Satu kesalahan ku yang sangat aku sekali dalam kehidupan ini. Yaitu memaafkan sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan yang akhirnya membawa ku jatuh menjadi wanita yang hidup pada masa lalu karena sakitnya sebuah pengkhianatan.
Suami ku adalah dalang dari rasa sakit ini. Dengan alasan anak aku mencoba untuk bertahan. Namun pada akhirnya aku tak sanggup lagi hidup dalam bayang-bayang rasa sakit dikhianati,dan diam-diam aku membuat sebuah keputusan besar yang tak pernah disadari oleh suami ku.
Ingin tahu keputusan besar apa yang akan diambil ? hai readers tercinta,silahkan membaca kelengkapan alur cerita ini sampai selesai ya ? Aku yakin kalian pasti akan terhibur. Selamat membaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinly Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 Mertua Cerewet
Ku pikir mama mertua akan langsung pergi setelah menyerahkan Kinara. Namun tanpa bisa ku tebak,ternyata mertua ku mengkritik banyak hal.
"Key,kenapa Kinara makin kurus ? Apa kamu tak memperhatikan cucu ku ini ? Apa saja yang kamu lakukan di rumah. Padahal hanya menjaga anak." Panjang lebar mama mertua mengomeli ku.
Kurus dari mana ? Perasaan putri ku saat ini berat badannya naik karena seminggu yang lalu baru saja ke posyandu untuk ditimbang. Emang dasarnya mertua ku saja yang tak pernah mengunjungi cucunya sehingga tak tahu kapan anak ku kurus dan gemuk yang sebenarnya.
"Badannya naik Ma,minggu lalu kamu ke posyandu."
"Mana ada yang kayak gini dibilang gemuk. Di rumah itu kalau cuma ngurus anak jangan macam-macam. Palingan juga kamu senangnya main handpone saja terus." Ucap mertua ku panjang lebar hingga membuat telinga ku panas. Dia nggak tahu aja apa yang aku lakukan di rumah. Mengurus anak,mengurus suami tidak sepertinya yang membiarkan papa mertua diurus oleh Nia ART nya. Selain kedua hal itu aku harus memasak dan mengurus rumah. Waktu untuk tidur siang pun hampir tak punya.
"Ingat ya,setelah ini kamu harus memperhatikan pola makan cucu ku. jangan sampai masih seperti ini." Setelah berkata,mama mertua ku itu langsung nyelonong pergi. Aku pun menghela nafas lega. Bersyukur karena masih bisa mengendalikan diri agar tak berdebat. Sungguh lelah sebenarnya menghadapi orang seperti mama mertua yang bermuka dua. Jika di depan keluarganya ia akan sangat perhatian dan baik pada ku sehingga dirinya mendapatkan pujian sebagai mertua yang baik. Sedangkan ketika sedang berada di sekitar ART nya,ia akan berbicara sesuka nya tanpa perduli dengan perasaan ku. Ternyata sekarang baru aku sadari,sifat jeleknya menurun tepat pada suami ku. Sangat pandai memainkan peran sesuai dengan yang mereka ingin kan.
"Yang sabar ya Neng. Suatu saat Tuhan akan membuka jalan kebahagiaan bagimu."Lagi-lagi Mbok Inem menguatkan ku karena tak tega melihatku diperlakukan tak adil oleh mama mertua. Dan memang Mbok inem lah yang selalu menjadi saksi ketika aku diperlakukan buruk oleh mama mertua.
"Amin,makasih ya Mbok." Aku tersenyum tulus mendapatkan doa-doa yang baik dari wanita tua berhati lembut tersebut.
"Jagain Kinara saja Neng,biar mbok sama Tantri yang lanjutin kerjanya. Kasihan kamu ini,terlihat lelah tapi masih saja diomelin sama ibu." Omel Mbok inem lagi dengan suara pelan agar tak terdengar oleh mama mertua.
"Iya Mbok,makasih ya. Aku nggak bisa lepas Kinara bermain sendiri. Anaknya sangat aktif."
"Nggak usah mikirin macam-macam. Sana istirahat atau ajak main Kinara. Kami bisa kok ngerjain ini semua. Gampang." akhirnya Mbok Tantri menimpali. Ia sama seperti Mbok inem sangat pengertian pada ku.
Akhirnya aku pun mengajak Kinara keluar dari dapur dan mengikuti keinginan putri ku untuk bermain.
Atas bantuan Mbok inem dan Mbok Tantri,aku pun terlepas dari pekerjaan melelahkan dan hanya menjaga putri ku. Menjelang siang,akhirnya beberapa teman papa mertua berdatangan. Ternyata masak-masak besar yang kami lakukan tadi hanya untuk makan siang para teman papa mertua. Sebuah kebiasaan tak penting menurut ku. Hanya menyenangkan orang lain yang tak membutuhkan demi mencari sebuah perhatian. Mending apa yang kita miliki dibagikan pada fakir miskin atau kepada anak yatim piatu. Tapi ya sudahlah,aku tak memiliki hak untuk mengatur keuangan orang lain. Lebih baik diam dan memperbaiki diri.
...----------------...
Pagi-pagi sekali aku terkejut karena kedatangan kedua mertua ku. Entah hal apa yang mengantarkan mereka datang ke rumah sederhana kami. Putri ku Kinara dan Mas Dani yang semalam kembali pulang ke rumah masih tidur dengan nyenyak.
"Cucu ku di mana ?" Sapa mama mertua langsung masuk ke dalam rumah.
"Masih tidur Ma." jawab ku dan langsung menuju dapur. Sedangkan papa mertua duduk santai di ruang tamu dan tak berkomentar. Ia lebih senang diam dan sibuk dengan handpone di tangannya.
"Key,tolong buatkan papa mu kopi." Teriak mama mertua yang ternyata suaranya berasal dari kebun belakang. Tak tahu apa yang dicari oleh mertua ku itu.
"Iya Bu." Jawab ku dan segera memanaskan air.
Setelah beberapa menit kemudian,segelas kopi dan segelas teh telah tersedia. Bergegas ku bawa semuanya ke ruang tamu karena kedua mertua ku sedang berbincang di sana.
Baru saja akan meletakkan segelas kopi di meja,mama mertua langsung berkomentar.
"Key,kenapa rumahnya berantakan sekali ? Itu rumput-rumput sudah pada tinggi. Kalian ngapain aja sih di rumah ? Nggak malu apa diliat sama orang yang lewat rumah seperti tak diurus ?"
"Iya Ma,nanti di potong pelan-pelan." Jawab ku dengan lembut. Meskipun sebenarnya hati ku sangat kesal. Mereka pikir di rumah ini ada ART yang bisa membantu ku mengurus semua hal sama seperti mereka ? Boro-boro mau membersihkan rumput di luar rumah,waktu tidur siang saja aku tak punya. Namun demi menjaga rasa hormat ku pada mereka,aku terpaksa tak berkata banyak. Takutnya nanti dibilang membangkang.
"Jangan cuma diiyain aja. Harus di potong segera. Lama-lama ular bisa masuk ke dalam rumah. Hihhh ...." Ucap mama mertua lagi dengan ekspresi ngerinya. Aku hanya diam sambil menahan rasa dongkol dalam hati. Mereka tak tahu saja jika Mas Dani putra mereka sangat malas. Meskipun cepat pulang dan sedang libur kantor,ia tak pernah mau membantu ku melakukan pekerjaan rumah apalagi membersihkan rumput. Kegiatannya di rumah hanya memegang handpone dan jika bosan,anak mereka itu akan pergi ke rumah teman-temannya untuk bergosip.
"Pah,udah. Ayok kita pulang." Tiba-tiba mama mertua langsung mengajak papa mertua untuk pulang. Padahal minum yang aku sajikan baru diteguk dua kali oleh mereka.
"Kok pulang ? Ni kopi papa belum juga habis. Kasihan udah capek-capek dibuatin sama key. Bentar lagi." Jawab papa mertua yang bisa ku dengar saat berbalik badan menuju dapur. Bersyukur papa mertua ku itu masih memiliki hati dan menjaga perasaan ku. Tapi tak tahu mengapa,istrinya tak bisa mengikuti sifat baiknya tersebut. Padahal menurut cerita banyak orang,sepasang suami istri akan selalu mempengaruhi. Jika salah satunya baik,maka pasangannya otomatis akan ikut. Yang tadinya jahat perlahan-lahan berubah menjadi baik. Atau sebaliknya. Akan tetapi hal ini tak berlaku bagi kedua mertua ku. Keduanya tetap pada kebiasaan mereka masing-masing.
Pada akhirnya kedua mertua ku pulang. Tak tahu sebenarnya apa yang mereka ingin kan sehingga datang berkunjung,karena menurut ku tak ada hal penting yang mereka katakan tadi. Mungkin hanya datang berkomentar tentang kekurangan rumah tangga kami. Setelah selesai minum,keduanya langsung pulang. Sungguh tak ada kerjaan.