Istriku Selingkuhan Bapakku

"Kita sarapan apa ma ?."

"Beli aja ya mas. Kalau harus masak terlebih dahulu takutnya nanti malah kesiangan."

"Yasudah kamu keluar beli dulu sana. Kalau gak salah di ujung gang sana ada yang jual nasi kuning ma."

"Ya mas, aku beli nasi kuning dulu kalau gitu. Mau beli berapa ?."

"Beli 5 ma."

"Kok banyak banget mas ?."

"Ya takutnya nanti kamu atau Ashka laper waktu di jalan. Perjalanan lumayan jauh loh ma."

"Gak lewat tol aja mas ?."

"Sudah jadi kah tol nya ?."

"Sudah mas. Dari tahun 2019 kemarin. Orang tuaku pernah ke sini jenguk aku waktu kecelakaan tahun 2019 kemarin juga lewat tol mas. Lumayan jarak tempuhnya jadi cuma 3-4 jam an."

"Naik nya darimana ma ?."

"Solo kalau gak salah."

"Yasudah kamu sekalian isi saldo e-toll nya."

"Ya mas. Aku keluar dulu."

"Ya hati-hati ma. Bisa kan naik motor itu ?." Ucap Yanu menunjuk motor satria yang ada di depan nya.

"Bisa mas."

"Beneran bisa ?."

"Bisa mas. Kamu gak tau aja kalau istrimu ini mantan pembalap abal-abal. Hahahahaha." Ucap Maria terkekeh.

"Ya terserah kamu aja ma. Hati-hati, jangan ngebut loh ma."

"Iya sayangku."

Maria pun keluar membeli sarapan dan mengisi saldo e-toll menggunakan motor.

Kurang lebih setengah jam lamanya, Maria datang dengan membawa bungkusan nasi kuning.

"Lama banget ma. Udah lemes ini aku." Goda Yanu.

"Tadi warung nasi kuning nya antri banget mas. Jadi lama deh."

"Yasudah ayo sarapan dulu. Panggil Ashka sekalian."

"Ya mas."

Maria masuk kedalam untuk memanggil Ashka di kamarnya. Belum sempat mengetuk pintu kamar Ashka, pintu kamar terbuka dari dalam.

"Ya Allah mama. Kaget Ashka."

"Mama tadi mau ketuk pintu. Mau ajak kamu sarapan bareng sama bapak sekalian sebelum berangkat."

"Oalah iya ma. Ayo."

"Ya kak."

Ashka dan Maria keluar menemui Yanu yang sudah makan terlebih dahulu.

"Yah bapak gak nungguin aku sama mama."

"Bapak keburu laper. Hehehehe."

"Yasudah ayo makan." Ucap Maria sembari menyiapkan nasi kuning untuk Ashka.

Setelah selesai makan, mereka bersiap untuk berangkat ke Surabaya.

"Sudah di kunci ma pintunya ?."

"Sudah mas."

"Air sudah di matikan ? Lampunya sudah dinyalakan ? Kompor nya sudah di cek ? Kipas angin juga sudah di matikan ?."

"Banyak banget pertanyaanmu mas."

"Kamu pelupa soalnya ma."

"Hehehehe. Sudah semua sayang. Regulator gas sudah aku cabut. Kipas sudah aku cabut kabelnya. Air kran sudah kumatikan. Lampu hanya ruang tamu dan teras yang aku nyalakan mas."

"Yasudah kalau gitu. Yuk berangkat."

"Ayo." Ucap Maria dan Ashka secara bersamaan.

Yanu pun mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Maria yang sudah bangun dari jam empat pagi kini tertidur pulas.

"Kamu gak tidur sekalian le ?."

"Belum ngantuk pak."

"Yasudah kalau gitu temenin bapak aja ya biar bapak gak ngantuk."

"Ya pak."

"Menurutmu mama ini orangnya bagaimana le ?."

"Baik kok pak. Perhatian juga sama aku. Cuma kadang mama ini suka panik sendiri."

"Iya le. Mamamu agak antik orangnya. Tapi sebenarnya orangnya baik. Dia juga kelihatan nya sayang sama kamu."

"Iya pak. Kalau mama gak sayang sama aku, ya gak mungkin mama perhatian sama aku. Emak mah kalah."

"Apa iya le ?."

"Iya pak. Emak terlalu fokus sama dirinya sendiri. Kadang sampai lupa sama anak. Yang antar jemput aku sekolah aja mbah kung pak. Yang masak mbah uti, yang siapkan aku makan juga mbah uti."

"Mungkin emakmu fokus ke adek le."

"Nggak juga itu pak. Adek juga di urus sama mbah uti. Kadang dibantuin bulik pak."

"Lah emakmu kerja ?."

"Nggak pak. Ya kadang-kadang aja bantuin orang panen padi."

"Terus kok kalian gak diurus emakmu ngapain aja ?."

"Sibuk dengan dirinya sendiri pak. Bingung biar bisa tampak cantik. terus pas waktu emak dengar kalau bapak udah putus dari tante Ani, emak juga bingung ingin kembali sama bapak."

"Padahal emakmu dulu itu gak seperti itu loh le. Emakmu dulu itu orangnya apa ada nya. Bahkan dia juga gak pandai bersolek."

"Aku pernah denger sih pak, dulu emak bilang kalau gara-gara dia kurang cantik makanya bapak selingkuh. Makanya emak sibuk merawat diri. Emak juga berharap bisa kembali ke bapak dan bapak putus sama tante Ani. Tapi setelah bapak putus dari tante Ani, teryata bapak sudah nikah sama mama."

"Emakmu tau kalau bapak putus sama tante Ani dari siapa le ?."

"Tante Ani yang bilang pak. Kan setelah bapak putusin tante Ani, tante Ani sering hubungi emak."

"Emakmu itu bodoh. Sudah tau Ani yang merusak rumah tangganya kok malah dibaikin."

"Ya karena emak ingin kembali ke bapak. Emak tanya-tanya ke tante Ani, bapak itu suka nya apa. Terus gimana caranya agar bapak bisa dan mau diajak balikan."

"Aneh emakmu itu. Trus yang pas waktu kamu telepon bapak, emakmu bilang ke adikmu kalau bapak mati itu kenapa ?."

"Ya karena Arsya tanya bapak terus. Mungkin emak bingung jawabnya bagaimana. Jadi ya emak bilang kalau bapak mati."

"Emakmu itu mulutnya gak bisa di jaga. Bilang bapak mati tapi masih berharap uang dari bapak. Harusnya kalau sudah anggap bapak mati ya gak usah berharap uang dari bapak."

"Entahlah pak."

...****************...

Disisi lain, Tini masih kekeh dengan rencana nya. Ia ingin Yanu dan Maria bercerai agar ia dapat kembali rujuk dengan Yanu. Ia menghubungi Ani kembali untuk meminta saran.

"Halo An."

"Ya mbak, ada apa ?."

"Gimana ya An caranya agar mas Yanu menceraikan wanita itu."

"Kita buat wanita itu menderita aja mbak."

"Caranya ? Kan kita gak mungkin buat wanita itu menderita secara langsung. Secara mas Yanu sudah tidak respect dengan kita."

"Kita santet aja mbak. Kebetulan nenek aku dukun pelet dan santet. Gimana menurut mbak ?."

"Bisa ya ?."

"Aku jamin dah mbak. Kan kalau tuh cewek kita bikin gak bisa apa-apa, nanti mas Yanu bakal tinggalin dia. Gimana ? Bagus kan rencanaku mbak ?."

"Terserah kamu aja An. Lalu kapan kamu ke tempat nenekmu ?."

"Besok malam mbak."

"Berkabar aja ya An."

"Siap."

Panggilan pun dimatikan.

Bersambung...