NovelToon NovelToon
SISTEM BALAS DENDAM

SISTEM BALAS DENDAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Crazy Rich/Konglomerat / Sistem / Harem
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Jayden hampir tidak punya harapan untuk menemukan pacar.

Di sekitarnya ada banyak wanita cantik, tapi tidak ada yang benar-benar tertarik pada pria biasa seperti dia. Mereka bahkan tidak memperdulikan keberadaannya. Tapi segalanya berubah ketika dia diberikan sebuah tongkat. Ya, sebuah tongkat logam. Saat membawa tongkat logam itu, dia baru saja mengambil beberapa langkah ketika disambar petir.

Saat dia kehilangan kesadaran, Jayden ingin memukul habis orang sialan yang memberinya tongkat itu, tapi saat dia bangun, ada kejutan menantinya. Dia mendapatkan sistem yang akan membantunya mendapatkan gadis-gadis dan membuatnya lebih kuat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LELAKI TUA YANG ANEH

"Mengapa aku harus melakukannya?" Jayden mengangkat alisnya.

"Ayolah, tolong!" kata Rose, matanya berkaca-kaca, menatap Jayden dengan tatapan memohon. Hatinya terasa hancur. Pria yang ia sukai sama sekali tidak mau memperhatikannya, tidak peduli apa pun yang ia lakukan. "Aku tidak mau sendirian, atau aku akan terus memikirkannya."

"Ugh, kau benar-benar merepotkan," kata Jayden. Jayden ingin mengumpat, tapi ia menahan diri, 'Ini yang terakhir kali, apapun yang terjadi,' pikir Jayden sambil menggelengkan kepala. Bagaimanapun juga, pikirannya tidak pernah bisa mengalahkan hatinya.

"Berapa yang kau inginkan?" Jayden akhirnya menyerah.

"Benarkah? Kau serius?" tanya Rose dengan hati-hati.

"Pergilah," Jayden mendorong Rose dengan lembut. Dia tidak ingin melihat wajah Rose untuk saat ini, "Aku akan membawakan apa pun yang aku mau ke tempatmu," katanya sambil pergi. Jayden ingin menghirup udara segar untuk menjernihkan pikirannya.

~ ~ ~ ~ ~

"Ugh, sekarang aku harus mabuk bersama pemabuk itu," Jayden menyesali keputusannya begitu ia berbelok menuju toko. Dia tahu betul betapa Rose suka minum. Tulang punggungnya merinding hanya dengan memikirkannya. Malam ini sudah hancur, dan pagi harinya pasti akan jadi bencana total.

"Hei, bisa minta recehan buat beli minuman?" Jayden melihat seorang pria tunawisma tua duduk di seberang jalan.

Pria itu terlihat kelelahan dan babak belur, dengan pakaian yang jelas sudah lama tak layak pakai. Saat orang-orang berlalu-lalang, ia mengumpulkan keberanian untuk meminta bantuan.

"Hei, kalian punya uang receh buat minum?" teriaknya, suaranya serak dan penuh keputusasaan.

Namun kebanyakan orang hanya menggelengkan kepala atau mengabaikannya, terus berjalan tanpa peduli. Bahkan ada yang memarahinya karena meminta uang untuk minuman keras.

"Cari kerja, dasar pemalas!" bentak seseorang sambil melirik pria itu dengan tatapan jijik.

"Iya, berhenti menghamburkan uangmu untuk minuman!" teriak yang lain, bahkan tidak menoleh ke arahnya.

Jayden memperhatikan pria tunawisma itu, dan entah kenapa dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa mereka berada di dalam situasi yang sama. Pria tua itu tidak punya tempat berteduh, sementara kehidupan cinta Jayden sama sekali tidak ke mana-mana. Dan sekarang, dia masih harus minum bersama Rose dan mendengarkan keluhannya tentang bajingan bernama Chris itu.

'Kenapa Tuhan harus membuat pria-pria kaya itu juga tampan?' Jayden tidak bisa memahami ketidakadilan ini.

"Ugh..." Jayden menghela napas, menyalahkan Rose atas semua ini.

Meninggalkan pria tunawisma itu, Jayden masuk ke dalam toko swalayan. Dia tahu keinginan Rose untuk minum itu nyata, dan bahkan persediaannya di rumah pun sudah habis. Jadi tanpa membuang waktu, dia mengambil satu kardus penuh bir dan membayarnya.

'Oh, benar juga, aku harus menelepon Vera dan izin tidak masuk kerja hari ini,' Jayden mengingatkan dirinya sendiri saat keluar dari toko sambil membawa bir di tangannya, 'Aku akan melakukannya setelah sampai di rumah.'

"Hei, siapa namamu?" tanya Jayden dengan lembut, berjongkok agar sejajar dengan mata pria tua itu.

Pria tua itu mendongak, menyipitkan mata untuk melihat Jayden lebih jelas, "Kenapa kau peduli? Kau mau memarahiku juga, seperti para bajingan pelit itu?"

Jayden menyeringai mendengar jawabannya, "Tidak, bung! Kenapa aku harus begitu? Kau cuma ingin minum bir, kan? Apa salahnya?"

"Benar. Apa masalahnya?" mata pria tua itu berbinar mendengar kata-kata Jayden. Dia lalu melirik kardus bir itu dan menelan ludah, "Kau beli semua itu untukku?"

"Bukan semuanya. Tapi ya, kau bisa mengambil beberapa kaleng," kata Jayden sambil mengambil dua kaleng dari kardus. "Ini, silahkan dinikmati!"

Saat mereka mengobrol, beberapa orang yang lewat mulai memperhatikan percakapan mereka. Ada yang melirik dengan tatapan menghakimi, sementara yang lain hanya pergi sambil menggelengkan kepala, seolah melihat kecelakaan kereta api – seorang pria pengangguran menerima pemberian dari seorang tunawisma.

Tapi selalu saja ada satu orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Seorang wanita, mungkin berusia sekitar lima puluhan, melangkah mendekat dengan wajah tegas dan kesal. "Apa yang kau pikirkan?" bentaknya, penuh dengan rasa jijik.

Jayden menoleh ke arahnya, agak terkejut dengan sikap bermusuhannya. "Tidak melakukan apa-apa, hanya berbagi bir dengan pria tua ini," jawabnya santai, "Hidup itu berat, dan aku cuma mencoba membuat harinya sedikit lebih baik."

Wanita itu mencibir, menyilangkan tangannya di depan dadanya. "Membuatnya lebih baik? Ini tidak membantu! Memberinya alkohol hanya mendukung perilaku merusaknya. Dia itu pemabuk tunawisma, tahu! Kau pikir dia akan minum sedikit lalu pergi dengan senang hati? Tidak... Dia akan menjadi masalah bagi orang lain."

Jayden mengerutkan kening, "Ayolah, beri dia sedikit kelonggaran. Mungkin dia sedang melalui masa-masa sulitnya."

Sambil memutar mata, wanita itu bahkan tidak melirik pria tua itu saat melanjutkan ocehannya, "Dia hanya beban bagi masyarakat, titik. Kalau orang-orang seperti dia mau memperbaiki diri dan berhenti mengemis, mungkin dia masih ada gunanya."

Jayden menggelengkan kepalanya, "Kau tidak tahu kisah hidupnya, jadi mungkin sebaiknya kau pergi saja dari sini."

Wanita itu mencibir, "Oh, tolonglah. Simpan saja cerita sedihmu. Tidak ada alasan untuk menjadi gelandangan."

"Dengar," Jayden mencoba menenangkan wanita itu, "Kita tidak tahu keadaan hidupnya atau apa yang sudah ia lalui. Kita semua menghadapi tantangan dalam hidup. Dia hanya sedang berada di masa-masa sulitnya. Biarkan dia menikmati birnya dengan tenang."

Wanita itu mendengus, tidak terkesan dengan jawaban Jayden. "Jangan beri aku omong kosong itu..."

Namun kali ini, pria tua itu menyela sebelum wanita itu sempat menyelesaikan kalimatnya, "Dengar, sayang, anak muda ini membelikan bir ini dengan uangnya sendiri. Jadi kecuali kau mau membelikanku lebih banyak atau mengganti uang anak muda ini, tutup mulutmu dan enyahlah dari sini. Aku tidak mau diceramahi oleh wanita tua pelit sepertimu."

"Kau..."

"Pergi kau..."

"Kau akan menyesalinya," ancam wanita itu kepada pria tua tersebut, lalu menatap tajam Jayden sebelum berbalik dan pergi, bergumam pelan saat menjauh.

"Dasar jalang!" umpatan pria tua itu, "Yah, aku tidak akan mengambil birmu secara gratis." Pria tunawisma itu kembali memusatkan perhatiannya pada Jayden.

Dia lalu mengeluarkan sebuah tongkat logam tua yang berkarat dan memberikannya pada Jayden.

"Apa ini?" Jayden terlihat bingung.

"Hanya tongkat tua,"

"Oh, terima kasih," kata Jayden, berusaha menahan tawa. "Tapi sungguh, aku tidak butuh barang tua ini. Sebaiknya kau simpan saja barang itu untukmu."

Pria tua itu terkekeh, matanya berkilau nakal. "Tidak, ambil saja. Anggap saja ini tanda terima kasihku atas birnya. Lagipula, kau tidak pernah tahu kapan kau akan membutuhkan tongkat tua yang bagus."

"Untuk apa aku butuh tongkat?" Jayden menertawakannya.

"Kau tahu," pria tua itu menatap Jayden dengan tatapan mesum lalu menepuk pantatnya, "Untuk menusukkannya ke pantatmu."

". . ."

---

Berikut adalah pilihan untuk para pembaca. Pilihan yang mendapat komentar terbanyak akan kita lanjutkan di bab berikutnya:

1. Hajar pria tua itu.

2. Abaikan saja orang malang itu. Dia tidak stabil secara mental.

1
ariantono
up
BoBoiBoy
keren
july
teruskan thor
july
sangat menakjubkan
july
percepat
july
sip author
Afifah Ghaliyati
😍😍
Afifah Ghaliyati
😍
Pramudya Yudistira
👍👍👍
eva
update
eva
up
Irzamaulana Maulana
percepat
Irzamaulana Maulana
percepat
Pramudya Yudistira
sejauh ini menarik..lanjutkan min
eva
up
eva
hot
ariantono
mantap
Stevanus1278
update
Stevanus1278
up
vaukah
update
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!