"Berjanji? Hah! Lupakan saja, bahkan aku terlalu muak untuk melihat wajahmu," ucap Kael, lalu beranjak dari ruangan meninggalkan Gaby seorang diri.
...****************...
"Ada yang ingin ku bicarakan, Veli," celetuk Nara sedikit melirik ke arah Velia.
Ting!
Kedua wanita itu masuk ke lift dan menekan tombol menuju basement, tempat dimana mobil Nara diparkir.
"Apa yang mau kau bicarakan?" tanya Velia seraya bersandar pada dinding lift.
"Ini tentang Pak Kaelion. Tadi aku tidak sengaja mendengar percakapannya dengan seorang wanita," jelas Nara, matanya memperhatikan pantulan dirinya pada dinding lift.
"Benarkah? Lalu? Apa yang terjadi?" tanya Velia penasaran.
"Aku rasa itu kekasih Pak Kaelion. Aku dengar Pak Kael bilang 'tidak ada yang bisa melayaniku sebaik dirimu' tapi tingkah laku pria itu sangat mencurigakan. Apalagi dia mendekatimu secara terang-terangan," jelas Nara, tangannya memainkan boneka teddy bear yang menggantung di tasnya.
"Rupanya hubungan kalian sudah lebih dari itu. Hah ... dasar bodoh, apa jadinya jika kau tidak diberikan kesempatan kedua? Pasti si brengsek itu sudah hidup bahagia di masa depan," batin Velia berusaha menjaga mimik wajahnya.
Ting!
Saat pintu lift terbuka, beberapa space parkiran sudah ada yang kosong hanya tinggal beberapa mobil saja di sana.
Langkah Velia terhenti, dirinya tidak sengaja mendengar bisikan. Lantas gadis itu segera memberi isyarat pada Nara untuk tidak berisik. "Kenapa?" bisik Nara, sorot matanya tampak bingung dengan tingkah Velia barusan.
"Jangan berisik, ada yang sedang bertengkar," bisik Velia lalu memberikan kode pada Nara untuk mengikutinya.
Kedua gadis itu mengendap-endap, berusaha untuk tidak menimbulkan suara sekecil apapun.
"Lalu bagaimana denganku, Pak? Aku bahkan belum mendapatkan promosi," gerutu seorang wanita.
"Apa yang bisa aku lakukan? Istriku mencurigaiku akhir-akhir ini. Kau tidak tahu berapa banyak usaha yang sudah ku kerahkan untuk sampai ke titik ini!" hardik pria itu.
"Lalu bagaimana denganku? Aku sudah memberikan segalanya! Kau bilang kau tidak mencintai istrimu lagi, tapi apa?! Sekarang kau malah membuangku begitu saja!" ucap wanita itu dengan nada yang sedikit ditinggikan.
"Suara ini sangat familier," batin Velia, jantungnya berdegup sangat cepat. Velia dan Nara kemudian menyembunyikan dirinya di balik pilar beton, berusaha untuk tetap tenang.
Keringat mulai mengucur di keningnya, tanpa sengaja Nara menginjak sebuah botol air mineral yang membuat perhatian sepasang kekasih itu tertuju pada tempat persembunyian mereka.