NovelToon NovelToon
ENCOUNTER

ENCOUNTER

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir
Popularitas:511
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Laila

pertemuan yang membuat jatuh hati perempuan yang belum pernah mendapatkan restu dari sang ayah dengan pacar-pacar terdahulunya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Laila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Senin pagi, telpon kantor yang ada di ruang kerja Baskara berdering. Pria yang sedang sendiri di ruang kerja itu langsung bangkit dari duduknya dan menerima telpon masuk itu.

“Selamat pagi, dengan Raghamy,” katanya.

“Selamat pagi, Mas. Saya Ibu Dwi dari ADT Group. Apa saya bisa berbicara dengan Pak Baskara?”

“Iya dengan saya sendiri. Ada yang bisa saya bantu, Bu?”

“Iya, jadi kami ada project untuk membuat showroom untuk anak perusahaan ADT Group. Mas tau ADT Motors?”

“Ya,” jawab Baskara. Siapa yang tidak tahu dengan satu-satunya produsen motor dan mobil buatan Indonesia?

“Ya, jadi ADT Motors adalah salah satu anak perusahaan ADT Group ingin membuat showroom baru di daerah Bali. Atasan saya sangat tertarik untuk bekerja sama dengan Raghamy. Kalau saya boleh tau, Pak Baskara ada jadwal kosong kapan untuk membahas mengenai proyek ini?” tanya Ibu Dewi.

Baskara mengambil kalendernya yang penuh dengan catatan jadwal kerjanya. Dia akan punya waktu di senin minggu depan karena minggu ini dia sudah padat dengan jadwal meeting, site visit dan deadline pekerjaan.

“Senin minggu depan saya bisa, Bu.”

“Baik, minggu depan hari senin ya, Pak. Nanti saya akan kabari lagi sebelum senin. Terima kasih atas waktunya, Pak. Selamat siang.”

“Selamat siang, Bu Dwi.”

...♥...

Rabu siang, Maharani mengendarai mazda cx5 berwarna merahnya menuju bandara Soekarno Hatta terminal 3 untuk menjemput kakaknya yang sangat ia rindukan. 2 tahun belakangan mereka hanya bertukar pesan, telponan atau kadang video call. Semua itu tak bisa menghilangkan rindunya pada sang kakak yang dikirim ke Kalimantan oleh sang Ayah. Mengawasi kantor cabang ADT Group di sana.

Maharani meng-upload IGS saat sudah memasuki daerah bandara yang dilihat oleh Baskara saat jam makan siang.

Maharani menunggu kakaknya yang baru saja landing dan masih harus mengurus bagasinya di coffee shop. Memesan sandwich tuna cheese whole wheat, dan ice americano ukuran large.

Saat membuka ponselnya, dia melihat 2 notification. Dari chat dari Ami, dan dm Instagram dari Baskara. Gadis tinggi itu menyesap kopi dinginnya sembari membuka ipad setelah membaca chat dari sang sekretaris. Membalasnya dengan kalimat, “*oke, gua cek dulu ya, Ami. Titip kantor hari ini ya. kalo ada apa-apa langsung kabarin*.”

Setelah selesai mengecek data yang langsung dia balas agar sang sekretaris bisa melanjutkan pekerjaannya, Maharani membuka instagramnya dan membalas pesan teman barunya itu.

Iseng dia pun langsung posting stories foto yang barusan ia ambil dengan caption ‘*kak cepetan, gua udah di sini ya, ♥’ @Miradhitama*.

Tak lupa dia memberitahu kakaknya lewat chat. Siapa tau kakaknya gak on Instagram. Setelah selesai, dia kembali membaca file untuk rapat besok. Drama lama semenjak Ayahnya menetapkan Dona untuk menggantikan posisinya menjadi the heirs of ADT Group.

Saat Maharani mengangkat kepalanya setelah asik berselancar di iPadnya, dia melihat sosok pria. Pria yang pernah mengisi kisah cintanya semasa SMA, Galih. Dia menatapi pria bertubuh tinggi dengan balutan celana jeans, kaos putih, leather jaket hitam, dan sneakers putih yang melengkapi outfit pria itu. Dia terus memandangi hingga mata mereka bertemu tatap. Membuat Maharani gelapan, malu karena ketahuan memandangi sang mantan.

Pria tinggi nan manis itu berjalan ke arahnya setelah mengambil orderan kopinya.

“Hai,” Galih dengan santai duduk di hadapan Maharani. “ikut duduk sini boleh?”

“Hai,” sapanya dan mengangguk menjawab pertanyaan pria tinggi itu. “Kamu udah duduk, Galih,” katanya membuat pria itu terkekeh.

“Gak nyangka kita bisa ketemu di sini. Kamu apa kabar?” tanyanya.

“Aku baik. Kamu sendiri gimana?”

“Baik. Sehat.”

Kaku, canggung. Maharani tidak tahu harus menanyakan apa.

“Jemput? Atau mau kemana?” tanyanya sambil celingak-celinguk melihat bawaan Maharani yang hanya shoulder bag.

“Jemput Kak Mira. Kamu?”

“Aku cuma iseng. Lagi suntuk, pas lagi libur juga. Jadi aku ke sini aja, eh malah ketemu mantan paling indah,” candanya membuat Maharani tertawa.

“Cie ilah mantan paling indah banget?” tawanya. “Kerja dimana emangnya?”

“Kamu percaya gak kalo aku jadi chef?”

“Serius?”

Galih mengangguk.

“Kamu tau gak sih, Ran, dulu kamu tuh kayak secara gak langsung nyadarin aku banyak hal,” kaya Galih mengenang masa lalu mereka, “nyadarin aku kalo aku beneran suka basket. Kamu sampe mohon-mohon sama aku buat gak ninggalin tanding pas kamu sendiri mau pergi ke Amerika.”

“Sampe aku di putusan dulu,” ucap Maharani santai sambil terkekeh.

Galih ikut tertawa, “Childish banget ya, mutusin kamu dengan alesan gak bisa LDR dan mau berenti basket karena udah gak ada kamu lagi. Aku beneran berenti basket setelah lomba itu. Terus kuliah tetibaan di ajak main santai sama anak-anak kampus, jadi throwback, jadi kangen, jadi kayak ngerasa sadar. Megang bola basket buat pertama kali setelah sekian lama, aku mikir aku basketan cuma karena kamu, ternyata aku seneng main basket. I’m happy. Terus sekarang aku jadi chef karena kamu juga dulu sering muji masakan aku enak dan bisa jadi chef. Belom jadi chefnya sih. Masih komis.”

“Aku inget dulu kamu pernah cerita bingung kalo di tanya mau jadi apa.”

Pria itu mengembangkan senyum hangat dan mata yang menerawang masa lampau. Dimana dia sendiri tak tahu mau jadi apa saat besar nanti. Mau ambil kuliah apa setelah lulus SMA. Saat kekasihnya sendiri dulu sangat berminat dengan arsitektur. Membuat dirinya iri dengan orang-orang yang sudah tahu tujuan hidupnya.

“Hem. Kamu itu beneran banyak bantu aku mendapatkan jati diri aku. So yeah, here I’am. Working in the kitchen, making other people happy with delish food. Like how you always happy when you ate my food.”

“Wow. Aku ikut seneng dengernya. Terus masih main basket?”

“Masih kadang-kadang sama temen kalo liburnya ketemu,” katanya diikuti gelak tawa. “Kamu sendiri gimana?”

“Aku punya fashion bisnis. Hera namanya.”

“Hell no. Kok kamu makin keren aja sih?” ujarnya tertawa penuh bangga.

“Well, thank you,” katanya berdiri tegak, mengembangkan senyuman senang, sambil mengibaskan rambutnya dengan gaya tengil.

“Serius. Kamu keren. Aku kira kamu lulus ya udah, kerja di perusahaan keluarga kamu.”

“Hem. Gitu deh,” Maharani terkekeh mengangkat bahunya. Ponselnya berdenting. Kakaknya memberitahu sudah landing dan sedang menunggu bagasinya.

“Kak Mira udah landing,” kata Maharani memberitahu.

“Masih ngurus bagasi?” Maharani mengangguk, “aku temenin sampe Kak Mira selesai ya. Boleh?”

“Boleh," jawab Maharani.

“Terus kamu gimana? Udah ada pacar? Tunangan? Atau malah udah nikah?”

“Jomblo aku tuh.”

“Bohong.”

“Ish.” Maharani memutar bola matanya.

“Pria bodoh mana yang menyia-nyiakan wanita cantik kayak kamu.”

“Kamu,” tawanya.

“Oh iya. Aku,” Galih tertawa puas, “kamu gak tanya aku?” pertanyaan Galih membuat Maharani memutar bola matanya. Membuat pria itu tertawa ingin juga ditanya.

“Kamu single, Gal?”

“Single. Eh, kamu jangan pikir aku mau mepetin kamu ya.”

“Dih, pengen banget aku mikir kayak gitu,” candanya tertawa.

“Ya takutnya kamu mikir aku lagi modus. Kamu harus cari cowok yang selalu dukung cita-cita kamu, yang bisa kamu bagi semua beban dan kesedihan kamu, yang selalu ada buat kamu. Cowok yang juga udah tau jalan hidupnya sehingga kalian bisa jalan beriringan. Bukan kamu yang harus bimbing dia kayak yang dulu kamu lakuin ke aku,” Maharani memberikan senyuman hangat sambil menganggukkan kepalanya kepada Galih.

Dari sana Maharani kembali berhubungan dengan pacar pertamanya, cinta pertamanya. Galih juga langsung meminta kontak ig, dan nomor telpon Maharani. Langsung saling follow, dan dengan seizin Maharani, dia memposting storie mereka di ignya yang langsung di re-post oleh Maharani.

“Udah segini aja bawaan lo?” tanya Maharani menutup bagasinya.

“He-eh,” Miranda berjalan dan duduk di kursi penumpang. Memasang seatbelt dan menyesap frappuccino dingin yang tadi ia titip ke Maharani. “Yang laen udah gua kirim paket. Lo gimana kabar, Ara? Gua denger dari Dona lo lagi deket sama orang,” goda sang kakak menaik turunkan alisnya.

“Ck, gossip itu gossip.”

Ddddrrrttt.

Dddrrrtttt.

“Eh panjang umur nih kayaknya yangbeb nelpon ya.”

“Hadeeeh yangbeb apa. Aldo,” Maharani menunjukan layar ponselnya sebelum meletakkan di cupholder.

Dengan alis yang mengkerut dan wajah tak suka serta heran, Miranda berkata, “lo masih komunikasi sama dia?”

“Baru. Gegara gak sengaja ketemu pas main sama temen-temen gue.”

“Lo jangan kena rayu gombal dia lagi ya.”

Ddddrrrr, kali ini bukan chat. Melainkan telpon.

“Lo mau angkat gak nih?”

Mumpung masih antri buat bayar keluar parkiran, Maharani mengangkat panggilan telpon itu. di loudspeaker olehnya.

“Ya, kenapa, Do?”

“Aku liat postingan kamu tadi. Mau kemana? Kamu dibandara sekarang? Cowok tadi siapa?” tanya Aldo bertubi-tubi.

“Jemput kak Mira.”

“Oohh kirain kamu mau pergi. Terus cowok yang di igs tadi siapa?”

Maharani memutar bola matanya.

“Gua sebut juga lo gak kenal, Do. Udah ya, mau lanjut nyetir.”

“Ya udah oke. Kamu hati-hati di jalan ya. Kalo sampe rumah kabarin.”

Tanpa menjawab apa-apa, gadis tinggi itu langsung mematikan panggilan telpon dari si mantan terakhir.

“Deuilah masih aku-kamu.”

“Dia.”

“Ketebak banget buaya itu, Ra.”

“Udah gak usah pusingin dia. Gua juga gak bakal naksir tuh orang. Lo gak lupa kan dulu dia gimana?”

“Iya gua inget makanya gua heran lo tau-tau masih kontakan sama dia.”

“Gua juga heran,” jawabnya membuat sang kakak menatapnya bingung, “kok bisa ya dia bersikap biasa aja setelah apa yang dulu pernah dia lakuin ke gua. Bodohnya, gua juga gak pernah ngeblock nomor dia. Udah aja menguap semuanya setelah itu. Yang gua apus cuma foto-foto kami di hp gua sama di akun ig gua. Heran juga dia masih nyimpen nomor gua.”

“Pokoknya lo jangan terlalu deket sama dia, Ra. Ga usah pake ada istilah jaga silaturahmi. Apalagi sama mantan modelan kayak gini,” ujar Mira penuh rasa khawatir mengingat masa lalu adiknya dengan pria itu.

...♥

...

1
Shion Fujino
Menarik perhatian.
Winifred
Aduh, gak sabar pengen baca kelanjutannya!
luhax
Bagus banget deh, bikin nagih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!