Ariana Lyra Aurelia tidak pernah menyangka cinta tulusnya dibalas dengan pengkhianatan kejam dari sang kekasih yang tega menghabisi nyawanya.
Di ujung napas yang masih bisa Ia pertahankan, Kael Ethan Thomson, pria yang dijodohkan oleh ayahnya datang. Memeluk tubuh Ariana dengan air mata membasahi pipi pria itu. Pria yang selama ia abaikan karena perjodohan justru menjadi pria yang sangat tulus mencintainya dan selalu ada untuknya, bahkan ada disaat terakhirnya.
"Andai aku memiliki kehidupan kedua, aku akan mencintaimu setulus hatiku..."
Apa yang akan Ariana lakukan ketika kehidupan kedua benar-benar diberikan untuknya?
Ikuti kisah mereka...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11.
Di depan kediaman Aurelia, Paman Marius berdiri dengan gelisah di depan gerbang utama dengan pandangan terus tertuju pada satu arah. Sesekali ia mengubah pandangan ke arah berlawanan, dengan harapan bisa segera menemukan sosok yang sudah ia tunggu sejak beberapa jam lalu sampai hari berubah gelap.
Wajahnya berubah sumringah saat netranya menangkap sepeda motor yang melaju perlahan menuju gerbang dan berhenti ketika Paman Marius dengan sengaja menghalangi jalan saat sepeda motor itu akan masuk.
"Ariana..."
Paman Marius segera mendekati Ariana, meraih tangan gadis itu bahkan sebelum Ariana turun dari sepeda motor yang dia tumpangi.
"Nona!" Ariana berucap dingin sembari menepis tangan Paman Marius dari tangannya.
"Apa?" sambut Paman Marius bingung.
"Paman tahu bagaimana seharusnya memanggilku bukan? Panggil aku Nona! Aku harap Paman mengerti apa batasan Paman," ucap Ariana.
"Apakah kamu sedang bertengkar dengan, Rye?" tanya Paman Marius.
'Ada apa dengan gadis ini? Kenapa sekarang dia berbicara seperti ini padaku?' batin Paman Marius.
"Ariana..."
"Apakah begitu cara Paman memanggil majikan Paman?" potong Ariana.
Paman Marius tertegun, menatap Ariana yang kini memberikan sorot dingin padanya, tetap duduk di atas jok sepeda motor yang dia tumpangi, dan hanya melepaskan helm full face yang sebelumnya dia pakai untuk memudahkannya berbicara.
"Atau... Paman memang ingin berhenti dari pekerjaan Paman sekarang?" tanya Ariana.
"A-Apa? T-tidak... Bukan begitu Ar... Maksud saya Nona," jawab Paman Marius terbata, segera meralat ucapannya sendiri menyadari tatapan dingin Ariana bukan lelucon.
Ariana yang tidak lagi bersikap hormat padanya serta tidak lagi berbicara manis seperti biasanya membuat Paman Marius seakan berhadapan dengan orang berbeda.
"Ada apa menghalangi jalanku?" tanya Ariana.
"Dan di mana mobilku?" imbuh Ariana setelah netranya tidak menemukan mobil yang biasanya dikemudikan Paman Marius terparkir di halaman kediamannya.
"Paman yang terakhir kali menggunakan mobilku untuk menjemput Rye bukan?"
"Itulah yang ingin saya sampaikan kepada, Nona," jawab Paman Marius cepat.
Dahi Ariana berkerut tipis, menutupi dengan sempurna bahwa dirinya sudah mengetahui apa yang terjadi pada mobilnya, dan turun dari sepeda motor tanpa mengalihkan pandangan dari sopirnya.
"Maksud, Paman?" tanya Ariana.
"Ryder diculik," ungkap Paman Marius.
"Apa?"
Kedua mata Ariana melebar, meletakkan satu tangannya di mulut dengan ekspresi terkejut sempurna.
"Mereka menginginkan tebusan satu miliar," ucap Paman Marius lagi.
"Bagaimana itu bisa terjadi?" tanya Ariana.
"Saya tidak tahu bagaimana kejadian berawal, Nona. Tiba-tiba saja mereka mencegat kami saat dalam perjalanan kembali, dan merampas mobil sekaligus membawa Rye bersama mereka,"
"Dan mereka meminta uang tebusan satu miliar,"
"Pft..." Ariana tergelak sembari menggelengkan kepala.
"Diculik? Konyol! Apakah Rye seorang bocah?"
"Nona, saya tidak sedang bercanda. Mereka membawa Rye sekaligus merampas mobil Nona," jawab Paman Marius.
"Lalu kenapa Paman datang padaku? Seharusnya Paman menghubungi polisi," jawab Ariana tanpa beban.
"Untuk mobilnya, Paman-lah yang harus bertanggung jawab. Aku tidak keberatan menunggu Paman mengurusnya sampai selesai asalkan mobilku kembali dalam keadaan utuh,"
Keterkejutan kini berpindah di wajah Paman Marius, bahkan tanpa sadar memperlihatkan sisi panik di wajahnya setelah mendengar kata polisi.
"Tidak! Jangan, Nona!" cegah Paman Marius.
"Mereka mengancam untuk tidak melaporkan ini pada polisi, atau mereka akan menyakiti, putra Paman,"
Kecemasan mulai merayap ke dalam hatinya kala melihat gadis di depannya justru bersikap santai setelah mendengar kabar tentang putranya. Keterkejutan yang sebelumnya ada di wajah Ariana pun kini sirna tanpa bekas. Tidak ada sedikitpun kekhawatiran pada wajah gadis itu seakan ingin memperjelas bahwa Ariana tidak peduli tentang Ryder.
"Jika Nona tidak memberikan tebusan, mereka akan menyakiti, Rye. Bagaimana jika mereka mematahkan kaki atau tangannya? Tentu Anda tidak ingin hal itu terjadi bukan?" ucap Paman Marius lagi.
"Ahh... Ide Paman boleh juga." sambut Ariana sembari meletakkan dua jari di dagu, mulai tersenyum.
"Hemm... Menurut Paman, jika aku memberikan uang satu miliar pada mereka, apakah mereka bisa mematahkan satu tangan dan kaki Rye sebelum dilepaskan?"
"Nona..." Paman Marius mendesah frustasi, meningkatkan kepanikan di dalam hatinya.
"Saya tahu Anda sedang bertengkar dengannya, Anda marah padanya karena meninggalkan Anda di Kampus. Saya akan menegurnya setelah dia kembali agar memperlakukan Anda dengan baik,"
"Tidak perlu, Paman," jawab Ariana santai.
"Aku lebih ingin dia tidak kembali,"
"N-Nonaa..." Paman Marius kian frustasi.
"Maaf, Paman. Aku lelah dan ingin istirahat. Paman bisa pergi" ucap Ariana seraya bersiap untuk kembali naik ke sepeda motor.
"Oh... Satu hal lagi." sembari mengangkat satu jemarinya. "Mulai besok, Paman tidak perlu bekerja lagi, termasuk putra kesayangan Paman. Kalian berdua dipecat!"
"Tidak! Nona, Paman mohon, bantu Paman menyelamatkan putra Paman," sahut Paman Marius cepat reflek meraih tangan Ariana.
"Paman mohon..."
Tanpa diduga, pria paruh baya itu berlutut di depan Ariana, meratap dengan wajah memelas sembari menggenggam erat tangan Ariana dalam usahanya tidak membiarkan Ariana pergi, dengan kepala tertunduk.
"Paman mohon... Untuk terakhir kali ini saja," ucap Paman Marius.
"Paman kalah berjudi, bukan?" tembak Ariana.
"Paman bersikap manis padaku hanya karena Paman membutuhkan uangku untuk melunasi hutang Paman, dan sekarang Paman mengatakan bahwa Rye diculik? Apakah menurut Paman aku akan peduli?"
Paman Marius terpaku, kepalanya tertunduk semakin dalam, tidak pernah menyangka gadis yang selama ini ia anggap bodoh sudah mengetahui semuanya.
"Hanya karena aku diam, bukan berarti aku tidak mengetahui apa yang Paman lakukan. Apakah Paman lupa siapa aku? Aku bisa dengan mudah mendapatkan semua informasi yang aku inginkan tentang Paman. Jadi aku harap, Paman bisa menyelesaikan masalah Paman sendiri," ucap Ariana lagi sembari melepaskan tangannya.
"Ayo!" ajak Ariana seraya naik ke sepeda motor, meminta Kael untuk kembali menjalankan sepeda moornya.
Namun, sebelum Kael memiliki kesempatan untuk menjalankan sepeda motornya, Paman Marius kembali menghadang dengan berdiri tepat di depan sepeda motor.
"Menyingkir!"
"Nona, tolong! Untuk kali ini saja," ucap Paman Marius dengan wajah memelas.
"Baik, Paman mengaku. Paman memang kalah berjudi dan berhutang di sana. Tapi, Ryder tidak terlibat dalam hal ini. Jadi, Paman mohon selamatkan Rye,"
Ariana menghembuskan napas panjang, memejamkan mata sejenak untuk meredam emosi yang mulai naik ke permukaan. Ia ingat dengan jelas, Paman Marius memang tidak terlibat dalam rencana apapun yang dibuat Ryder di masa lalu, tetapi ia ragu apakah dengan membantu Paman Marius akan memberikan perubahan baik untuk kedepannya.
"Lyra, tidakkah sebaiknya kita bantu saja? Aku bisa mengurusnya," ucap Kael.
"Tapi..."
"Cara Paman ini meminta bantuanmu hanya akan menarik perhatian banyak orang. Kita bantu saja kali ini, jika dia membuat masalah lagi, baru kita lakukan sesuatu untuk memberinya pelajaran," jawab Kael.
"Saya mohon, Nona! Selamatkan putra Paman," pinta Paman Marius.
"Dia tidak bersalah. Untuk terakhir kali ini saja,"
Kael melepaskan helm yang ia kenakan, menatap datar pria paruh baya yang masih setia berdiri di depan sepeda motornya seraya bertanya,
"Di mana dia disekap?"
"Akan saya tunjukkan," jawab Paman Marius. "Terima kasih, Tuan Muda,"
"Penjaga!" teriak Ariana.
Dalam sekejap, beberapa pria berjas hitam yang sebelumnya berada dalam jarak beberapa meter berlari mendekat, membungkukkan badan mereka saat mereka berada di depan Ariana.
"Urus masalah ini! Bawa Ryder kembali!"
"Baik,"
. . . .
. . . .
To be continued...
tetiba lampu mati dari pagi dan baru nyala sore😫🤧🤣
ngiriiiiii terossss kerjaannya 🤣🤣
uhukkk uhukk /Awkward//Awkward/
ehhhh
🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️