“Kalo kamu bersedia menikah dengan saya, maka jangan coba-coba untuk bermain-main, Kintan.”
“Nama saya Tania, Mas.”
“Kintan panggilan sayang saya buat kamu.”
Kintania merencanakan pernikahan dari 3 bulan lalu bersama sang kekasih, namun apesnya malah di selingkuhin sebulan sebelum pernikahannya.
Nangis? sudah pasti. Tapi galau? oh tidak, dia menerima usulan keluarganya untuk menikahi pria matang yang merupakan kakak dari sahabat baiknya.
“Tunggu! ini beneran gue mau digeledah nanti malam. Mama nggak mau!!!!!”
Pernikahan yang direncanakan hanya dalam 2 minggu, dan tanpa cinta apakah bisa berjalan dengan lancar? dan apakah cinta akan tumbuh atau sudah tumbuh diam-diam diantara mereka, tapi gengsi mau bilang?
Update setiap hari jam 10 malam
follow ig : Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ganteng, perhatian
Tania pulang ke rumah orang tuanya setelah dirawat di rumah sakit selama 2 hari 3 malam. Dia tentunya pulang bersama kedua orang tuanya, namun bukan ayah yang menyetir mobil, tapi Kahfi.
Selama Tania dirawat, Kahfi adalah orang yang paling banyak menjaganya, tidak pernah lupa seharipun untuk mendatangi kamar rawatnya.
Perhatian yang diberikan pria itu membuat Tania melupakan kesedihannya. Dia selalu menanti kedatangan pria itu, yang bisa membuatnya tersenyum dengan segala bentuk perhatian tulusnya.
“Makasih ya, Nak Kahfi. Padahal kamu baru pulang, tapi harus anter ayah sama ibu jemput Tania.” Ujar Ayah Arda yang duduk di sebelah Kahfi.
“Ayah jangan makasih sama saya, lagian memang sudah sewajarnya saya jemput kalian.” Balas Kahfi, tersenyum hangat.
Ibu Rahayu menggenggam tangan Tania yang duduk di sebelahnya, wanita itu kemudian memberikan kode mata ke arah Kahfi.
“Ck, ibu apa sih.” Bisik Tania, paham dengan kode mata dari ibunya.
Tania tidak menghiraukan kode dari ibunya, namun tidak ayal dia melirik Kahfi melalui kaca yang ada di tengah mobil.
Tatapan mereka beradu, reflek Tania memberikan senyuman yang dibalas pria itu dengan senyuman lebih lebar.
“Ini serius gue semurahan ini, baru batal nikah masa udah naksir sama orang baru.” Batin Tania, memegangi dadanya yang berdegup kencang.
“Lho, Nak. Dada kamu sakit? kok di pegangin gitu? mau ke rumah sakit lagi?” Ibu Rahayu tiba-tiba heboh, memegang tangan Tania yang ada di dadanya.
Tania gelagapan, dia mendadak menjadi orang gagu saat ini.
“Hah, bukan Bu. A-aku cuma iseng doang pegang dada, kenapa ibu mikir jauh banget.” Jawab Tania, berusaha untuk tidak salah bicara.
“Tapi jantung kamu dag dig dug gitu, Kak. Ibu takut banget,” ujar Ibu Rahayu lagi.
“Benar nggak apa-apa, Sayang?” Ayah Arda ikut bertanya, menoleh ke belakang guna memperhatikan putrinya.
Tania mengangguk mantap, dia kemudian melirik Kahfi yang tersenyum seperti sedang meledeknya.
“Nggak nggak, nggak mungkin! nggak mungkin gue naksir, ini pasti cuma perasaan gue doang yang kagum sama gantengnya.” Batin Tania, memejamkan matanya berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Kahfi bersama Tania dan kedua orang tua gadis itu baru sampai saat malam menunjukkan pukul 10 malam. Ayah Arda dan ibu Rahayu turun duluan, meninggalkan Tania yang ketiduran.
“Aduh, Tania tidur lagi Yah. Ayah bisa gendong? atau ibu bangunin aja ya.” Kata ibu Rahayu.
Kahfi mendekat. “Jangan, Bu. Kasihan, dia kayaknya ngantuk banget.” Cegah pria itu sopan.
“Biar saya aja yang gendong Tania.” Tambah pria itu menawarkan diri.
Kedua orang tua Tania mengangguk, mereka pun menggeser posisi guna memberikan ruang kepada Kahfi agar bisa menggendong Tania.
Kahfi menatap wajah tenang Tania sesaat, kemudian menggendong tubuh gadis mungil itu dengan hati-hati.
“Enteng banget kayak kapas.” Gumam Kahfi, memperhatikan wajah Tania.
Kahfi mengikuti langkah ayah Arda yang mengantarnya sampai ke kamar Tania. Sampai disana, Kahfi langsung menurunkan tubuh gadis itu dan tidak lupa menyelimutinya.
“Selamat malam, Kintan.” Bisik Kahfi, kemudian mengusap kepala gadis itu pelan.
Kahfi keluar bersama ayah Arda yang memperhatikan pria itu dengan seksama.
“Kamu beneran, Fi?” tanya Ayah Arda tiba-tiba.
Kahfi menatap ayah Arda serius, tahu kemana arah pembicaraan ayah dari gadis yang ia sukai.
“Iya, Yah. Saya serius menyukai Tania, dan mau menikahinya.” Jawab Kahfi dengan tegas.
***
Tania membuka mata begitu merasakan suasana yang agak terang, dan ternyata hari sudah siang. Gadis itu berusaha untuk mengingat kejadian semalam, dimana ia tertidur di mobil Kahfi.
“Paling ayah yang gendong.” Gumam Tania.
Tania turun dari tempat tidur pelan-pelan, kemudian melangkah ke kamar mandi untuk mencuci mukanya sedikit.
Perban di beberapa titik tubuhnya belum diperbolehkan untuk terkena air, makanya dia hanya cuci muka.
“Tania …” dari dalam Tania bisa mendengar panggilan ibunya.
“Lagi cuci muka, Bu.” Sahut Tania agak berteriak.
Tania buru-buru menyelesaikan cuci mukanya, dan keluar dari kamar mandi.
“Sarapan dulu, Nak. Ayah sama ibu tadi udah duluan, soalnya nggak tega bangunin kamu.” Kata ibu, meletakkan bubur ayam di kasur.
Tania mengangguk dan memakan bubur yang dibawakan oleh ibunya.
“Hari ini ayah agak sibuk di kandang, soalnya ada pesenan ayam potong. Tapi tenang, ibu disini sama kamu. Kasihan soalnya kalo di tinggal.” Kata ibu.
“Jangan, ibu bantuin ayah aja. Aku nggak apa-apa kok sendiri, kasihan tuh ayah kalo harus kerja sendiri.” Tolak Tania, menggelengkan kepalanya.
Ibu tersenyum. “Kak, menurut kamu Kahfi itu gimana?” tanya ibu Rahayu.
Gadis itu mengerucutkan bibirnya. “Bu, masih pagi lho ini …” ujar Tania dengan manja.
“Kan ibu cuma nanya, Kak.” Timpal ibu Rahayu sambil senyum-senyum.
Tania menghela nafas. “Ya dia baik, ganteng, perhatian juga. Jarang aku lihat cowok kayak dia, yang punya sikap tulus.” Jelas Tania.
“Kalo ayah sama ibu mau kamu nikah sama dia, kamu setuju?” Ibu balik bertanya.
Tania menatap ibunya syok, pertanyaan itu sukses membuatnya melongo.
“Bu, aku baru aja udahan sama masa lalu ku. Masa udah bahas masalah pernikahan.” Jawab Tania dengan wajah menekuk.
“Ibu nggak minta sekarang, Kak. Maksudnya ini baru rencana ibu, karena ibu berharap banget kamu dapet suami yang baik kayak Kahfi.” Jelas ibu Rahayu dengan lembut.
Tania tidak menjawab apapun, hanya diam sambil memakan buburnya.
“Udah jangan dipikirin kalo kamu nggak mau, sekarang fokus sembuh aja dulu.” Tutur ibu Rahayu lembut.
Tania lagi-lagi hanya diam saja, tidak menimpali dengan apapun.
Bersambung ..........................................
kayak nya seru cerita nya
Yaumil milad kak Alfiana,,, Barakallah fii umrik, doa yg terbaik buat kk author 🤲🥳
woaahhh happy birthday to youuu Authoorr, pnjg umur, sehat selalu, murah rezeki, smg selalu semangat dan sukses dlm berkarya💗Aamiinn
kadonya ☕ biar ga ngantuk dan semangat up😉