Minamoto Haruki adalah seorang pemuda yang hancur. Kebahagiaan dan kehidupannya porak-poranda ketika kekasihnya, Yoshimoto Sakura, tewas dalam sebuah kecelakaan tragis. Diliputi penyesalan dan keputusasaan, Haruki hanya bisa berharap bisa kembali ke masa lalu dan mengubah takdir kelam itu.
Ajaibnya, harapan Haruki terkabul. Ia terbangun dan menemukan dirinya kembali ke masa lalu, tepat satu tahun sebelum tragedi terjadi. Di sinilah, di hari pertamanya di tahun ketiga SMA, ia bertemu kembali dengan Sakura yang masih hidup dan ceria, serta temannya yang protektif, Yoshida Hana.
Dengan kesempatan kedua di tangannya, Haruki bersumpah akan melindungi Sakura dan mengubah masa depan mereka. Namun, ia segera menyadari bahwa mengubah takdir tidak semudah yang ia bayangkan. Ada detail-detail kecil yang berbeda, interaksi yang tak sama, dan rahasia yang belum terungkap.
Ikuti kisahnya di "Two Promise"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulis Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.10 - Di balik topeng
[Beberapa menit sebelumnya]
*POV Hana
Saat ini, aku dan Sakura sedang berjalan menuju ke sebuah kafe untuk mendiskusikan tempat liburan Golden Week kami.
Namun, Minamoto-kun dan Akari masih mengikuti kami berdua. Itu sebabnya, aku harus bisa menyingkirkan mereka berdua sebelum Sakura melihatnya.
Setelah beberapa menit berjalan, kami berdua sampai di kafe dan memasuki kafe tersebut.
[•] Kafe
"Ayo Hana-chan, kita memilih mejanya dulu," ujar Sakura.
"Maaf ya Sakura, bisakah kau menungguku sebentar," balasku.
"Baiklah Hana, aku akan menunggumu," ucap Sakura, dengan suara lembutnya.
Sakura pun berjalan menuju salah satu meja kosong yang berada di dalam kafe. Sementara aku menunggu di dekat pintu masuk.
—Saat pintunya terbuka, aku akan langsung berbicara pada mereka.
Tak lama kemudian, gagang pintu mulai turun ke bawah, menandakan akan ada orang yang masuk.
Perlahan pintu terbuka, aku dapat melihat sebagian wajah Minamoto yang membuka pintunya.
Saat pintunya mulai terbuka lebar, aku menarik napas panjang.
"Kenapa kalian mengikuti aku dan Sakura!?" aku langsung bertanya dengan suara keras, saat pintunya terbuka.
Namun, aku melihat ada seorang lagi yang berada di belakang Minamoto.
—Kalau tidak salah ....
"Kamihara-san! kenapa kamu ada di tempat seperti ini!?" spontan aku langsung bertanya padanya.
Minamoto sedikit mengangkat tangan kanannya. "Yo, Yoshida-san."
"Selamat sore Yoshida," sambung Kamihara.
Sementara Akari sedikit menarik kain kemeja yang dipakai Minamoto. "Lama tak berjumpa, Kak Hana."
Aku tak bisa berkata apa-apa saat mereka bertiga menyapaku. Tubuhku hanya diam, sementara otak-ku berpikir tentang hal yang sebenarnya sedang terjadi.
"Yoshida-san!?" tanya Minamoto, sedikit memiringkan kepalanya.
Aku sedikit menghela napas. "Kalian bertiga ..."
Mereka bertiga sedikit mengangguk. "Kenapa, Yoshida?" tanya Kamihara.
"Mengapa kalian bertiga mengikutiku dan Sakura sampai sejauh ini?"
Minamoto-kun dan Kamihara-san hanya diam. Sementara Akari tersenyum kecil.
"Eh, Minamoto, Akari, Kamihara!?" Sakura mendadak muncul di belakangku. "Sedang apa kalian di tempat ini?"
"Kakak ... sedang apa kakak di tempat ini?" Akari balik bertanya.
Sakura sedikit membungkukkan badannya, tangannya menyentuh lututnya. "Harusnya aku yang bertanya seperti itu Akari ... ."
"Aku hanya penasaran ... " jawab Akari. "Habisnya ... Kakak bertingkah sedikit berbeda hari ini."
Tangan kanan Sakura menyentuh kepala Akari, lalu mengelusnya. Maaf ya Akari, kamu jadi mengikuti kakak karena hal itu."
Akari memegang tangan Sakura, berusaha melepaskan tangannya dari kepalanya. "Kakak gak usah minta maaf ... seharusnya aku yang meminta maaf, karena sudah mengikuti kakak tanpa izin."
Sakura melepaskan tangannya dari kepala Akari. "Bagaimana kalau kamu ikut berdiskusi dengan aku dan Kak Hana ... Minamoto dan Kamihara-san juga boleh ikut kok!"
Sakura menoleh ke arahku. "Boleh kan ... Hana-chan?" ucapnya dengan wajah tersenyum.
Setelah melihat senyumannya yang seperti itu, mana mungkin aku dapat menolaknya ...
Sambil memaksakan senyumku padanya, aku pun menjawab, "Hm, boleh kok, Sakura."
Setelah itu, aku, Sakura, Minamoto, Akari, dan Kamihara pun duduk bersama di salah satu meja di kafe tersebut, lalu berdiskusi bersama.
...Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω...
[7 Tahun yang lalu]
*POV Akari
7 Tahun yang lalu, aku pernah bertemu dengan seorang Senpai yang cukup menyebalkan di sekolah SD-ku.
Aku didaftarkan di salah satu Sekolah SD yang berada di Prefektur Fukushima, oleh Ibuku. Prefektur Fukushima berada cukup jauh dari rumah kami saat itu, sementara aku harus naik kereta sendirian menuju sekolahku.
Alasan Ibuku memilihkan Sekolah tersebut, adalah untuk menjauhkanku dari Kakak. Ibu tidak ingin aku dan Kakak menjadi dekat karena sekolah yang sama. Sejak saat itulah, aku mulai tidak menyukai Ibuku.
Hari demi hari, aku terus berangkat sekolah sendirian. Namun, sesekali Kakak mau mengantarku sampai ke stasiun.
Ada satu hari di mana aku hampir telat masuk ke Sekolah. Pada saat itu, ada seorang Senpai yang mau memboncengku dengan sepedanya.
Sambil menggoes sepedanya, Senpai menawariku tumpangan. "Kau ... maukah kau ikut bersamaku? kau hampir telat lho."
Tanpa pikir panjang, aku langsung menerima tawaran tumpangan darinya.
[Beberapa menit setelahnya]
Beruntung, aku dapat sampai di Sekolah tepat waktu berkat Senpai itu.
"Terima kasih Senpai ... mau memberikanku tumpangan."
Namun, Senpai itu mengulurkan tangannya sambil berkata, "100 Yen."
"Apa maksud Senpai?" tanyaku, tak mengerti maksudnya.
"Bayarannya lah, mana mungkin aku mau memberikanmu tumpangan tanpa ada bayarannya," jawab Senpai, dengan nada yang mengejek.
—Bayaran!? 100 Yen!? Itu kan jumlah uang sakuku untuk hari ini.
"Bagaimana ... ada uangnya?" Senpai bertanya lagi padaku.
Dengan memaksakan senyumku, aku merogoh saku seragamku. "Tentu saja ada, Senpai," aku pun memberikan uangku padanya.
—Padahal itu uang sakuku untuk hari ini ....
Tetapi, beruntungnya aku, karena mengingat kalau Kakak membuatkan bekal untukku. Jadi, hari ini aku akan makan bekal dari Kakak saja deh.
Semenjak hari itu, aku sering kali bertemu dengan Senpai tersebut. Terkadang ia menawariku tumpangan menuju sekolah, namun tetap meminta bayarannya.
Selain itu, terkadang juga ia mau membagi bekalnya padaku saat kami bertemu saat jam istirahat.
Aku tak tahu siapa namanya, namun sikapnya itu sangat menjengkelkan bagiku.
Aku dengar dari teman sekelasnya, kalau Senpai sudah menjadi seperti itu sekitar 4 tahun yang lalu, yakni saat sahabatnya pindah ke Tokyo.
2 Tahun berlalu, aku sudah tidak bertemu Senpai itu, kerena Senpai sudah lulus dari Sekolah ini.
Saat tidak lagi bertemu dengannya, aku berharap tidak akan lagi bertemu dengannya setelah itu.
Namun ....
[Saat ini, 26 April — 2015]
[•] Kafe
Aku bertemu dengannya kembali. Ditambah, dia adalah temannya Kakak. Kalau tidak salah, namanya adalah Kamihara Megumi.
—Kenapa aku dapat bertemu dengannya kembali. Lagi pula, apakah dia masih mengingatku?
Aku duduk di samping Kakak dan Kak Hana. Sementara dia berada tepat di depanku, duduk di samping Kak Minamoto.
Dia menatap ke arahku. "Akari ... kenapa kau menatapku dengan tajam seperti itu?"
"Bukan apa-apa kok ...." jawabku.
Sementara dia tak mengenaliku, aku akan membalas sedikit perbuatannya di masa lalu.
...Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω...
[•] Kafe
*POV Haruki
Aku, Megumi, dan Akari diajak untuk berdiskusi bersama dengan Sakura dan Hana.
Akhirnya aku pun tahu, alasan Sakura dan Hana terkadang mengobrol berdua saja saat tadi di Sekolah.
Mereka berdua ingin berdiskusi tentang tempat liburan kami berempat saat Golden Week nantinya.
Walaupun seperti itu ...
—Kenapa Akari terus memandangi Megumi dengan tatapan yang tajam?.
"Akari ... kenapa kau menatapku dengan tajam seperti itu?" Megumi bertanya padanya.
"Bukan apa-apa kok .... " jawab Akari.
—Senyum macam apa itu, Akari. Apa kau Sedang merencanakan sesuatu?
"Jadi ... tempat yang aku rekomendasikan adalah Kuil dan Danau yang berada di Kyoto, maupun di sekitarnya," ucap Sakura dengan nada antusiasnya dan wajah tersenyumnya.
"Kuil dan Danau ya ... sepertinya bagus!" balas Megumi.
"Memangnya Kakak sedang merencanakan apa?" tanya Akari. Dia tak tahu tentang rencana liburan kami, pastinya dia akan bertanya seperti itu.
"Kami berempat mau pergi liburan bersama saat Golden Week Akari .... " jawab Sakura. "Kau mau ikut dengan kami, Akari?"
"Bolehkah!?" Akari bertanya lagi.
"Tentu saja boleh, Akari-chan," jawab Hana dengan senyum tipis yang terbentuk di wajahnya.
"Jadi ... apa kau sudah tahu tempat pastinya, Yoshimoto-san?" tanyaku memastikan.
"Untuk tempat pastinya sih ... aku masih belum tahu, Minamoto," jawabnya.
"Baiklah, mau bagaimana lagi ... aku akan membantumu mencari tempatnya juga, Yoshimoto-san," ujarku.
Sakura tersenyum. "Terima kasih ... Minamoto."
Setelah itu, kami berlima saling mengobrol memberikan saran tempat yang bagus. Sesekali, kami berhenti mengobrol untuk memakan makanan pesanan kami masing-masing.
Sampai akhirnya, kami telah setuju pada satu tempat. Setelah selesai berdiskusi, kami pun pulang ke rumah masing-masing.
[•] Di perjalanan pulang
Aku pulang bersama dengan Megumi, sementara Akari pulang bersama dengan Sakura dan Hana.
Sambil membawa bahan masakan untuk makan malam, aku terus berjalan pulang ke rumah.
"Haruki!" Megumi memanggilku.
"Ada apa, Megumi?" tanyaku.
"Kafe ... saat di kafe tadi, menyenangkan ya?" jawabnya.
"Kau benar, Megumi," balasku, tertawa kecil.
"Aku berharap ... hari-hari seperti ini tidak akan pernah berakhir," ucap Megumi.
Saat aku melirik ke arahnya, aku kembali melihat ekspresinya yang rapuh. Senyum palsu itu, serta nada suara itu ....
—Kenapa kau terkadang menunjukkan perubahan sikap seperti itu, Megumi?
"Haruki .... ." Megumi kembali memanggilku, kali ini dengan suara yang lebih kecil.
"Kenapa, Megumi?" tanyaku.
"Aku .... ." Megumi berhenti melanjutkan jawabannya. Ia pun menggelengkan kepalanya, "Tidak jadi ... Haruki."
Aku pun menghentikan langkahku, lalu menahan Megumi dengan menarik tangan kirinya. "Hei, Megumi .... ."
"Ada apa ... Haruki?"
"Bisakah ... kau hentikan ekspresi palsumu itu!"
Bersambung....