"Payungmu hilang, langit pun menghujanimu dengan deras, serta angin yang berhembus juga kencang, yang membuat dirimu basah dan kedinginan"
"Ternyata tidak berhenti sampai disitu saja, hujan yang deras serta angin yang berhembus kencang ikut menenggelamkan dirimu dalam banjir yang menerjang"
"Sampai pada akhirnya kamu menghilang dan yang aku temukan hanyalah luka yang mendalam"
~Erika Aura Yoana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amil Ma'nawi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Haura Erika
Sepanjang Haura menceritakan kejadiannya, Erika terus menggenggam tangan Haura. Berharap dapat menyalurkan ketenangan untuk Haura, yang terlihat sangat sedih dan khawatir. "Kamu jangan sedih gitu dong, Hau. Kita ada di belakang kamu, kok. Aku bakalan cari cara buat ngeluarin kamu dari sini" Erika menghapus air mata Haura yang sudah membasahi pipinya.
"Erika?" Mata Erika bertemu dengan mata Haura, dan kini mereka saling bertatapan. "Hmm, kenapa Hau?" Tiba-tiba saja, air mata Haura kembali meluncur dari matanya. "Erika, masih mau kan? Temenan sama Haura?" Erika tersenyum dan kembali menghapus air mata Haura. "Dalam keadaan apapun, Erika gak akan ninggalin Haura. Kalo seandainya, Erika jadi sahabat Haura"
Haura menunduk dan kembali menangis, sebenarnya, Haura malu tapi disisi lain, ia juga nyaman jika bersama dengan Erika. Haura tidak bisa lagi membohongi dirinya sendiri. Kalau dirinya sangat ingin berteman bahkan menjalin sahabat dengan Erika. Tangan Erika meraih kepala Haura yang tertunduk, kemudian ia merapikan hijab Haura yang sedikit berantakan.
"Haura, makasih ya. Karena Haura udah mau jadi sahabat Erika" Dengan tangis haru, Erika kembali memeluk Haura, tapi Haura tidak bisa membalas pelukan dari Erika, karena tangannya yang terpasang borgol.
"Maaf, dek. Waktunya sudah habis, kami harus membawa tahanan kembali kedalam sel" Ucap seorang polwan memberitahu Erika. "Oh, iya bu"
Erika meraih pun kedua pundak Haura dan berkata. "Kamu gak usah khawatir, oke. Aku, sama kak Alvan bakalan secepatnya bawa kamu dari sini" Erika pun akhirnya memperhatikan Haura yang di bawa kembali oleh polwan. Aku gak percaya, kalau persahabatan kita akan di mulai di tempat seperti ini Hau. Aku janji, secepatnya akan bawa kamu pergi dari sini.
Rencananya, sekarang Erika akan langsung pergi menuju rumah sakit, dimana korban sedang di rawat, dan Erika harap, saat dia datang kesana, korban telah siuman dan polisi segera menginterogasinya untuk dimintai keterangan.
Setibanya di rumah sakit, Erika hanya bisa melihat pasien dari balik kaca. Karena saat ini, pasien sedang tidak bisa di besuk, apa lagi kondisinya masih kritis seperti itu. Erika berdo'a di depan ruang ICU itu, berharap dia segera bangun. Kebetulan, saat itu ada dokter yang keluar dari ruangan, dan itu adalah kesempatan Erika untuk menanyakan kondisinya saat ini.
"Dokter, bagaimana dengan kondisinya? Apa dia sebentar lagi akan siuman?"
"Dia masih berada dalam masa kritis, kemungkinan akan siuman mungkin tiga sampai empat hari lagi" Mendengar jawaban dari dokter, membuat Erika sedikit lemas. Masalahnya, tidak mungkin ia membiarkan Haura terlalu lama di dalam penjara. Ia juga tak ingin, nama Haura menjadi tercoreng, di sekolahnya, apa lagi, Haura adalah siswa yang memiliki prestasi tinggi.
Karena di rumah sakit, membuat Erika pusing. Kini ia pun pergi ke tempat kejadian, dimana perampokan itu terjadi. Disana, Erika mencari sesuatu, ia berusaha menemukan sesuatu yang bisa dijadikan bukti, kalau Haura tidak bersalah. Erika memperhatikan satu persatu tiang yang ada disana, berharap ada cctv yang terpasang, namun tidak ada satupun.
Karena semakin kesal, Erika pun menendang botol yang tergeletak di jalanan saat itu. Mungkin Erika harus menunggu tiga sampai empat hari lagi, untuk mendapatkan bukti kuat. Tapi dia juga tak ingin, membuat Haura berlama-lama tinggal di balik jeruji besi. "Gak mungkin, aku harus nunggu tiga sampai empat hari. Aku gak mau, Haura menderita disana. Aaarrgg!!!"
Erika mengacak-acak rambutnya frustasi. Sampai pada akhirnya, ada satu motor yang berhenti di dekatnya. "Erika, apa berita itu benar? Apa benar Haura mencoba membunuh seseorang?" Ternyata orang itu adalah Syathir, dari tadi dia mencari Erika, dan kini ia menemukannya disana.
"Menurut, lo? Apa Haura akan ngelakuin hal sekeji itu?"
"Gw, gw gak tau. Tapi, mana mungkin si, orang sepolos dan sebaik Haura, gak mungkin lakuin hal sekeji itu"
"Yaudah, itu lo, tau sendiri"
"Tapi kalo bener, gimana?" Erika pun menarik nafas dan memutar bola matanya. "Ya, itu terserah lo. Mau percaya, atau enggak" Entah kenapa dengan Erika, yang terlihat begitu sensi pada Syathir. Padahal setiap mereka bertemu, Erika selalu tersenyum dan bicara dengan baik-baik.
"Terus, kenapa lo ada disini?"
"Lo, juga ngapain disini?" Syathir hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Gak papa, yaudah gua duluan"
HARBY KELABU
"Ma, apa oma tau? Kalau Hora ada di kantor polisi?" Tanya Alvan pada Hani yang tengah sibuk menyiapkan makan malam. "Enggak, oma gak tau. Oma cuma tau, kalau Haura ada di rumah kita"
"Hora lagi apa ya, ma, Sekarang? Apa dia udah makan? Dia shalat gak ya? Dia baik-baik aja kan?" Alvan benar-benar sangat mengkhawatirkan Haura. Ia khawatir Haura tidak makan, Haura sakit, Haura tidak sholat dan lainnya. Seandainya penjara seperti rumah, saat itu juga Alvan akan pergi untuk menemani Haura disana.
"Dia pasti baik-baik aja, penjara juga bukan tempat penyiksaan kok, polisi juga masih punya hati nurani, dan gak mungkin mereka membiarkan tahanannya kelaparan"
"Mama senang, kamu bisa menyayangi Haura. Inilah yang mama sama papa mau, yaitu kamu melakukan peranmu dengan benar"
"Iya, ma. Alvan juga baru terpikir sekarang, bahwa ternyata, menyayangi Haura itu gak begitu buruk" Ada rasa tenang di dalam hati Hani, saat mendengar apa yang baru saja di katakan oleh putra semata wayangnya. Hani harap, Alvan bisa lebih baik dan bisa lebih menyayangi Haura. Karena hal inilah yang paling di tunggu olehnya dan sang suami.
Karena dari kecil, Alvan dan Haura tidak bisa akur. Selalu ada rasa iri yang timbul di dalam Alvan, setiap kali bertemu dengan Haura, pasti saja Alvan melakukan sesuatu yang bisa membuat Haura menangis. Hani dan Rizal sudah berusaha untuk menasehati Alvan kecil, namun tetap saja, disaat ada pertemuan dengan Haura, pasti Alvan melakukan hal yang tidak terduga.
Dan kali ini, Hani sangat bersyukur karena putranya telah sadar akan tanggung jawabnya. Karena Hani sangat menyayangi Alvan, dia juga ingin Alvan menyayangi Haura, dan menghapus rasa iri dan dengki yang ada di hati Alvan terhadap Haura.
"Mama harap, kamu akan selalu menyayangi Haura, kamu bahagiakan Haura, buat dia selalu tersenyum dan buat dia happy ya, nak. Mama akan semakin sayang sama kamu, seandainya kamu bisa melakukan semua itu" Alvan mencium tangan Hani yang menggenggam tangannya, beberapakali.
"Iya mama, sayang. Alvan juga udah janji sama Hora, kalo Alvan akan bahagiain dia, bakal jagain dia dan akan selalu melindungi dia, mama gak usah khawatir. Alvan yang sekarang bukan Alvan yang dulu"
Bersambung...
Semoga aja,,, Alvan akan selalu menyayangi Haura sama seperti mama dan papanya...
Aamiin,,,
Markijut,,,
Jangan lupa like komen dan votenya ya!
Fafay...
yg penting bersatu kan?
wkwkwk
mksdnya, thor????
salken, Thor