Apa jadinya jika ustadzah cantik nan sholihah sekelas Jasmine Qurattul Ain dijodohkan dengan CEO tampan yang memiliki karakter dingin sedingin kutub Utara? Dialah Keenandra Nareswara Kalandra, pengusaha sukses diusianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun.
Apalagi Keduanya memiliki adab dan akhlak yang saling bertolak belakang. Jasmine dengan kelembutan dan ketegasannya. Sedangkan Keenandra dengan sikap arogan dan keangkuhannya yang sangat di luar batas wajar.
"Kamu bukanlah tipe wanita idamanku. Jadi, jangan berharap aku akan menyentuhmu selayaknya pasangan suami-istri! " ~ Keenandra Nareswara Kalandra
"Aku pun tidak sudi disentuh oleh lelaki yang tak beradab dan berakhlak sepertimu! aku bukanlah wanita bodoh dan lemah seperti yang kamu pikirkan!" ~ Jasmine Qurattul Ain
Bagaimana kelanjutan kisah Jasmine dan Keenandra? Akankah pernikahan keduanya bertahan lama saat orang ketiga turut andil mewarnai biduk pernikahan mereka? Yuk, simak ceritanya only di noveltoon. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alinatasya21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Mari Bermain Peran
Keenandra hampir saja hilang kendali. Andai di hadapannya itu bukan seorang wanita, sudah dari tadi ia memberikan perhitungan pada orang yang telah berani menentangnya.
"Telah kukatakan berulang kali aku bukan wanita yang lemah! Jadi, jangan harap kamu bisa menindasku sesuka hatimu," tekan Jasmine dengan begitu elegan.
"Kita lihat setangguh apa pertahananmu untuk bertahan denganku!" sombong Keenandra tak mau kalah.
Dua insan yang sama-sama keras kepala dan mempertahankan argumen masing-masing itu tidak ada yang mau mengalah. Jasmine dengan sikap elegan dan tegasnya. Keenandra dengan sikap angkuhnya membuat kedua insan tersebut saling bertolak belakang.
"Masuk!" tegas Keenandra saat kehadiran pramusaji mengantarkan makan malam untuk mereka.
"Silahkan dinikmati jamuan makan malamnya Tuan dan Nyonya!" angguk dua orang Pramusaji tersebut dengan tunduk patuh pada CEO tampan dan berkelas tersebut.
Keenandra hanya menggangukkan kepala sembari mengibaskan tangannya menyuruh para pramusaji tersebut meninggalkan dirinya dan Jasmine.
"Makan dan nikmati semua hidangan ini! Aku tidak ingin kau kelaparan. Malam ini, kau tidur di sofa, tentunya kau harus mengisi tenangamu agar orang tua kita beranggapan jika aku adalah sosok suami yang tulus memperhatikanmu!" ungkap Keenandra dengan sedikit kelembutan.
"Benar-benar definisi suami yang sulit ditebak. Terkadang dia bisa lembut juga, tetapi lebih banyak arogannya," batin Jasmine sembari menyiapkan makan malam untuk suaminya.
"Suapi aku!" pinta Keenandra hingga membuat Jasmine hampir tersedak makanannya sendiri.
"Aku rasa pikiranmu sedang terganggu atau pada saat keluar kamar tadi kepalamu terbentur sehingga mendadak minta disuapi? Bukankah kamu merasa jijik padaku?" tanya Jasmine sembari mengernyitkan dahinya.
"Mari bermain peran! Aku tidak ingin orang tua kita mengetahui jika hubungan antara kita tidak semulus yang mereka harapkan. Aku ingin selama enam bulan pernikahan ini jika di hadapan mereka kita terlihat harmonis. Namun, di belakang mereka bersikaplah kita seolah-olah tidak saling mengenal!" sangkal Keenandra.
Padahal, ia sendiri bingung kenapa tiba-tiba memiliki ide seperti itu. Apa karena dia sudah terpikat dengan pesona Jasmine atau apa? Keenandra pun tidak tahu.
"Tapi, di dalam kamar ini tidak ada orang tua kita. Mengapa harus bermain peran?'' tandas Jasmine sembari menyuapi hidangan ke dalam mulutnya sendiri.
"Jangan banyak menyangkal! Bukankah aku telah mengatakan kau cukup melayani kebutuhan lahirku saja? Jadi, jangan sok jual mahal! Kau beruntung bisa dekat dengan CEO sepertiku. Tak banyak di luar sana yang bisa berdekatan denganku,'' ucap Keenandra begitu angkuh.
"Baiklah, aku ikuti permainan peranmu!" Jasmine menyendokkan nasi beserta lauknya dan menyuapi Keenandra dengan begitu lembut.
"Aku tidak mungkin tertarik pada wanita buruk rupa ini! Tetapi, memang sudah kewajibannya sebagai istri untuk patuh padaku," gumam Keenandra di dalam hati. Jantungnya pun mendadak tak aman saat diperhatikan oleh Jasmine.
"Aku ingin lihat siapa yang akan terpikat duluan? Aku yakin seiring berjalannya waktu, aku akan membuatmu jatuh hati padaku Keenandra Nareswara Kalandra! Dan kau akan menelan ludah sendiri!" kecam Jasmine di dalam hati.
"Aku ingin satu piring denganmu! Ini bagian dari bermain peran. Nanti jika sedang berhadapan dengan orang tua kita, kita akan terbiasa seperti ini!" Keenandra memanfaatkan keadaan. Berbagai cara ia lakukan demi untuk melumpuhkan Jasmine.
"Baiklah, jika ini yang kau inginkan! bukankah ini Sunnah Nabi saling menyuapi pasangan." Jasmine justru terlihat tenang, namun tidak dengan Keenandra. Jantungnya terasa ingin keluar dari tempatnya.
"Gila, mengapa perasaanku jadi begini? Aku tidak boleh terhipnotis oleh pesonanya. Ini hanya perasaanku saja." Keenandra berusaha untuk bersikap dingin dan datar di tengah perasaannya yang bergetar terhadap Jasmine.
"Anda ingin minum?" tanya Jasmine sembari menuangkan segelas air putih untuk sang suami.
"Sudah cukup! Perutku rasanya ingin mual makan dan minum dari tanganmu!" bentak Keenandra sembari membanting sendok nasi yang ada di piring.
"Astaghfirullah, aku rasa anda memang sedang mengalami gangguan kejiwaan. Baru saja kau sendiri yang minta ingin disuapi. Kenapa sekarang justru menghinaku. Oh, aku jadi mengerti begini sikap dari pimpinan Kalandra Group selalu merendahkan dan menyalahkan orang lain!" tuding Jasmine yang sengaja memanas-manasi sang suami.
"Kamu semakin berani ya! Dasar wanita kolot!" hina Keenandra sembari mengusap mulutnya seolah jijik dengan suapan Jasmine beberapa saat lalu.
"Aku tidak akan seberani ini jika tidak ada yang memancing keberanianku! Bukankah kau sendiri yang ingin bermain peran? Lalu kenapa terus menyudutkan ku?"
Jasmine bangkit dari duduknya. Dia pun menjaga jarak dari Keenandra sembari menyelesaikan makan malamnya.
Keenandra melakukan hal yang sama. Ia pun menjauh dari Jasmine. Ada rasa tak nyaman menyerubungi hatinya saat menyadari jika dia telah meruntuhkan harga dirinya di hadapan Jasmine.
"Ingat! Setelah menyelesaikan makan malammu, bereskan semua kekacauan di atas meja ini. Aku tidak ingin kamar tempat istirahatku dikotori oleh hal-hal yang mengganggu pemandanganku!" sarkas Keenandra sembari melemparkan selimut ke sofa.
"Kau memang benar-benar pria arogan yang tak punya perasaan. Jangan bilang jika kamu malu karena termakan omonganmu sendiri!" cecar Jasmine tak mau kalah.
"Tak ada kata memakan omongan sendiri untuk Presdir seperti aku! Yâng aku heran ada wanita berpakaian tertutup sepertimu, tetapi sikapnya begitu sangat bar-bar," tuding Keenandra sembari tersenyum devil. Setidaknya, ia bisa mengalahkan Jasmine.
"Wanita yang berpakaian tertutup bukan berarti mudah untuk ditindas. Jangan kau pikir aku lemah! Ku katakan sekali lagi, aku Jasmine Qurattul Ain tidak akan pernah tunduk dengan laki-laki sepertimu!"
Gadis bercadar hitam itu tersenyum tipis di balik cadarnya. Dalam hati dia tidak akan menyerah untuk menentang segala keangkuhan Keenandra.
Tok ... tok ... Tok.
''Assalamu'alaykum, Keenan. Ini mama dan umma Hanin. Boleh kami masuk!" ucap mama Anya di balik pintu.
"Wa'alaykumussalam, iya Ma. Sebentar, Keenan buka pintunya dulu!" sahut pria berwajah dingin itu. Dia pun gegas mengambil kembali selimut tidur yang barusan ia lempar di sofa dan meletakkan kembali di ranjang pengantin mereka.
"Mari bermain peran lagi! Ada mama dan umma-mu. Bersikaplah kita seolah-olah pasangan yang romantis. Jangan membuat mereka curiga! kalau tidak kau akan menanggung akibatnya!" ancam Keenandra sembari mencengkram pinggang Jasmine dengan keras.
"Sa__
"Shuttt! Jangan membuat kegaduhan!" bisik Keenandra sembari meletakkan telunjuknya di bibir Jasmine yang masih tertutup cadar.
"Lepas! jangan mencuri kesempatan Dalam kesempitan!" Jasmine menghempaskan cengkeraman tangan Keenandra dari pinggangnya.
"Tidak bisa! Kita harus bermain peran," ungkap Keenandra sembari menarik lembut pinggang Jasmine.
Pemuda berwajah dingin itu tiba-tiba berubah begitu sangat manis. Dia memperlakukan Jasmine seperti istri yang sesungguhnya. Sehingga setiap orang yang melihat mereka akan mengira keduanya tampak serasi.
"Ya Allah, semoga jantungku masih aman berhadapan dengan pria berkepribadian ganda sepertinya!" Jasmine pun mau tidak mau mengimbangi sandiwara sang suami. Dia pun terlihat tenang saat berhadapan dengan orang tua mereka.
"Maa syaa Allah, anak menantu umma. Maaf, umma dan mama Anya menganggu kenyamanan kalian sebagai pengantin baru. Malam ini kami semua tidak jadi menginap di hotel. Besok pagi ada kesibukan di travel umroh milik Abba-mu. Di toko Snack haji dan umroh kita pun banyak sekali jama'ah umrah yang pesan oleh-oleh. Jadi, abba dan umma harus ikut mengkoordinir perkembangan bisnis kita," ucap umma Hanin sembari merangkul pundak putrinya.
''Iya, Nak. Mama dan papa juga kembali malam ini. Kami pun tidak jadi menginap di hotel. Besok pagi-pagi papa harus segera ke kantor ada urusan bisnis yang harus segera diselesaikan dengan kliennya," kilah mama Anya. Padahal, itu akal-akalan mereka untuk membiarkan anak menantunya beradaptasi.
"Ini kesempatan emasku untuk menyiksanya," gumam Keenandra saat mendapati orang tua mereka akan pulang malam ini juga.
"Kok malah bengong? Oh ya mama tahu kalian sudah tidak sabaran ingin mengadon cucu untuk kami," ucap mama Anya tanpa filter.
"No!"