NovelToon NovelToon
Terbelenggu Takdir Ke 2

Terbelenggu Takdir Ke 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Hafsah bersimpuh di depan makam suaminya, dalam keadaan berbadan dua. Wanita berjilbab itu menumpahkan rasa lelah, atas kejamnya dunia, disaat sang suami tercinta tidak ada lagi disisinya.

Karena kesalahan dimasa lalu, Hafsah terpaksa hidup menderita, dan berakhir diusir dari rumah orang tuanya.

Sepucuk surat peninggalan suaminya, berpesan untuk diberikan kepada sahabatnya, Bastian. Namun hampir 4 tahun mencari, Hafsah tak kunjung bertemu juga.

Waktu bergulir begitu cepat, hingga Hafsha berhasil mendapati kebenaran yang tersimpan rapat hampir 5 tahun lamanya. Rasa benci mulai menjalar menyatu dalam darahnya, kala tau siapa Ayah kandung dari putrinya.

"Yunna ingin sekali digendong Ayah, Bunda ...." ucap polos Ayunna.

Akankan Hafsah mampu mengendalikan kebencian itu demi sang putri. Ataukah dia larut, terbelunggu takdir ke 2nya.

SAQUEL~1 Atap Terbagi 2 Surga~
Cuma disini nama pemeran wanitanya author ganti. Cerita Bastian sempat ngegantung kemaren. Kita simak disini ya🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 11

Setelah mereka berpisah, Hafsah sore ini mampir ke toko alat tulis, untuk membelikan putrinya pensil warna. Ayuna sangat suka sekali menggambar. Dan hal itu sangat mirip kebiasaan mendiang Ayahnya~Raga.

Darah memang lebih kental daripada air. Namun kebiasaan Ayuna sangat mirip sekali dengan kebiasaan Ragantara. Kedisiplinannya, kecerdasannya, sikap lembutnya, dan masih banyak lagi hal-hal yang mirip dengan sang Ayah.

Brughhh!

Barang-barang Hafsah berjatuhan dilantai, saat ada bocah kecil seusia putrinya, yang sedang berlari menyenggolnya.

"Maafkan putra saya! Dia memang terlalu aktif," ujar seorang wanita cantik, dalam posisi menunduk menatap Hafsah.

"Bukan masalah yang besar! Putri saya juga sama aktifnya. Saya dapat memaklumi hal itu," jawab Hafsah seusai bangkit, setelah mengemasi barang-barangnya.

"Saya susul dulu! Takutnya membuat masalah lagi," pamit wanita tadi, sambil memanggil putranya.

"Narendra ... Jangan berlari, Mamah capek ngejar kamu!" panggil si wanita.

Begitu wanita tadi melihat putranya, tanganya langsung menarik lengan bocah kecil itu untuk diajaknya keluar. "Lain kali jangan seperti itu, Rendra? Kamu menabrak orang, dan membuat barang-barangnya terjatuh!" omelnya pada sang putra.

"Ayah, aku tidak sengaja menabraknya! Tapi mamah Melati memarahiku. Huaaa ...." tangisan bocah yang bernama Narendra itu pecah. Sang Ayah langsung menggendongnya, sambil menenangkan.

"Mamah Melati hanya menegurmu, Sayang! Bukanya marah. Sudah ya, anak lelaki nggak boleh nangis!"

"Baiklah, Mamah Melati minta maaf! Tapi lain kali jangan diulangi, ya!" ucap wanita tadi yang bernama Melati.

Dari dalam, Hafsah menyungging senyum hangat melihat keluarga si Wanita tadi. Dia membayangkan, jika suaminya masih hidup, mungkin putrinya juga dapat merasakan bahagianya digendong oleh sang Ayah.

'Aku mencintaimu, Ragantara!' batin Hafsah menyembunyikan senyumnya.

Setelah itu dia segera membayar barang-barangnya, dan segera pulang.

*

*

*

"Jangan! Itu sepeda baluku. Jangan disentuh!" rengek Ayuna, saat sepeda barunya dijaili oleh anak tetangganya.

Di komplek perumahannya, terdapat sebuah taman yang setiap sore digunakan anak-anak untuk bermain, atau bercengkrama. Dan mbok Nah mengajak cucunya ke taman itu, agar sang cucu bebas bermain sepeda, sehingga aman dari kendaran.

Mbok Nah saat ini duduk dibangku sebrang, dan sedang bercerita dengan wanita tua sama seusianya.

"Sepedanya jelek! Warna pink lagi!" ejek bocah kecil tadi, sambil menggoyangkan sepedanya Ayuna.

"Ihh ... Minggir!" Ayuna mendorong bocah itu hingga terjatuh.

Huaaa ....

Tangisan bocah kecil itu pecah, hingga membuat sang ibu segera mendekat. Tatapanya penuh kebencian melihat Ayuna.

"Mamah, Ayuna nakal! Dia mendorong Gavin hingga jatuh," adunya pada sang Mamah.

Wanita itu mendekat ke arah Ayuna sambil berbisik, "Kamu itu tidak memiliki Ayah, Ayuna! Jangan nakal jadi anak kecil. Sepeda begini, Papahnya Gavin mampu membelikannya banyak!" ucapnya penuh penekanan.

Mbok Nah yang melihat dari jarak jauh, kini bangkit dari duduknya dan langsung mendekat, walaupun jalannya agak lama.

"Ada apa ini?" seru mbok Nah menaikan nada suaranya.

Ayuna langsung menghampiri tubuh renta itu, serta memeluknya. Wajah Ayuna terlihat begitu sedih, namun dia tidak menangis. Bocah kecil itu bersembunyi pada tubuh sang Nenek, sambil menunjuk ke arah Gavin.

"Cucu Anda mendorong putra Saya! Kalau tahu cucunya nakal, jangan dibawa ketempat ramai sperti ini!" maki wanita tadi menatap bengis ke arah mbok Nah.

"Ayuna tidak salah, Mbok uti! Gavin yang sudah menggoyang-goyangkan sepeda Ayuna!" bela Ayuna pada dirinya sendiri.

"Hei, diam! Nyatanya putra saya kamu dorong sampai jatuh. Sudah tahu yatim, tapi tidak tahu diri!" cibir wanita tadi, sambil menunjuk wajah Ayuna.

"Sudah-sudah ... Jika cucu saya salah, saya meminta maaf. Ayuna sayang, ayo minta maaf nak!" ucap mbok Nah mengelus kepla cucunya.

Ayuna menggelengkan kepala cepat, karena dia tidak merasa salah. Melihat keteguhan pendirian Ayuna, Ibu Gavin semakin menggeram, lalu segera menarik lengan Gavin, dan langsung melenggang pergi.

"Ambil sepedanya sayang, kita pulang! Bunda sebentar lagi pasti pulang," ajak sang Nenek.

Ayuna segera menuntun sepedanya, lalu dinaiki. Mbok Nah mendorong sepeda kecil itu dari belakang menggunakan tongkat kayu.

"Mbok uti, jika Ayah masih ada, pasti Ayuna tidak diejek sepelti itu 'ya? Kapan Ayah pulang, Mbok?"

Mendengar ucapan itu, hati mbok Nah bergetar perih. Bibirnya memang tersenyum, tapi dadanya terasa sesak. Tanpa menjawab, mbok Nah mencoba mengalihkan perhatian sang cucu dengan berkata,

"Yuna ... Tadi Yuna pesan apa sama bunda, sayang?"

"Pensil walna, Mbok. Nanti temenin Yuna menggambal lagi ya, Mbok!" jawab Ayuna dengan ekspresi kegirangan.

Mbok Nah hanya memandang tubuh kecil Ayuna dengan iba. Dia tidak menyangka, ada manusia yang begitu tega melawan anak sekecil cucunya. Jika dapat memilih, Ayuna juga ingin merasakan gendongan seorang Ayah. Dipeluk, diberikan kasih sayang, ataupun sekedar diajak jalan-jalan. Namun takdir berkata lain.

'Padahal dia juga wanita. Dia juga melahirkan! Tapi kenapa sekeji itu mengatai Ayuna anak yatim. Kalaupun sudah tahu, seharusnya tidak perlu diucapkan didepanku. Aku yang merawat Raga sejak bayi. Ya ALLAH, lapangkan lah kubur cucu hamba. Hamba ikhlas melepasnya ... Tapi hamba juga sangat merindukannya'

Dada mbok Nah terasa sesak, hingga kedua matanya seketika memanas.

Diusianya yang sudah renta, dia hanya dapat berjalan dengan pelan, sedikit tertatih. Dan Alhamdulillahnya, mbok Nah masih diberi panjang umur, hingga dapat melihat Ayuna tumbuh dengan sehat.

"Hai sayang ... Ayuna dari mana sama Mbok uti?" teriak Hafsah menyambut putrinya pulang.

"Daripada bosan, tadi Simbok ajak dia ke teman!" jawab mbok Nah.

"Ayuna ... Yuk dimandikan bunda, setelah itu kita kerumah Ayah! Kan sudah lama, kita nggak kunjungi Ayah," gumam Hafsah setelah mensejajarkan tubuhnya pada sang putri.

"Bunda, apa nanti Ayah akan pulang baleng kita? Kata bunda, Ayah sedang disulga? Kok nggak pulang-pulang, sih?"

Hafsah hanya tersenyum, lalu sedikit mendongak menatap sang Nenek. Mbok Nah paham akan tatapan itu. Dia lalu memegang pundak Ayuna untuk diajaknya masuk.

"Kita mandi, yuk! Nanti pakai baju yang bagus. Biar Ayah seneng disana lihatnya," ajak mbok Nah, mengalihkan kembali ucapan sang cucu.

Hafsah bangkit kembali. Dia menatap keduanya yang sedang masuk dengan hati mencoles. Ayuna belum sepenuhnya mengerti akan kemana perginya Raga. Yang dia tahu, Ayahnya hanya pergi lama, dan ditunggu-tunggu kedatanganya.

Selang beberapa menit,

Ayuna sudah rapi dengan abayanya, dan juga jilbab kecil yang menutupi rambutnya.

"Sudah bunda, ayok!"

Hafsah menaikan Ayuna untuk berdiri didepannya. Dia mengendari motor sendiri dengan sang putri, karena pemakanan tidak terlalu jauh dari perumahannya.

Begitu sampai, Ayuna langsung berajalan lebih dulu, karena dia sudah tidak sabar ingin menaburkan bunga-bunga yang saat ini ditentengnya.

"Assalamualaikum, Ayah ... Yuna datang lagi sama Bunda," ucap Ayuna setelah mencium nisan sang Ayah.

"Walaikumsalam, Sayang!" jawab Hafsah menggantikan salam suaminya.

Hafsah bersimpuh, sambil menaburi bunga-bunga tadi diatas pusara suaminya. Dan hal itu dilakukan juga oleh Ayuna. Dia menuangkan sebotol air keseluruh pusara, hingga nisan sang Ayah. Hafsah terdiam sejenak, memberi ruang untuk sang putri berbicara.

"Ayah ... Tadi Ayuna dijaili sama teman Ayuna. Tapi Mamahnya Gavin malah mengatai Ayuna anak yatim. Mamah Gavin juga belkata, kalau Ayuna tidak punya Ayah. Padahal Ayuna kan punya ya, Yah! Cuma, Ayah sedang pergi lama."

Hafsah sedikit terkejut dengan pernyataan putrinya barusan. Dia tidak menyangka, rupanya Ayuna menyimpan semua lukanya, dan ditumpahkan didepan pusara sang Ayah. Hati Hafsah mendadak nyeri.

"Ayah, apa bobog disini enak? Ayah, kok Ayah nggak bangun-bangun sih! Kan lebih enak tidul sama Yuna, dikasul yang empuk, terus sama Bunda juga," gumam Ayuna kembali, dengan celotehannya.

"Mas, lihatlah ... Ayuna sudah tumbuh jadi gadis kecil yang cerdas. Dia sebentar lagi masuk sekolah TK!" timpal Hafsah sambil mengusap nisan Raga.

"Benal, Ayah! Yuna sudah dibelikan Bunda tas, sepatu, dan masih banyak sekali," pekik Ayuna sambil melebarkan tanganya.

Hafsah begitu bangga melihat kebesaran hati putrinya. Ayuna sama seperti Raga. Walaupun sering mendapat hinaan, dia tidak pernah tumbang sekalipun karena ucapan seseorang. Ayuna juga sama, bocah kecil itu tidak pernah menangis, walaupun sering kali diejek teman-temanya.

'Mas, aku sangat merindukanmu! Kamu adalah rindu yang tak bisa aku gapai lagi. Kepergianmu sungguh membawa separuh jiwaku. Bagaimana aku dapat jatuh cinta lagi ... Jika kasih yang kamu berikan begitu membekas. Kebaikanmu akan selalu mengalir indah diingatanku!'

Hafsah mencium nisan sang suami begitu lama, sambil memejamkan mata dalam-dalam.

1
Sunaryati
Kamu salah cari lawan Reza, jangan berani hanya dengan wanita, ini ada Bastian lelaki biadap yang akan jadi pahlawannya
Sunaryati
Semangat Hafsah, jadilah ibu yang tangguh
Septi.sari: 😊🙏🙏❤nantikan update selanjutnya ibu.
total 1 replies
Sunaryati
Itulah jika bertindak tanpa dipikir dulu akhirnya dihinggapi penyesalan. Tapi jika niatmu sungguh-sungguh, mudah- mudahan masih ada waktu memperbaiki kesalahan
Septi.sari: iya bu, semoga niat bastian sungguh2.🤧
total 1 replies
Sunaryati
Wah ternyata banyak yang tertarik sama Hafisyah, sayang masa mudanya dihancurkan teman- temannya.
Septi.sari: hai ibu sunaryati selamat mebaca cerita sederhana ini❤🙏
total 1 replies
yumi chan
thor lps ini bt hafisah pergi jauh sm anknya thor..stlh bas tau kalau dia punyn ank stlh kjdian itu...bt bas mkn berslh dn gla di tgl pergi kauh sm hafisah....sbd kt maaf tdki ckp dgn apa yg di lkukn..
Septi.sari: kak, terimakasih sudah mampir dicerita sederhana ini. nantikan bab selanjutnya ya❤❤🤗
total 1 replies
Tunjiah
aq sika cerita nya. ngk ber tele2
Septi.sari: kak terimakasih banyak, 🙏🙏❤❤🤗
total 1 replies
yumi chan
good jod thor
Septi.sari: kak selamat membaca, dan nantikan updatan terbarunya🙏❤❤
total 1 replies
Nadiaaa
ceritanya bagus
Septi.sari: maa syaa allah kak, terimakasih bintangnya😊🙏❤❤
total 1 replies
Nadiaaa
lanjut thor
Septi.sari: baik kak❤🙏
total 1 replies
Elly Irawati
pengen tak cakar" tuh ya wajah si pus pus😡
Septi.sari: gas dek ell, 🤣🤣🤣
total 1 replies
Elly Irawati
lanjut gais, ditunggu up selanjutnya😍😍💪💪
Septi.sari: macih dekk ell😍🤗
total 1 replies
CF
wduh sya suka kota mlang
Septi.sari: Saya juga suka kak, walaupun saya asli jawa tengah😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!