Kau Hancurkan Hatiku, Jangan Salahkan aku kalau aku menghancurkan Keluargamu lewat ayahmu....
Itulah janji yang diucapkan seorang gadis cantik bernama Joana Alexandra saat dirinya diselingkuhi oleh kekasihnya dan adik tirinya sendiri.
Penasaran ceritanya???? Yuk kepo-in.....
Happy reading....😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 : Ketemu Di Mall
“Pah?" Rosa sudah berdiri di depan Bram, dengan cara memaksa masuk ruangan suaminya.
Sekretaris Bram mengekor---ekspresinya nampak ketakutan.
Bram yang paham, dia memberikan kode anggukan kepada sekertaris yang bernama Keyra. Keyra pun pamit keluar dengan perlahan.
"Kenapa tadi malam papi nggak pulang?” tanya Rossa menerobos masuk ke ruangan suaminya.
“Duduk dulu, Mih. Jangan marah-marah!” kata sang suami, berjalan ke arah Rossa yang nampak tidak tenang.
“Sekarang jelaskan kenapa tadi malam papi nggak pulang ke rumah? Papi lagi nggak nyembunyiin sesuatu dari Mami kan?” curiga Rossa menatap tajam sang suami.
“Nyembunyiin apa sih, Mih? Apa yang harus papi sembuhyiiin?” kata Bram, ekspresinya tetap tenang.
"Terus kenapa nggak pulang? Tau-tau udah di kantor?" protes sang istri.
“Iya, Maaf. Kemarin papi keluar kota mendadak. Ada masalah dengan pabrik di sana. Harus papi sendiri yang menyelesaikan," jawab Bram, memberikan alasan.
"Terus kenapa nggak ngasih tau mami?"
"Hape lowbat, papi lupa bawa ces-cesan. Terus pulang dari sana sekitar pukul 10 malam, tubuh papi ya capek, ya lelah, ya laper. Mata juga ngantuk banget. Akhirnya papi mutusin nginep di hotel terdekat. Terus--- langsung istirahat sampai pagi..Saat -bangun ternyata udah siang. Papi mau kabari mami, tapi sepertinya nggak mungkin. Karena pagi ini papi juga ada meeting penting dengan klien. Ya akhirnya papi terpaksa mandi dan ganti baju di sini?” jelas Bram berharap Rossa percaya, meski hati nampak was-was.
Rosa tetap saja masih curiga, dan sang suami sadar bahwa istrinya itu memang tidak mudah untuk percaya. Instingnya terlalu kuat.
“Kalau Mami nggak percaya, Mami bisa tanya ke Rudy. Dia paling tau jadwal kegiatan papi ?” kata Bram.
Untungnya tadi dia sudah mewanti-wanti Rudy, asisten pribadinya, kalau nyonya datang dan bertanya---dia harus mengatakan kalau memang ada jadwal peninjauan ke luar kota mendadak.
Rudy, asisten setia---dia akan menuruti perintah dari atasannya, meski jadwal peninjauan memang tidak ada di daftar buku pribadinya.
-
-
“Loh, Mami ada di sini?” tanpa mengetuk pintu ruangan papanya, tiba-tiba Kevin masuk ke dalam.
“Dari mana saja kamu? semalam kamu juga nggak pulang?” tanya Rosa, menatap tajam putranya.
Kevin tersenyum lebar. Semalam dia memang tidak pulang ke rumah. Dia bermalam di apartemennya, bersama Karin tentunya.
“Aku tidur di apartemen, Mi. Aku kecapean. Pulang dari kantor---langsung ke apartemen. Istirahat di sana?” jawab Kevin, memberi alasan.
Kenapa Kevin lebih sering istirahat di apartemennya sendiri??? Alasannya satu--- apartemen miliknya adalah tempat yang bebas untuk memadu kasih dengan sang kekasih. Di sana dia bisa bersenang-senang, tanpa orang tuanya tau.
"Awas kalau kamu berbuat macam-macam, Vin! Mami nggak segan-segan kasih hukuman sama kamu!"
"Ih, mami.... curigaan mulu!" sahut sang putra, "Mending balik ke kantor ku aja ah....!"
Kevin buru-buru keluar, dia sedikit takut kena interogasi.
Bram tertawa kecil. Ia menghampiri istrinya, dan memeluknya dari belakang.
“Mami jangan curigaan terus, tuh Kevin sampai ngehindari mami !! Takut diintrogasi dia?" ucap sang suami, menarik pinggang ramping istrinya.
Rosa tertawa ringan, lalu memberikan kecupan singkat di bibir sang suami.
“Maaf, abisnya kalian berdua tuh kayak sekongkol nggak mau pulang ke rumah?” kata Rossa mengulas senyum. Tangannya membelai rahang kokoh suaminya.
"Maaf, Mi. Papi terpaksa berbohong. Papi nggak mau mami sakit hati kalau sampai tahu papi sudah menikah lagi!" gumam Bram dalam hati.
“Kan papi udah kasih tau alasannya....!"
“Maaf ya, Pi. Mami terlalu curigaan. Mami cuma takut kehilangan papi." Kata Rossa, ekspresinya sendu.
"Kita akan sama-sama terus, Mi. Buang jauh pemikiran itu!"
"Soalnya mami sadar bahwa mami nggak bisa membahagiakan papi, padahal papi sudah berkorban banyak buat mami. Berkorban waktu, berkorban tenaga, berkorban uang, dan berkorban segala-galanya. Tapi….. sebagai seorang perempuan, mami juga bisa sakit hati kalau sampai tahu papi menduakan mami. Mami hanya berharap, jika papi sudah tidak kuat, papi bilang sama mami. Jujur sama mami. Karena mami tau, seorang pria tidak akan pernah kuat menahan kebutuhan biologisnya. Kita cari solusinya sama-sama?’
“Mami apa-apaan sih? Kita sudah pernah membahas ini? Kenapa mami ungkit-ungkit lagi?”
“Karena Mami nggak mau sampai papi menghianati mami, dengan cara sembunyi-sembunyi. Jika papi memang butuh pelepasan, mami bisa bantu papi. Masih banyak cara untuk membuat papi puas? Contohnya dengan tangan atau mulut . Tapi mami mohon jangan sampai merusak kepercayaan mami?”
"Sayangnya papi sudah merusak kepercayaan kamu, Mi? Papi sudah menikah lagi?" ucap Brma dalam hati.
"Dan dia mampu membuat papi terbang ke nirwana. Dia istri kedua papi!"
"Maafkan aku, Rossa! Maaf karena aku sudah menghianati pernikahan kita.Awalnya aku tidak sengaja melakukan itu. Tapi nyatanya, aku benar-benar nyaman dengannya. Aku laki-laki normal, mana mungkin aku tidak tergoda dengan perempuan cantik dan masih segar. Apalagi dia sah, istriku!" monolog Bram dalam hati.
“Sudah, Mi, jangan bahas ini. Papi hanya ingin Mami sembuh. Okey?” Bram mengecup bibir istrinya.
Rosa membalas, dan memperdalam ciuman yang Bram berikan. Keduanya saling memperdalam ciuman , tangan Bram menekan tengkuk istrinya. Mereka berperang bibir. Saling mengulum, saling menghisap, dan saling menyesap.
Saat tangan Rosa bergerilya ke inti sang suami, tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Sontak keduanya saling melepaskan diri karena terkejut.
“Masuk!” kata Bram setelah merapikan penampilannya.
“Pak, hari ini ada meeting jam 7.15. Klien dari Jepang sedang dalam perjalanan ke sini?” kata Keyra memperingatkan.
“Oke. Saya ingat, Key. Persiapkan berkas-berkasnya?”
“Sudah siap semua, Pak?”
“Oke. Kamu keluar dulu?”
Keyra langsung mengangguk cepat, lalu keluar dari ruangan atasannya.
“Mi… hari ini papi ada meeting dengan klien dari Jepang. Papi tinggal gak papa kan?” tanya Bram pada sang istri.
“Nggak apa-apa, Pih. Ini Mami juga mau pulang?”
“Maafin papi ya, Mih?”
“Nggak apa-apa, Pih?”
“Gimana kalau mami shopping aja? Papi transfer 300 juta sekarang buat mami happy happy?”
“Wah, terimakasih banyak, Pi. Papi memang suami terbaik?” Rosa terlihat begitu senang, setelah menerima transferan dari suaminya. Dan Bram memang sangat pandai mengambil hati sang istri dengan harta.
Keduanya berpisah di depan ruangan Bram. Bram berjalan menuju ruangan meeting, sedangkan Rosa masuk ke lift. Sebelum pulang ke rumah, dia ingin mampir shopping dulu.
******
Nagoya Mall.
Rosa melangkah santai di koridor mall yang sunyi, menikmati suasana yang tidak terlalu ramai. Dia tidak perlu berdesakan dengan pengunjung lain, sehingga bisa lebih fokus mencari barang-barang yang menarik dan bagus. Setiap butik yang dia kunjungi menawarkan pengalaman berbelanja yang lebih personal dan tenang.
Dengan langkah perlahan, Rosa menjelajahi setiap lorong, menyempatkan diri untuk melihat-lihat koleksi terbaru dari berbagai merek terkenal. Dia menikmati setiap detail pada setiap barang, mulai dari desain yang elegan hingga bahan yang berkualitas. Setiap kali menemukan sesuatu yang menarik, Rosa tidak ragu untuk mengambilnya dan memeriksa lebih dekat, membayangkan bagaimana barang tersebut akan terlihat jika digunakan atau dipajang di rumahnya.
Sambil berbelanja, Rosa juga merasa sedang melakukan "cuci mata". Dia menikmati melihat berbagai macam barang yang dipajang, mulai dari fashion terbaru hingga dekorasi rumah yang unik. Setiap butik menawarkan pengalaman visual yang berbeda, membuat Rosa merasa seperti sedang berjalan-jalan di sebuah galeri seni yang dipenuhi dengan kreasi-kreasi terbaru.
Suasana mall yang tenang juga memberikan Rosa kesempatan untuk berpikir lebih jernih tentang apa yang dia butuhkan dan apa yang benar-benar ingin dia beli. Tanpa tekanan dari kerumunan, dia bisa lebih selektif dan menikmati proses berbelanja tanpa terburu-buru. Setiap kali menemukan barang yang benar-benar menarik, Rosa tersenyum puas, merasa bahwa kunjungan ke mall kali ini membuatnya bahagia. Dengan berjalan-jalan seperti ini, membuat beban di pikirannya langsung hilang.
“Tante Rosa?” tiba-tiba suara yang sangat familiar terdengar di indera pendengaran .
“Joana…?” pekik perempuan baya itu.
“Apa kabar, Tante? Tante lagi belanja?’
“Alhamdulillah kabar tante baik. Iya nih Tante lagi belanja,” katanya terlihat senang, “Kamu apa kabar?”
“Baik, Tan. Sangat baik,” kata Jo.
“Tante sendirian?” tanya Jo, celingukan.
“Iya. Tante sendirian. Bosan di rumah,” katanya, “Kamu juga sendirian?”
“Iya, Tan,” sahut gadis itu menganggukkan kepala.
“Cari apa?” tanya Rosa melihat paper bag di tangan Jo.
“Baju, Tan,” jawab Jo, gugup.
Jo memang habis belanja. Dan dia baru saja membeli lingerie seksi untuk menyenangkan suami. Entah dari mana ide itu, tiba-tiba saja dia menginginkan membeli pakaian haram itu.
Baju untuk menyenangkan suami tante. Gumam Jo dalam hati.
“Kalau begitu, gimana kalau kita belanja bareng? Kamu belum mau buru-buru pulang kan?’ tanya Rosa dengan ramah.
“Eh, tapi….?”
“Nggak usah khawatir. Biar tante traktir kamu belanja. Terserah kamu mau belanja apa. Tante yang bayarin? Tapi hari ini temenin Tante belanja ya? Bingung nggak ada teman ngobrol…?’ kata Rosa hangat.
“Yakin, Tante? Tante mau traktir aku?’
“Iya dong. Mumpung kita ketemu di sini?” kata Rosa tersenyum manis.
Jo menelan salivanya kasar. Mau menolak, tapi tangannya sudah ditarik oleh perempuan lembut itu.
“Yuk, temani tante belanja?”
Keduanya pun berburu barang-barang kesukaan masing-masing.
Rosa sangat mengagumi selera Jo dalam memilih barang-barang. Setiap kali mereka berbelanja bersama, Jo selalu berhasil menemukan barang-barang yang tidak hanya bagus, tetapi juga bermerek terkenal. Rosa, yang juga penyuka barang-barang branded, merasa sangat cocok dengan Luna karena mereka berdua memiliki pandangan yang sama tentang kualitas dan gaya.
Rosa menyadari bahwa Jo memiliki kejelian yang luar biasa dalam memilih sesuatu. Dia tidak hanya melihat dari tampilan luar, tetapi juga mempertimbangkan detail-detail kecil yang sering kali luput dari perhatian orang lain. Setiap pilihan Jo selalu tepat dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Rosa merasa bahwa Jo adalah seorang perempuan cerdas yang tahu persis apa yang dia inginkan dan bagaimana mendapatkannya.
Bagi Rosa, kemampuan Jo untuk membedakan antara barang bagus dan barang murahan sangat mengagumkan. Tidak semua orang memiliki kemampuan tersebut dan Rosa merasa beruntung mengajak gadis itu untuk berdiskusi tentang selera dan gaya. Jo tahu persis mana barang yang berkualitas tinggi dan mana yang hanya sekadar meniru.
Rosa juga menghargai bagaimana Jo tidak pernah kompromi dengan kualitas. Meskipun mungkin ada barang yang lebih murah dan terlihat mirip, Jo dapat membedakan antara yang asli dan bermerek.
Bagi Rosa, ini adalah tanda dari seseorang yang menghargai dirinya sendiri dan tahu nilai dari apa yang dia beli.
“Sekarang pilih untuk dirimu sendiri? Biar tante traktir kamu?”kata Rosa.
“Apa ya, Tan? sepertinya aku nggak pengen apa-apa?”
“Masa sih kamu nggak pengen apa-apa? Ayolah, jangan malu-malu. Pilih saja mana yang kamu inginkan? Anggap saja, ini rasa terima kasih Tante karena kamu sudah membantu Tante memilih barang yang bagus?”
“Ah, Tante itu biasa saja. Aku senang bisa membantu….!”
“Ayolah, Jo?”
“Emm, ya udah. Aku pilih tas itu saja. Kayaknya cocok dipakai anak muda seperti ku?”
“Wah, pilihan kamu memang terbaik,” puji Rosa. Jo hanya tersenyum kecil.
“Habis ini kita makan siang bareng ya?” ajak Rosa.
“Tapi, Tan. Tante sudah baik banget traktir aku belanja. Masa tante traktir makan juga? Duh, jadi nggak enak….?”
“Hehehehe, enakin aja. Ini kesempatan langka. Dan nggak boleh disia-siakan? Pokoknya kita harus makan siang bareng?”
“Ya sudah kalau Tante memaksa.. Aku bisa apa?”
Keduanya pun tertawa bersama. Mereka berjalan beriringan menuju rumah makan ala Jepang.
'Kamu pesan saja yang kamu suka?” kata Rosa, “Tante telepon seseorang dulu?”
“Oke,”
“Hallo, Pih. Iya, Mama masih di luar. Ini baru selesai belanja. Rencananya mau sekalian makan siang di sini. Papi ke sini dong? Kita makan siang bareng? Sekalian mau kenalin Papi sama seseorang?”
“Iya, mami tunggu. Di rumah makan Jepang lantai 2. Di mall dekat dengan kantor papi itu? Nagoya Mall?”
“Oke. Sampai nanti. Mami tunggu ya?”
“Assalamualaikum!”
Bersambung......
Jangan lupa komen, komen, dan komen