Memiliki mimpi hidup membina rumah tangga dengan kasih sayang yang tulus nyatanya mimpi itu hanya tingal kenangan. Dijual sahabat terbaiknya sendiri menjadikan awal derita baru bagi kehidupan Wanita bernama Tyara Alkyara Putri, dibenci, dimusuhi. Bahkan dijauhkan dari orang-orang yang dulu menyayanginya. Bahkan status orang tua yang juga tidak memperdulikan akan nasib dan deritanya. Akankah Wanita berumur 20 tahun memiliki sebutan Ara akan mampu bertahan dengan membawa status dirinya yang sudah tidak perawan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 ( Akankah Tyara Tertolong )
Sehabis menghadiri pemakaman Madam, Tyara yang tak ingin merepotkan Nenek,ia pulang terlebih dahulu tanpa berpamitan.
Jalanan yang sepi, hanya seorang diri lantaran ia tak mengajak Putri kecilnya, berjalan kaki lantaran tak memiliki ongkos, tadinya Tyara nampak baik-baik saja tak ada keanehan yang mengitari pikirannya.
Namun ketika ia baru memperhatikan setiap kendaraan yang melintas ada keanehan yang ia rasakan kenapa jalanan ini sepi tak seperti biasanya. Tak ingin meributkan ia kembali berjalan, sekejap langkah kakinya itupun terhenti setelah sebuah mobil berhenti, detik itupun jantung Tyara berdetak tak beraturan.
"Siapa kalian?"
"Ayo ikut!"
Kedua tangannya pun dicengkeram dengan kasar kedua Pria bertubuh kekar.
"Lepas! Kalian mau apa?"panik Tyara, hampir akan berteriak mulutnya itupun disumpal dan dengan segera dimasukkan ke dalam mobil.
******
Beberapa saat kemudian.
Mata cantik Tyara mulai terbuka lebar, menatap sekeliling Tyara dikejutkan dimana ia berada saat ini, melihat disekelilingnya kumuh dan tak terawat seperti gudang didalam benak pikirannya siapa dalang atas semua ini. Akankah tebakannya itupun benar, jika Alexa lah pelakunya.
"Kau terkejut!"
Dua kata yang terucap dari arah belakangnya, munculnya seseorang sudah pasti bisa ditebak Alexa lah pelakunya.
"Sudah aku duga pasti kamu? Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?"tegas Tyara.
"Kau ingin tau apa yang aku inginkan?"
Dilayangkan tatapan yang amat licik, wanita yang telah terikat rapat diatas kursi itupun hanya bisa terdiam sambil membalas menatap tajam kearahnya.
"Kadang aku heran? Apa keistimewaan dan kesempurnaan yang aku miliki? Sampai-sampai kamu belum puas mengambil semua yang aku miliki? Belum puas membohongi Arvan hingga kini, dengan mengakui kalau kamulah yang ternod4i? Apa sekarang masih berharap mengambil sisa yang aku miliki? Apa maumu sebenarnya?"
"Sudah aku duga pasti Madam telah memberitahumu, dan inilah yang menjadi alasan utama kenapa aku menculikmu."
"Apa maksudmu?"
"Salah satunya orang yang menjadi penghalang sudah berhasil aku lenyapkan, tingal kau yang belum, jadi paham kan dengan tujuan apa aku membawamu kesini?"
"Jadi ... kematian Madam itu karena kamu?"
"Iya! Dia salah telah berpihak padamu, jadi kematiannya itu sudahlah pantas ia dapatkan, dan kau!"
Dicengkeram rahang Tyara dengan kasar.
"Selanjutnya nasibnya tak akan kalah jauh seperti nasibmu saat ini, disinilah tempat terakhir mu mengejutkan bukan?"
"Tega! Kau sangat licik, hanya demi sebuah keinginan terbesarmu kau tega membunuhnya? Dimana hati nuranimu ...dimana!"
"Janganlah jadi penceramah karena itu tidak akan ngaruh! Selama kau masih hidup, kau juga akan jadi penghalang, hari ini ... detik ini ...menit ini ...maka nasibmu tidak akan jauh berbeda seperti yang dialami Madam, kau pantas mendapatkannya sayang."
"Kamu jahat Lex! Kamu jahat! Aku bersumpah jika takdir menghidupkan aku kembali, orang satu-satunya yang aku ingin bunuh adalah kau! Aku bersumpah! Aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri, aku bersumpah!"
"Sungguh kau berani mengancam ku? Apa kau pikir satu lawan tiga, kau bisa menang?"sindir Alexa memberikan tantangan.
Lalu munculnya tiga Pria bertubuh kekar menambah kecemasan Tyara apa yang akan terjadi pada dirinya selanjutnya. Akankah benar hari ini akan menjadi hari terakhir untuknya.
Terlihat dari wajah senyuman para preman terlihat mereka bukanlah orang baik-baik. Dengan membawa plsau t4jam yang berada di genggaman langkahnya, namun tangannya yang sudah terlapisi plastik sudah membuktikan mereka tak kalah licik seperti Alexa.
Semakin mendekati Tyara. Hati Tyara yang sangat kacau ia tahu situasi yang genting tak memungkinkan apakah ia akan selamat dari cengkraman mereka.
"Buka talinya."
Diperintahkan membukanya, biarpun ada cela ia kabur tak memungkinkan akankah ia bisa lolos.
Tubuhnya yang tak lagi terikat tali dan tak berada diatas kursi, namun berhadapan dengan tiga pria bertubuh kekar, ditambah adanya Alexa rasa takut yang dialami Tyara nampak terpancar jelas.
Tidak adalagi masalah yang Tyara pikirkan kecuali dia bisa keluar dari perangkap dalam kondisi masih hidup. Namun, apa daya ketakutan yang ia rasakan berbanding berbalik dengan mereka yang puas menyaksikan kemenangan di pihak mereka.
"Kalian benar-benar kejam! Kalian pikir kalian akan bisa membunuhku ...aku tegaskan sebelum aku memberitahu yang sebenarnya pada semua orang siapa Alexa, kalian tidak akan bisa membunuhku, paham!"
"Jangan mencoba berpura-pura berani, katakan sejujurnya kau takutkan?"hardik Alexa.
"Kau jahat Lex, kau sangat jahat!"
"Sudah aku bilang siapapun orang yang menghalangi jalanku, maka jalan yang harus kalian tebus adalah kematian dan ini kemampuan anda sendiri apa aku salah?"
"Sudah tunggu apa lagi kita habisi dia sekarang
"Baiklah."
Mata tajam Pelaku yang mengarah tajam kearah Tyara. Dengan adanya pisau yang masih berada di genggamannya pelaku tak segan-segan berniat menancapkan pisau ini ke tubuh Tyara.
Tyara yang tidak tingal diam ia berusaha sekuat tenaga menghindar setiap sisi penyerangan pelaku yang berjumlah 3 orang, namun kedua pergelangan tangan Tyara sudah terlebih dahulu dicengkeram oleh keduanya, Tyara berpasrah dalam kondisinya yang tidak percaya apa dia bisa selamat dari 3 penjahat yang tak memiliki hati ini.
Bahkan sahabat yang sudah ia anggap seperti saudara, dengan tega hanya menyaksikan momen-momen penyerangan ini.
Plsau itupun kini berganti dipegang oleh Alexa, tubuh wanita itu semakin mendekati arah wanita tak berdaya yang terus saja dipegangi erat kedua anak buahnya, memutar-mutar pisaunya seperti permainan, diperlihatkan seberapa hebatnya ia menjadi seseorang yang tak akan terkalahkan.
"Ada kata-kata terakhir yang ingin kau katakan?" Alexa memberikan pertanyaan.
"Kita sama-sama memiliki anak kecil apa kamu tega anakku akan kehilangan sosok Ibunya? Katakan didalam hatimu masih memiliki hati nurani kan?"
Tyara sudah hampir putus asa, ia menanyakan kejelasan isi hati wanita dihadapannya, mustahil apakah cara ini yang paling tepat! Ataukah berbalik akan semakin menghidupkan emosi dalam dirinya.
"Didalam hatiku sudah tak ada lagi hati nurani yang akan merasa iba pada seseorang, entah itu kau! Semua sudah aku miliki ...Suami, kekayaan ...semua sudah aku dapatkan, tapi jika kehadiranmu masih ada, kau salah satu penghalangnya jadi rasakanlah!"
Tak segan-segan plsau lancip itu Alexa tu sukkan sendiri tepat ke perut Tyara, tubuh lemahnya seketika membentang diwajah Tyara, dirinya kini tak memiliki harapan akankah ia akan baik-baik saja, kembali satu tusukan Alexa layangkan, namun tatapan yang dilayangkan Alexa seperti kesetanan yang sangat terobsesi untuk menghancurkannya.
Darah segar telah mengalir deras dari perut Tyara, jubah putih yang dipakainya berubah menjadi merah darah. Tubuh yang kini tersungkur, rasa sakit, perih yang tiba-tiba menyerangnya pandangannya seketika kabur.
Belum sempat se'ucap kata yang diucapkan oleh Tyara, satu tusukan lagi terlepas dan tepat kembali mengenai perutnya. Dar*h yang semakin mengalir dengan derasnya, tertawa sinis tidak ada langkah dari mereka semua.
Entah pada Alexa sendiri untuk berempati mau menolong sahabat yang dulunya menjadi teman curhat disaat ia susah.
Melihat sendiri kondisi sahabatnya yang tak memiliki harapan untuk hidup, Alexa mendekat, tangannya yang sengaja memakai plastik agar tak ada sidik jarinya yang tertempel, dicengkeram rahang Tyara dengan kasar, lalu diinjak luka tusukan tadi seketika Tyara meringis, menjerit sejadi-jadinya.
"Inilah kemauan kamu Tyara ...jika saja semua kebahagiaan tak menghampirimu hubungan kita tidak akan seperti ini, ini salahmu ...salahmu ...selamat tingal ...."
Alexa kembali berdiri disaat sang korban sudah tak menunjukkan akan kondisinya yang terselamatkan, tersenyum dengan sangat sinis tak mengalihkan pandangannya dibawah melihat kondisi sang korban berlumuran darah.
"Apa perlu kita berikan tusukkan lagi?"ujar anak buah bertanya.
"Tidak perlu! Dia mungkin akan m4ti dengan sendirinya setelah kehilangan darah, sekarang angkut dan buang kejalan!"
Hanya mengangguk mereka berbondong-bondong mengangkat tubuh Tyara secara bersamaan.
"Semua sudah berakhir! Semua sudah berakhir!"
Alexa tersenyum dengan lepasnya, tertawa layaknya tak memiliki beban, namun sedikit ia tertawa, sedikit pula ia menangis tak jelas.
"Kamu menang Alexa ...kamu menang ...."
Dirinya tak sadar jika apa yang ia lakukan sesungguhnya telah menyakiti hatinya, namun karena kalah dengan ego dan obsesi untuk menghancurkan sahabatnya.
Bersambung