NovelToon NovelToon
RINJANI(Cinta Sejati Yang Menemukannya)

RINJANI(Cinta Sejati Yang Menemukannya)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: AUTHORSESAD

RINJANI (Cinta sejati yang menemukannya)

jani seorang gadis yang terlahir dari keluarga yang berantakan, dirinya berubah menjadi sosok pendiam. berbanding terbalik dari sikap aslinya yang ceria dan penuh tawa.

hingga jani bertemu dengan seorang pria yang merubah hidupnya, jani di perkenalkan dengan dunia yang sama sekali belum pernah jani ketahui,jani juga menjalin sebuah hubungan yang sangat toxic dengan pria itu.

Dapatkah Jani terlepas dari hubungan toxic yang dia jalani? atau Jani akan selamanya terjebak dalam hubungan toxic nya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AUTHORSESAD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MERASA BERSALAH

TOOKK......

TTOOOKKK.....

TOOKKK.......

Terdengar ketukan pelan dari pintu kamar Erlan, Erlan dan Jani yang masih berpelukan seketika melepaskan pelukan mereka, dengan sedikit kesal Erlan melangkah dan membuka pintu kamarnya. Nampak wajah Gibran yang cengegesan, hal itu menambah kesal Erlan saja.

"I–itu bang" Gibran menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Gibran sungguh merasa di tikam senjata saat melihat tatapan dari Erlan.

Sedangkan Erlan, dirinya hanya diam menatap datar pada Gibran yang sudah berani mengganggu waktunya bersama Jani. Hal itu membuat Gibran merasa takut, bagaimana juga dia tau kalau Erlan sedang ada di kamarnya, tidak ada yang berani mengganggu atau mengetuk pintu kamarnya.

Tapi—entah nyali sebesar apa yang Gibran miliki hingga dia mengetuk pintu kamar Erlan, bahkan saat sang ketua sedang bersama gadis yang dia sukai.

"I–I... it–" Seketika Gibran menjadi gagap, melihat tatapan mematikan dari Erlan.

"Kenapa sih?" Jani yang mendengar suara Gibran berubah gagap langsung ikut menghampiri Gibran.

Jani berdiri di sebelah Erlan dan melihat wajah Gibran yang sangat lucu, baru kali ini Jani melihat wajah sahabatnya selucu ini, wajah panik, takut bercampur jadi satu, ingin rasanya Jani mengambil foto Gibran dan mengirimkan pada Fita, kalau saja Jani pegang hape sekarang.

Jani melirik pada Erlan yang masih menatap Gibran dengan dingin dan tajam. Jani menggeleng tipis melihat lelaki yang ada di sebelahnya ini. Pria yang akan menatap dingin dan tajam pada orang lain, namun akan menatap lembut dan hangat padanya.

"Nyokap lo nelpon gue, dia nyariin lo" Suara Gibran langsung lancar jaya saat berhadapan dengan Jani.

"Mana hape lo" Erlan kembali menatap Gibran datar, bahkan suara Erlan terdengar sangat datar.

"I—ini bang" Gibran memberikan hapenya pada Erlan.

setelah menerima hape milik Gibran, Erlan langsung menyuruh Gibran pergi dengan mengibaskan tangannya. Tau jika dirinya sudah tidak di butuhkan lagi, Gibran langsung pergi meninggalkan Erlan dan juga Jani.

"Gila—" Dengus Gibran sangat lirih, sambil berjalan menuju anak tangga.

"Gue denger" Sambung Erlan sebelum dia kembali menutup pintu kamarnya.

Gibran langsung diam mendengar suara Erlan, memang tajam banget pendengaran ketua mereka, bahkan saat Gibran bicara seperti dengungan nyamuk, Erlan masih bisa mendengarnya.

"Tatapan kamu emang gitu ya? " Jani berjalan dan duduk di sisi ranjang.

"Emang tatapan aku kenapa?" Erlan ikut duduk di sisi ranjang menghadap pada Jani.

"Tatapan mata kamu horor tau" Jani mengambil hape Gibran yang di pegang Erlan

"Emang iya?" Erlan sedikit mendekati Jani, dan mengecup pipi Jani.

Jani hanya mengangguk, sambil tersenyum kecil. Jarinya kini mulai menyambungkan nomor Gibran dengan nomor ibunya.

TUUUUTTT.....

TTTUUUUTTT.....

"Jani—kamu di mana? kenapa belum pulang juga, jam berapa ini" Terdengar suara Rosaline dari seberang.

"Jani lagi buat tugas bareng Gibran bu" Bohong Jani, sepertinya berbohong lebih baik daripada jujur seperti Erlan.

"Ada Fita?" Rosaline berusaha memastikan jika putrinya tidak membohonginya.

"Fita baru aja pulang, di jemput supir. Jani bentar lagi selesai" Lagi—Jani harus berbohong pada ibunya.

"Ya udah, jangan kemalaman. Tadi ibu telepon hape kamu, tapi nggak kamu angkat. Ibu telepon Fita hapenya nggak aktif, jadi ibu telpon Gibran." Ucap Rosaline panjang lebar.

"Jani sibuk sama tugas, jadi nggak tau ibu telepon, kalau hape Fita mungkin habis batrai"

Mungkin—soalnya Jani kan nggak tau, terkahir ketemu Fita pas di kampus sore tadi. Sedangkan Erlan—dia tersenyum mendengar kebohongan yang Jani katakan pada ibunya.

"Ya udah bu, Jani mau selesaiin tugas Jani dulu" Jani terdiam sejenak lalu kembali membuka suaranya sebelum ibunya menjawab.

"Bu—soal token listrik" Jani kembali diam, dirinya malah menatap Erlan yang sedang duduk di depannya.

"Oh—udah, tadi Om Andy udah isiin"

"O—oh, ya udah" Sedikit lega, Karena malam ini rumah mereka tidak jadi gelap seperti kuburan.

"Ya udah bu, Jani tutup teleponnya ya" Setelah itu Jani menutup panggilan telepon nya.

Jani menundukkan wajahnya, malu—kenapa harus bahas masalah token listrik sih tadi, Jani sedikit merutuki dirinya.

"Kenapa? merasa salah udah bohongin ibu kamu?" Erlan memajukan duduknya dan mengusap kepala Jani.

Jani hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Nggak nyangka, pacar aku pinter dan lancar banget bohongnya." Erlan terkekeh menatap gadisnya yang sedang menundukkan wajahnya itu.

"Aku bohong demi kebaikan" Jawab Jani membela diri.

"Oke" jawab Erlan singkat, Erlan membawa Jani ke dalam pelukannya.

"Nggak usah malu kalau sama aku, nggak perlu ada yang di sembunyiin apapun dari aku" Erlan mengecup puncak kepala Jani.

"Kamu—" Jani menjeda ucapannya.

"Udah di isi?" Tanya Erlan lembut, dan tanpa merendahkan.

Saat Jani marah-marah nggak jelas, Erlan langsung bisa menebak apa yang membuat Jani bisa seperti tadi, selain beban hidupnya salah satunya adalah token listrik.

"Udah tadi sam Om Andy" Jani ikut memeluk tubuh Erlan, entahlah saat ini tubuh atletis Erlan sangat candu bagi Jani.

Bahkan saat ini Jani sampai berharap, jika Ezra akan memutuskannya. Dengan begitu Jani tidak perlu lagi merahasiakan hubungannya dengan Erlan. Bukankah selingkuh itu hal yang buruk? apalagi meski Ezra memiliki sikap RED FLAG namun dirinya tidak berselingkuh, bukankah dirinya terlihat sangat jahat pada Ezra.otak Jani terus ribut dengan pemikirannya tentang Ezra.

Jani tidak tau saja bagaimana kelakuan Ezra di belakang nya, suatu hari kamu juga bakal tau Jani bagaimana kelakuan Ezra.

"Udah pelukannya? atau masih mau peluk?" Erlan sedikit memberi jarak pada Jani.

"Bentar lagi, soalnya kalau udah lepas nggak tau kapan bisa meluk kamu lagi" Ucap Jani dengan cengegesan.

Erlan tersipu dengan ucapan Jani, sungguh Erlan terhipnotis oleh pesona Jani yang sanggup membuat dirinya melampaui batasnya, bahkan—Erlan yang tidak akan pernah menyentuh milik orang lain, kini dirinya sendiri yang meminta BACKSTREET bukankah itu gila.

"Ya udah puas-puasin deh, habis itu kita turun. Makan—kamu belum makan kan?" Erlan mengucapkan kalimat panjang malam ini.

Sekali lagi bukan kebiasaannya.

Jani tersenyum dengan tangannya yang semakin erat memeluk tubuh Erlan, Jani semakin rakus menghirup aroma tubuh Erlan yang sangat wangi dan memiliki khas pria maskulin, rasanya Jani ingin menyimpannya agar Jani bisa menghirupnya saat kangen pada Erlan.

********

⪻𝙺𝚎𝚍𝚒𝚊𝚖𝚊𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚢 𝚆𝚒𝚓𝚊𝚢𝚊 ┃𝟸𝟹:𝟹𝟶⪼

Giselle baru saja keluar dari mobil Tesla berwarna pink, kakinya yang jenjang melangkah memasuki rumah mewah yang sudah nampak sepi, Giselle yang mengenakan hot pants dengan atasan kaos oversize warna putih, melangkah dengan sedikit malas.

Rasanya dia tidak mau lagi pulang ke rumah yang nampak mewah, namun siapa sangka di dalamnya nampak sepi dan dingin.

Langkah Giselle terhenti saat matanya melihat dua makhluk yang sedang menuruni tangga, mereka saling memagut satu sama lain, bahkan mereka tidak merasa takut akan ada yang melihat mereka.

"Ekhemm!!!!!" Giselle berdehem dengan mata yang tak lepas dari mommy dan pria yang tentu itu bukan daddynya.

"G—Giselle, kamu sudah pulang?" Vivian tertutup dan langsung memberi jarak pada pria di sampingnya.

"Kenapa? kecewa, karena gue pulang malam ini?" Ucap Giselle tanpa menaruh sopan pada mommynya.

Vivian mendengus dan sedikit terburu-buru menuruni anak tangga, Vivian juga merasa malu pada pria yang terlihat masih muda yang baru saja memuaskan hasratnya.

"Kamu kenapa nggak ada sopannya sama mommy?"

"Emang harus ya, gue sopan sama wanita kayak Lo?"

"Giselle!!!!!" Vivian meninggikan suaranya.

"Apa? di saat Daddy lagi sibuk kerja buat kebutuhan kita mommy malah–" Giselle tidak bisa melanjutkan ucapannya.

Hatinya terluka, kini hal yang dulu sepupunya alami malah menimpanya. Bahkan dulu Giselle selalu merundung Jani yang saat itu ayahnya ketauan berselingkuh, tapi—saat ini, malah Mommynya juga berselingkuh. Memang hukum tabur tuai itu ada. Dan Giselle sedang merasakan apa yang dulu dirinya tabur pada Jani.

"Kamu itu nggak tau apa-apa Giselle" Vivian menatap putrinya dengan emosi yang tertahan.

"Apa yang gue nggak tau? gue bukan anak kecil yang bisa terus lo bohongin." Giselle menarik nafasnya panjang.

Giselle menatap Vivian dengan mata yang sudah mengembun dan sedikit memerah Giselle menahan tangisnya agar tidak pecah di depan Vivian.

"Ini bukan pertama kalinya lo berkhianat dari Daddy, gue tau semuanya. Dari dulu—lo nggak bisa hidup cuma dengan cintanya Daddy, lo selalu cari kepuasan dan kehangatan dari cowok brondong lo" Giselle tak bisa lagi menahan amarahnya.

Giselle berteriak di depan wajah Vivian, sungguh malam ini Giselle menyesal sudah memilih pulang daripada bersama Ezra menghabiskan malam ini. Dengan nafas yang masih memburu Giselle pergi meninggalkan Vivian yang masih berdiri di tempat nya dengan tangan yang memijat pelipisnya.

Vivian tidak menyangka jika putrinya, sudah tau kebusukan yang dia tutupi selama ini. Sejak kapan? bagaimana bisa Giselle tau kelakuan busuk Mommynya.

*******

⪻𝙻𝚊𝚙𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚜𝚔𝚎𝚝 𝚔𝚊𝚖𝚙𝚞𝚜 │𝟷𝟹:𝟹𝟶⪼

Dug....

Duug....

Duuugggg.......

Bunyi bola basket yang di Dribble oleh Ezra berbunyi sangat keras, hari ini suasana hati Ezra sedang tidak baik-baik saja. Pasalnya semalam ada yang memberitahu Ezra jika Rinjani di antarkan pulang oleh Erlan, dan semalam Rinjani juga masuk ke dalam kamar Erlan.

"Mau main-main sama gue" Ucapnya dengan tangan yang terus men Dribble bola.

Sungguh harga dirinya terasa tercoreng, Rinjani yang katanya adalah kekasihnya, malah pulang dengan pria lain. Dan—sialnya Ezra tidak tau, jika semalam Jani ikut ke Basecamp.

"Gadis nakal—gue bakal kasih sedikit pelajaran" Ezra menunjukkan smirk yang begitu menakutkan.

Mirip seperti psychopath yang sudah menemukan targetnya.

DDUUUGGGG........

Ezra melempar bola basketnya ke lantai lapangan dengan keras, dirinya benar-benar marah dengan Jani. Apalagi cowok yang berani mengantarkan kekasihnya itu adalah Erlan kakaknya sendiri, Ezra berjalan ke arah tribun dan mengambil hapenya di dalam saku jaketnya.

Netranya masih memancarkan emosi yang tertahan, jarinya lincah menghubungi nomor kekasihnya, yang sudah membuat moodnya pagi ini rusak.

"Di mana?" Ezra langsung saja saat sambungan terhubung.

"Gue lagi sama Fita di kantin" Terdengar suara Jani dari seberang.

"Bisa ketemu? Gue di lapangan basket" Suara Ezra terdengar lembut.

Namun–siapa sangka di balik suara lembut itu ada sesuatu yang siap meledak.

"Iya—lima belas menit gue sampai"

"Lima menit"

"Ezra..... Gue baru pesen makan, gue juga belum makan" Suara Jani sedikit naik.

Sebenarnya Jani tak bermaksud meninggikan suaranya, tapi—permintaan Ezra membuat dia sedikit kesal. Jani baru saja memesan makanannya dan belum sempat sarapan juga tadi pagi. Tentu saja Jani sangat lapar, dan Ezra menyuruh dia datang ke lapangan basket dalam waktu lima menit?

Dikira Jani bisa teleportasi apa.

"Kalau lo telat, gue bakal kasih hukuman" Ezra langsung mematikan panggilannya sepihak.

Rasa marahnya semakin bertambah dengan penolakan Jani, bukan menolak tapi sedikit meminta waktu. Hanya saja Ezra tidak mau menerima negosiasi, jika dia mengatakan Ayam maka itu adalah ayam, meski yang nampak adalah babi.

Ezra melempar hapenya ke bangku penonton di sebelahnya, tatapan Ezra masih terlihat datar dengan tangan yang mengepalai kuat. Ada sesuatu yang tidak dapat Ezra bendung, saat mendengar kenyataan semalam. Biasanya Ezra tidak pernah merasakan hal ini, baginya cewek adalah sebagai mainannya saja.

Begitu juga dengan Jani, awalnya dia hanya penasaran saja dengan Rinjani, tapi— Jani memiliki sesuatu yang berbeda dan lain dari gadis yang biasa Ezra temui.

Satu.....

Dua....

Ezra mulai menghitung seberapa lama gadisnya akan datang menemui dirinya.

Tiga.....

Empat......

Dan seterusnya, Ezra terus menghitung sampai hitungan ke delapan akhirnya sosok Rinjani muncul dengan berlari memasuki lapangan basket. Nafas Rinjani masih memburu akibat dirinya yang berlari agar bisa sampai di tempat ini tepat waktu. Bayangkan—jarak dari kantin menuju lapangan basket yang seharusnya di tempuh waktu sepuluh menit dari kantin. Kini Jani harus datang dengan waktu Lima menit, Ezra memang lagi menghukum Rinjani kayaknya.

Jani membungkuk dengan nafas yang ngos-ngosan, kedua tangannya berpegangan pada lututnya.

"Lima menit lebih" Ezra turun dari tribun dengan smirk menghiasi bibirnya.

"Lo telat dari waktu yang gue tentuin" Ezra berdiri menjulang di depan Jani dengan kedua tangan terlipat di dada.

"Ini gue juga lari, kalau nggak mungkin gue belum sampai" Balas Jani membela diri.

Bagaimana juga Jani nggak mau di salahkan, ini tentu salah Ezra kenapa meminta dia datang dalam waktu lima menit. Memang Ezra pikir Jani apa, Flash? yang bisa datang secepat kilat.

"Masih bisa nge jawab?" Ezra menjepit dagu Jani.

Sampai wajah Jani terangkat, tentu dengan wajah mereka yang saling menatap membuat Jani bisa melihat sorot mata Ezra yang memancarkan kemarahan dan rasa kesal.

"Gue—" Jani belum sempat melanjutkan ucapannya, Ezra sudah menarik kasar Jani.

Ezra menarik Jani hingga mereka berada di gudang, tempat yang sama saat Jani pertama kali melihat sikap Ezra yang kasar padanya. Ezra juga sampai meninggalkan jaket dan tas ranselnya di lapangan basket. Mungkin saking marahnya dia sama Jani jadi—Ezra lupa sama ransel dan jaketnya.

Ezra menghempaskan tubuh Jani kasar, hingga Jani jatuh tersungkur ke lantai.

"Lo—apa-apaan sih?!" Jani bangun dengan rasa kesalnya.

Tangan jani mengusap tangannya dan menatap pada Ezra dengan kesal. Bisa-bisanya Ezra memperlakukan dirinya seperti ini, bahkan seharusnya dia meminta maaf soal dia yang meninggalkan Jani begitu saja kemarin.

Tapi—apa ini? malah dia yang kena marah. Seakan dia berbuat kesalahan, wait—apa Ezra tau hubungan nya dengan Erlan? Jani sedikit berpikir kenapa Ezra kembali kasar padanya.

"Semalam lo kenapa bisa sama Erlan? kenapa lo nggak hubungi gue kalau lo di Basecamp?!" Ezra mendekati Jani dan menatap Jani kesal.

"Lo tau dari siapa?" Jani mengerutkan keningnya.

Bagimana Ezra tau? apa ada yang mengadukannya?

"Lo nggak perlu tau gue tau dari siapa, jawab aja kenapa lo bisa sama Er-lan?!" Suara Ezra semakin terdengar datar dan menakutkan.

Jani menelan ludahnya kasar, entah kenapa rasanya Jani tidak bisa menjawab pertanyaan Ezra, rasanya dia takut jika Ezra juga akan tau hubungannya dengan Erlan.

"JAWAB!!!!!!! LO BUDEK?!! ATAU MENDADAK BISU?!!!! Suara Ezra naik satu oktaf.

Tangannya mencengkram bahu Jani kasar, Jani menatap mata Ezra tidak berkedip rasanya Jani merasa lelah dengan sikap Ezra yang seperti ini.

" Iya gue semalam ada di Basecamp, dan gue pulang di antar Erlan " Jani menarik nafasnya kasar, sebelum kembali melanjutkan ucapannya.

"Sekarang gue tanya sama lo, di mana lo saat gue terjebak di antara dua geng motor yang sedang Tubir?" Jani menunjuk dada Ezra dengan kesal.

"Dan—dimana lo yang katanya lo itu pacar gue, saat gue merasa ketakutan dan butuh perlindungan?"

Jani terkekeh "Dan sekarang lo marah sama gue, karena gue pulang di antar Erlan?"

Jani tersenyum kecut dengan wajah yang tertunduk. Jani memainkan lidahnya di pipi dalamnya, sungguh Jani menyesali hubungannya dengan Ezra.

"Seharusnya gue yang marah sama lo, tapi—gue nggak ngelakuin itu. Karena gue pikir malam itu lo sedang ada urusan penting" Jani kembali menatap wajah Ezra.

"Gue tanya? sepenting apa urusan lo sampai lo tinggalin gue gitu aja di warung mang Maman kemarin"

Setelah mengatakan itu Jani pergi meninggalkan Ezra yang masih terdiam di tempat nya, namun sebelum Jani benar-benar pergi meninggalkan Ezra Jani menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu gudang.

"Mungkin ada baiknya kita putus saja" Setelah itu Jani melangkah pergi meninggalkan Ezra.

Tangan Ezra terkepal kuat di samping, wajahnya tertunduk menahan marah, dan kecewa bagaimana juga di sini Ezra salah sudah meninggalkan Jani dan juga seharusnya saat kekasihnya membutuhkannya Ezra ada di dekatnya bukan orang lain.

Ezra memukul dinding di sampingnya dengan kuat, berusaha meluapkan amarahnya yang tertahan.

1
Citra Mandalika
kak jgn lama up next chapter, q baper sma sikap erlan 😖😖😖😖
Citra Mandalika
aakkkhh.... air mna air....
Citra Mandalika
nggak usah gengsi jani nanti nyesel loh, kalau erlan di bawa cewek-cewek
Citra Mandalika
lucu... knp smpai ke oyo sih jani
Citra Mandalika
gilak.....
Citra Mandalika
ngeselin deh ezra .... maunya gimana sih, nggak bisa nentuin sikap
Citra Mandalika
blm tau aja klo kakaknya Lisa itu cewek yg km suka Nidal
Citra Mandalika
amalan apa yg km pakai rinjani hingga, para ketua geng mtr jtuh hati sma km😖😖😖
Citra Mandalika
hilangin aja karakter ayahnya rinjani bisa kaki thor, sebel q sama orang tua kayak dia
Citra Mandalika
semangat author ku, jaga kesehatan dan jgn lupa sering upload ya..... semangat 💪
Citra Mandalika
aaakkkhhhh melting bgt 😖😖😖😖
Citra Mandalika
nggak bisa hajar, santet aja bran. 😂😂😂
Citra Mandalika
damar kyknya dewasa bgt, dan selalu jd penengah ya di geng motor ini
Citra Mandalika
kok omongan giselle kayak gimana gitu ya agak nggak suka sma giselle nich
Citra Mandalika
semudah itu km ucapkan kta maaf😭😭😭
Citra Mandalika
se santai itu kamu ezra, setelah apa yg km lakukan sm Rinjani??!!! 😡😡😡😡😡
Citra Mandalika
duh... hari ini bisa maraton nggak ya, sengaja nabung bab tapi nggak bisa nahan pengen baca semangat Thor
Mrs yoonmin: makasih.... dukungannya, 💜💜💜💜💜
total 1 replies
Citra Mandalika
what?????
Citra Mandalika
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Citra Mandalika
pikiran kamu Ezra haduh....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!