NovelToon NovelToon
Satu Satunya Yang Tak Terpilih

Satu Satunya Yang Tak Terpilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Light Novel
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: nazeiknow

Oiko Mahakara bukan siapa-siapa.
Di sekolah, dia hanya bayangan yang selalu diinjak.
Tertawa orang lain adalah derita baginya.
Tapi ketika cahaya menelan dunia lamanya, semuanya berubah.

Dipanggil ke dunia lain bersama murid-murid lainnya, takdir mereka tampak seperti cerita klasik: menjadi pahlawan, menyelamatkan dunia.

Namun, tidak semua yang datang disambut.
Dan tidak semua kekuatan... bersinar terang.

Ketika harapan direnggut dan dunia membuangnya, dari kehampaan… sesuatu terbangun.

Kegelapan tidak meminta izin. Ia hanya mengambil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nazeiknow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11: di lembah Kematian

Oiko masih berdiri diam di tengah hutan. Tubuhnya penuh luka goresan dan berlumuran darah, namun matanya tetap menatap langit yang cerah seakan tak terjadi apa-apa. Angin bertiup lembut, menggerakkan dedaunan dan membuat suasana terasa tenang, kontras dengan apa yang baru saja terjadi.

Tiba-tiba, tubuh Oiko menghilang dari tempatnya berdiri.

Serigala humanoid yang masih hidup, terkapar di tanah dalam keadaan terluka parah dan ngos-ngosan. Nafasnya memburu. Namun tiba-tiba, dari balik semak di samping pohon besar, Mikami melihat siluet Oiko muncul—berdiri tepat di belakang serigala itu.

"Kemana dia tadi?" gumam Mikami pelan, matanya membelalak.

Oiko mengangkat tangan pelan ke arah serigala itu. Makhluk buas tersebut langsung menyadari kehadirannya dan menoleh ke belakang, tubuhnya gemetar.

"Si… siapa kau?!" desis serigala itu dengan suara gemetar.

Tanpa menjawab, Oiko meletakkan tangan di bahu sang serigala, lalu mencengkeramnya dengan kekuatan penuh.

"RAAAAAAAAAAAAH!" teriak serigala itu keras, jeritannya menggetarkan udara.

Burung-burung beterbangan dari pepohonan, membuat dedaunan beterbangan, sementara suara jeritan itu menggema hingga jauh. Pohon-pohon bergoyang keras seakan merespons seruan kematian.

Dari tempat persembunyiannya, Mikami bergerak cepat. Ia menjulurkan tangan ke arah serigala itu, lalu mengeluarkan puluhan pedang air yang melayang di udara, mengitari tubuhnya seperti bilah-bilah tajam.

Dengan satu ayunan, Mikami menghempaskan semua pedang itu ke arah serigala.

"ZRAAAAAAAAAAAASH!!"

Suara seperti semburan jet air bergema ketika puluhan pedang air menghantam tubuh sang serigala. Bilah-bilah itu menusuk tubuhnya dari berbagai arah, darah menyembur, dan mata sang serigala membelalak sebelum perlahan-lahan menutup.

Tubuhnya jatuh lemas. Mati.

Seketika, cahaya biru menyala di sekitar Oiko. Sebuah suara gema terdengar di dalam pikirannya:

[Skill baru diperoleh: Serangan Kilat.]

Oiko menghela napas pelan, lalu berjalan santai menuju Mikami dan Rinya yang masih ketakutan. Rinya memeluk kaki Mikami erat, wajahnya tertutup di balik lengan Mikami.

Oiko menyeringai kecil. "Rawr!" teriaknya dengan nada menggoda.

"KYAAA!" Rinya menjerit ketakutan, tubuhnya gemetar makin erat memeluk Mikami.

Mikami tertawa kecil, menepuk kepala Rinya dengan lembut. Oiko pun ikut tertawa, wajah mereka perlahan kembali santai meski tubuh mereka masih dibalut luka dan keringat.

...

Oiko, Mikami, dan Rinya berdiri di tengah hutan yang mulai tenang, namun suasana di antara mereka sedikit tegang. Rinya masih cemberut, matanya menatap Oiko dengan kesal setelah dijahili tadi.

"Aduh, jangan marah dong, Rinya... Maaf ya..." ujar Oiko pelan, sambil tersenyum canggung dan berusaha membujuknya.

Ia mengelus pelan kuping kecil yang ada di atas kepala Rinya. Tapi baru beberapa detik, Rinya mendesis pelan—lalu menggigit tangan Oiko.

"AWW!! Sakit! Ampun, ampuun!!" jerit Oiko, berusaha menarik tangannya sambil meringis.

Rinya melepas gigitannya dengan wajah masih kesal, tapi terlihat jelas dia menahan tawa. Mikami hanya geleng-geleng kepala dari kejauhan sebelum akhirnya berbalik arah dan berjalan perlahan menuju pria besar yang sebelumnya sempat mereka lihat bertarung melawan monster serigala.

Oiko memperhatikan Mikami yang berjalan menjauh. “Eh iya... tadi si pria besar itu masih hidup, gak ya?” gumamnya.

Tanpa pikir panjang, ia dan Rinya menyusul Mikami. Sesampainya di depan sosok itu, mereka melihat pria besar itu masih bernapas—meski lemah dan tubuhnya penuh luka. Darah mengalir dari beberapa bagian tubuhnya, namun matanya masih terbuka.

Mikami segera jongkok dan memeriksa nadinya. "Masih ada denyut. Tapi gak kuat kalau dibiarkan begini," katanya cepat.

Oiko mengangguk dan mengangkat kedua tangannya, lalu menidurkan pria itu perlahan menggunakan sihir ringan agar tubuhnya beristirahat. Saat hampir tertidur, pria besar itu tiba-tiba membuka mulutnya dan berbicara dengan suara serak.

"...Kenapa... ada manusia di Lembah Kematian ini...?"

Oiko sedikit terkejut. "Kamu juga manusia, kan?"

Pria besar itu tertawa kecil. "Hahaha... Aku bukan manusia. Aku Oni... evolusi dari Orge. Aku bukan bagian dari ras manusia. Tapi... terima kasih... sudah menolongku."

Wajahnya tenang. Meski tubuhnya penuh luka, namun senyuman itu menunjukkan rasa syukur yang tulus.

Rinya, yang dari tadi memegang erat lengan Oiko, tiba-tiba melonggarkan pelukannya. Mendengar kata Oni, ia langsung menatap pria besar itu lebih hati-hati—kemudian mendekat.

"...Kau Oni?" bisiknya.

Pria itu mengangguk pelan.

Rinya menunduk... lalu memeluk Oiko dari belakang, kali ini bukan karena takut, tapi seolah ingin memastikan dirinya tetap aman di dekatnya.

Langit di atas mereka mulai terbuka. Awan gelap berganti biru cerah. Sinar matahari menerobos di antara dedaunan hutan yang lebat, menyinari wajah mereka bertiga.

hening....

Suasana hutan mulai terasa damai, walau tubuh mereka masih dipenuhi bekas pertarungan. Mikami perlahan merobek sebagian pakaiannya, lalu menyerahkannya pada Oiko.

“Gunakan ini,” ujarnya.

Oiko menerima kain itu dan langsung menekannya pada luka di perutnya. Darah masih mengalir pelan, tapi kain itu cukup membantu menutupnya. Ia duduk perlahan, menahan napas agar tak terasa terlalu sakit. Tak lama kemudian, Rinya tiba-tiba ikut duduk—tepat di pangkuan Oiko, wajahnya masih menyimpan ekspresi waspada.

Di sisi lain, Oni besar yang sebelumnya terluka parah mulai terduduk. Tubuhnya masih berlumur darah, tapi ada sedikit kekuatan di wajahnya. Mikami bangkit dan berkata, “Aku cari makanan dulu.”

Namun, baru beberapa langkah, Oiko memanggil, “Eh, Mikami! Ini kan Lembah Kematian. Masa kamu mau jalan sendiri? Nggak takut?”

Mikami terdiam sejenak. “Oh iya, lupa…” katanya sambil senyum kaku, lalu kembali duduk di samping Oiko.

Mereka bertiga menatap Oni itu yang tiba-tiba mulai bersinar samar—luka-lukanya menghilang sedikit demi sedikit. Oiko terkejut dan berseru, “Lah… kok sembuh?”

Oni itu tersenyum tipis. “Aku punya sihir penyembuh alami,” katanya dengan tenang.

Tak lama, ia perlahan mengulurkan tangan ke arah Rinya. Tapi Rinya, yang masih duduk di pangkuan Oiko, langsung merapatkan tubuhnya dengan cemas.

“H-hey, santai. Aku cuma mau menyembuhkan perut Oiko…” ujar Oni sambil tersenyum lembut.

Rinya menoleh ke Oiko, memastikan bahwa semua baik-baik saja. Mikami hanya diam, menatap mereka tanpa ekspresi.

Lalu aura hijau tipis keluar dari tangan Oni itu. Sejuk. Lembut. Perlahan menyelimuti tubuh Oiko. Ia merinding sesaat, namun detik berikutnya…

“Hah? Rasa sakitnya… hilang?” Oiko menatap perutnya yang kini terasa lebih ringan.

“Sudah ku sembuhkan,” kata Oni.

Setelah itu, Oni berdiri dan berkata, “Aku akan carikan kalian kayu untuk membuat tempat istirahat.”

Oiko menatapnya dengan heran. “Tapi… di luar sana masih banyak monster. Apa kamu nggak takut?”

Oni tertawa kecil. “Aku juga monster, ingat?”

Oiko dan Mikami saling pandang.

Lalu Oni itu menatap ke arah mayat serigala humanoid besar yang masih tergeletak tak jauh dari sana. “Lihat itu…”

Oiko ikut menoleh. “Apa maksudmu?”

“Aku akan… memakannya,” ujar Oni, serius.

Seketika itu juga Oiko menelan ludah, menatap langit dengan wajah kaku. Suasana mendadak hening, hanya angin lembut yang menggerakkan dedaunan.

1
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Frontier
HarusameName
bukan hasil AI 'kan, ini?
HarusameName: Narasinya bagus, loh! Nice work.
nazeiknow: kalau ga libur up chapter nya per hari "Minggu"
total 4 replies
nazeiknow
JANGAN LUPA LIKE TEMAN BIAR SAYA LEBIH SEMANGAT MENULIS CERITA INI KALAU BISA LOVE LOVE DI PENCET 😉
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!