Seorang mafia yang kejam dan dingin menemukan dua bayi kembar yang cantik di dalam dus yang di letakkan di tempat sampah. Mafia itu merasa iba dan merawat mereka. Kadang dia kesal, lelah dan ingin rasanya melempar mereka ke belahan dunia lain. Itu karena mereka tumbuh menjadi anak yang jail, aktif dan cerewet, selalu menganggu kesenangan dan pekerjaannya. Namun, dia sudah sangat sayang pada mereka. Mereka juga meminta mami sampai nekat kabur karena tidak diberikan mami. Dalam perjalanan kaburnya, ada seorang wanita menolong mereka.
Wanita yang cantik dan cocok untuk menjadi mami mereka. Bagaimana usaha mereka untuk menjadikan wanita itu mami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab.20
Alkana curiga, telah terjadi sesuatu pada Anita. Apalagi dia menemukan spuit atau suntikan kosong bekas obat bius. Alkana segera menelepon Anton untuk meminta bantuan.
"Ayo, kita ke rumah Oma. Papi harus mencari Kak Anita. Kalian tinggal dengan Oma dulu sampai Kak Nita ketemu!" Perkataan tegas Alkana menandakan dirinya tidak mau di bantah.
"Iya Pi."
Mereka lalu bergegas keluar menuju ke mobil.
Alkana lalu ke markasnya. Dia mengerahkan hampir semua pengawalnya. Alkana Mencoba menebak siapa gerangan penculik Anita?
"Anton, kamu sudah tutup semua pintu keluar, darat, laut dan udara?"
"Sudah Tuan. Tetapi, bagaimana kalau mereka berhasil pergi semalam?"
"Saya juga berpikir ke sana?" Alkana memikirkan segala kemungkinan.
"Apa kamu sudah cek yang keluar hari kemarin dari pukul 12 malam ke atas sampai pagi ini?".
"Sudah Tuan. Dari nama mereka semua tidak ada yang mencurigakan.
"Pesawat jett ada yang keluar atas nama Smith"
Alkana langsung menegakan tubuhnya mendengar nama Smith.
"Ke mana?"
"Australia."
"Siapkan sebagian ke sana, awasi Alkana jika ada yang mencuirigakan segera beri tahu aku."
"Siap Tuan."
"Anton coba lihat jalur laut!"
"Baik Tuan." Anton mengerjakan semua perintah Alkana.
Alkana berpikir mungkin, ke Australia hanya untuk pengalihan. Jadi dia juga meminta cek jalur laut.
***
Anita bingung di mana dia sekarang? Begitu terbangun dia sudah berada di atas kapal laut.
"Halo Anita!"
"Oh, rupanya kamu?"
"Ya, apa kamu senang?"
"Tolong, lepaskan saya."
"Tidak mungkin. Sebaliknya kita akan bersenang-senang di sini!"
"Tapi, saya tidak senang di sini!"
"Belum, sekarang kita akan bersenang-senang."
"Kau tahu, aku mencintaimu tapi kau menolak ku dan malah bertunangan dengan Alkana! Kau membuat hatiku terluka. Kau menolak cintaku yang tulus, maka rasakan betapa jahatnya aku!"
"Willi aku mohon, lepaskan aku. Aku tahu kamu adalah pria yang baik. Kita ini teman bukan?"
"Aku tidak mau berteman denganmu! Alkana juga tidak akan mau denganmu!" Willi semakin mendekati Anita dengan tatapan matanya yang tajam.
"Willi, jangan dekati saya. Kamu mau apa?"
"Seharusnya dari dulu aku melakukan ini." Willi menarik tangan Anita sehingga Anita jatuh ke dalam pelukannya. Dia kemudian mencium Anita.
Anita berusaha memberontak, dia ingin menjauhkan wajahnya, namun, satu tangan Alkana menahan kepalanya. Anita lalu memukul-mukul dada Willi, tapi percuma. William tidak terusik sama sekali dan memperdalam ciumannya pada Anita.
Anita menggigit bibir Willi. "Kamu rupanya senang bermain kasar." Willi menarik rambut Anita ke belakang dengan kencang.
"Diam! Dan nikmati saja."
"Lepaskan aku Willi aku mohon!" Anita meringis kesakitan. Kulit kepalanya seakan mau copot. Willi merenggutnya dengan kencang.
"Melepaskan mu? Mana mungkin. Aku ingin kita bersama selamanya."
"Itu tidak mungkin Willi. Aku tidak mencintaimu."
"Aku tidak perduli, yang penting bagiku. Aku bisa menikmatimu." Willi kemudian kembali mencium Anita dengan kasar. Tangannya tetap merenggut Anita.
Anita mencoba mendorong Willi sekuat mungkin. Willi melepaskan pagutannya. Dia lalu melepaskan sabuk pinggangnya.
"A... apa yang akan kau lakukan?" tanya Anita.
William tidak menjawab, dia lalu mengambil tangan Anita dan mengikatnya. Anita semakin panik.
"Willi ku mohon lepaskan aku! Kau ternyata bajingan Willi!"
Anita mendapat tamparan dari Willi. "Diam atau ku habisi Kau!"
William lalu merobek pakaian Anita.
Membuat wanita itu menjerit. William memeluk Anita.
"Ssst ... jangan berisik sayang."
"Willi, jangan lakukan ini kumohon." Willi menyeringai dia merenggut rambut Anita ke belakang. Lalu mencium leher jenjang Anita.
Anita menangis, Willi memperlakukannya seolah dia adalah wanita nakal. Anita sangat takut kesuciannya akan terenggut. Dia semakin terisak saat Willi sampai di gunung kembarnya. Dia bersumpah dalam hati, jika kesuciannya hilang dia akan bunuh diri.
"Willi lepaskan aku!" Anita memohon sambil terus terisak.
"Aku tidak akan melepaskanmu, kau sungguh indah." Willi menatap Anita yang sudah setengah telanjang. Karena pakaiannya di robek Willi.
Tangan Willi bermain di gunung kembarnya.
"Aku bersumpah Willi. Aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!"
"Tangan yang mana? Tangan yang terikat ini?" Willi tersenyum miring.
"Apa kau menyukai sentuhanku?"
Anita menjawabnya dengan meludahi wajah Willi. "Itu yang pantas buatmu, menjijikkan!"
Willi menampar pipi Anita kencang. Dia merobek pakaian Anita yang tersisa di badan. Lalu Willi membuka celananya.
Anita berusaha menendang Willi dan berlari ke pintu. Usahanya sia-sia. Kini Willi justru mengikatnya di tempat tidur.
"Bajingan kau Willi! Aku membencimu sampai ke tulang-tulangku. Aku akan membunuhmu. Lepaskan aku!" Anita terus meracau.
William tidak perduli. Dia duduk di atas perut Anita bertumpu pada lututnya.
Dor...
Brak...
Saat itulah terdengar suara tembakan dan dobrakan pintu.
Willi melihat siapa orang yang telah berani mengganggunya.
"Jangan ada yang masuk!" teriak seseorang yang sangat dikenal Anita.
Anita merasa malu, Alkana melihatnya dalam keadaan seperti ini. Rasanya dia ingin menghilang dari bumi. Anita bahkan tak sanggup menatap wajah Alkana.
Sedangkan Alkana wajahnya merah padam, sudah cukup dia menahan amarahnya. Kini dia akan membalas perbuatan William.
"Oh... rupanya kau menemukan kami. Kau datang tepat di saat aku sedang bersenang-senang." Willi memanasi Alkana.
"Sayang, kenapa kamu tidur saja. Sambut tamu kita!" ujar Willi pada Anita.
Alkana diam membisu, perlahan dia mendekat. Di bukanya kancing kemejanya. Setelah semua terlepas dia membuka kemejanya dan menutupi tubuh Anita. Walau hanya setengahnya. Anita kembali menangis semakin kencang.
"Jangan kau sentuh milikku!" teriak Willi. Lalu di memukul Alkana.
"Milikmu? Milikmu yang mana? Anita adalah tunanganku. Dia ... milikku!" Alkana membalas memberikan tinju yang kencang pada wajah Willi.
Mereka saling memukul, menendang, menonjok hingga wajah Willi sudah babak belur.
Alkana tidak puas, walau Willi sudah terjatuh dia terus menonjoknya dan memberi tendangan pada wajah Willi yang terjatuh di lantai. Bak menendang bola Alkana menendangnya dengan kencang.
"Jangan! Jangan bunuh dia!" teriak Anita.
"Kenapa? Dia pantas mati!"
"Aku, aku ingin membunuhnya dengan tanganku sendiri. Izinkan aku agar aku hidup dengan tenang."
Alkana menghampiri Anita, dia menatap wajahnya lalu menatap mata Anita lekat. Dia mengerti kenapa Anita ingin membunuh Willi.
Namun, Alkan tidak ingin Anita menjadi pembunuh.
"Tidak, kau tidak boleh membunuh. Kau akan menyesalinya."
"Lepaskan ikatan ku tolong." Alkana melepaskan ikatan tangan dan kaki Anita. Dia melihat ada biru-biru pada tubuh Anita juga merah-merah di sebagian lehernya.
Anita segera memakai kemeja Alkan, dia malu Alkan menatap seperti itu. Alkan yang sedang mengamati Anita tidak menyadari marabahaya di belakangnya.
Anita melihatnya, dia segera bangkit dan merebut pistol yang ada di pinggang Alkana.
Dor...
Dor...
Anita menembak Willi. Dia tahu cara menggunakan pistol, tetapi tidak pernah berlatih jadi tembakannya hanya mengenai tangan Willi.
Dor...
"Sudah ku katakan padamu, aku akan membunuhmu!" Anita menembaknya lagi, kali ini terkena perutnya.
Alkana hanya membiarkan saja, biar Anita bisa melampiaskan rasa amarahnya. Willi merintih sambil tertawa. "Kau terlihat bertambah sexy seperti itu. Aku makin jatuh cinta padamu.
"Tunggu Anita!" teriak Alkana saat Anita akan menembak Willi kembali.
"Kematian terlalu ringan untuknya. Aku punya hukuman yang pantas untuk dia."
"Anton buang dia ke laut!"
Anton yang berdiri di luar menunggu instruksi Alkana, segera masuk ke dalam. "Iya Tuan." Anton melihat Willi yang sudah terkapar di lantai dengan luka tembak. Dia lalu menyeret Willi.
"Lemparkan dia ke laut, biar menjadi makanan ikan."
"Baik Tuan."
"Anita aku senang mati di tanganmu. Aku juga senang bisa menikmati tubuhmu sebelum aku mati!" teriak Willi sambil meringis.
Anita terpaku, bayangan Willi menjamah tubuhnya membuat dia jijik. Anita berjalan menyusul William. Alkana mengejar Anita.
"Sampai bertemu Anita di alam baka, hahahaha!" William dilemparkan ke laut. Suara tawanya menghilang ketika dia tercebur ke dalam air asin.
Darah yang keluar dari tubuh William akan mengundang predator-predator yang kelaparan.
Anita menatap William yang sudah tenggelam. Anita pun naik ke atas pegangan kapal. Beruntung Alkana melihatnya.
Dia langsung menarik Anita dan memeluknya.
"Lepas! Lepaskan aku! Aku ingin mati saja. Aku kotor Alkan!"
"Tidak, kau tidak kotor. Kau tetap Anitaku yang cantik, baik, dan kuat. Kau tidak berubah. Jangan biarkan dia merubahmu menjadi orang yang putus asa."
"Aku kotor Alkan. Aku ternoda!"
"Tidak Anita, aku tidak perduli. Aku mencintaimu, anak-anak mencintaimu. Kau adalah hidup kami. Kita akan melewati ini bersama-sama. Bagiku kau tetap Anita yang dulu."
"Aku ... aku ...." Anita menangis dalam pelukan Alkana.
"Sini. Lihatlah! Lihat dia Anita! Dia sudah di makan ikan. Kau jangan menangis lagi." Alkana menunjukkan Willi yang sedang di lahap oleh ikan hiu. Anita hanya memperhatikannya saja. Tak ada perasaan senang atau kasihan, perasaannya sudah mati.
.
.
.
.
BERSAMBUNG...
"JANGAN LUPA LIKE YA...
TINGGAL PENCET DOANG KOK HEHEE"
jgan2 Dominic kaka na anita yg tetpisah
kayanya anita bakal menimbulkan trauma