NovelToon NovelToon
Cinta Paksa Di Menara Kaca

Cinta Paksa Di Menara Kaca

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mr. Awph

​"Kaila terpaksa menukar seragam sekolahnya dengan status istri rahasia seorang CEO arogan demi sebuah wasiat. Di dalam menara kaca yang dingin, ia harus bertahan di antara aturan kaku sang suami dan ancaman para musuh bisnis yang siap menghancurkan hidupnya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: CEO dan Gadis Seragam

Mesin yang menyala halus itu seolah menjadi detak jantung baru yang mengiringi langkah Kaila menuju nasib yang tidak pernah ia bayangkan.

Adnan membuka pintu bagian belakang mobil tersebut dengan gerakan yang sangat kaku seolah ia sedang melakukan sebuah kewajiban yang sangat berat.

Kaila hanya bisa menunduk dalam-dalam sambil meremas ujung seragam sekolahnya yang kini nampak sangat kontras dengan kemewahan di sekelilingnya.

"Masuklah dan berhenti menangis sebelum supirku mengira aku sedang menculik seorang anak sekolah," perintah Adnan dengan nada suara yang sangat dingin.

Gadis itu tersentak dan segera masuk ke dalam kabin mobil yang beraroma kulit mewah serta sangat harum dan sangat tenang.

Ia duduk di pojok kursi sambil memeluk tas sekolahnya dengan sangat erat seolah benda itu adalah satu-satunya pelindung yang tersisa.

Adnan ikut masuk dan duduk di sisi yang berlawanan sambil langsung sibuk menatap layar gawai miliknya tanpa mempedulikan keberadaan Kaila.

"Kita akan menuju kediaman pribadiku di pusat kota dan kau tidak diizinkan keluar tanpa seizinku," ucap Adnan tanpa sedikit pun menoleh.

Kaila memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya sedikit guna melihat profil samping wajah pria yang kini menjadi suaminya tersebut.

Rahang Adnan nampak sangat tegas dan matanya yang tajam tetap fokus pada tumpukan laporan bisnis yang sedang ia periksa dengan sangat teliti.

Suasana di dalam mobil tersebut terasa sangat mencekam hingga detak jarum jam tangan milik Adnan terdengar sangat jelas di telinga Kaila.

"Tuan Adnan, apakah besok saya masih diperbolehkan untuk pergi ke sekolah?" tanya Kaila dengan suara yang sangat pelan dan gemetar.

Pria itu menghentikan pergerakan jarinya di atas layar gawai lalu perlahan menoleh ke arah gadis remaja yang sedang menatapnya dengan penuh harap.

Ia mengamati seragam sekolah yang masih melekat pada tubuh Kaila lalu menghela napas panjang yang terdengar sangat berat dan penuh tekanan.

Adnan merapikan letak kacamatanya sejenak sebelum memberikan jawaban yang membuat jantung Kaila berdegup semakin kencang dari sebelumnya.

"Kau tetap harus sekolah karena aku tidak ingin memiliki istri yang bodoh dan tidak berpendidikan," jawab Adnan dengan nada ketus.

Air mata Kaila hampir kembali jatuh namun ia segera menggigit bibir bawahnya untuk menahan gejolak emosi yang sedang berkecamuk di dalam dadanya.

Mobil itu terus melaju membelah kemacetan jalanan kota yang dipenuhi oleh lampu-lampu jalanan yang nampak berpendar seperti bintang yang sangat jauh.

Kaila merasa seolah ia sedang dibawa menuju sebuah sangkar emas yang sangat indah namun tidak memberikan ruang bagi mimpinya untuk bernapas bebas.

"Tapi ada satu syarat yang sangat penting dan tidak boleh kau langgar sama sekali," tegas Adnan sambil mendekatkan wajahnya.

Kaila memundurkan tubuhnya hingga punggungnya menyentuh pintu mobil karena merasa sangat terancam oleh tatapan mata Adnan yang sangat menghujam.

Aroma kayu cendana dari tubuh Adnan kembali menyerang indra penciumannya dan membuat pikiran Kaila menjadi sangat kacau serta sangat tidak menentu.

Ia menanti dengan perasaan cemas tentang syarat apa yang akan diajukan oleh pria yang memiliki kekuasaan hampir tidak terbatas di kota ini.

"Jangan pernah katakan kepada siapa pun di sekolahmu bahwa kau telah menikah denganku," bisik Adnan tepat di depan wajah Kaila.

Gadis itu hanya bisa mengangguk pelan sebagai tanda setuju karena ia sendiri memang tidak ingin teman-temannya tahu tentang pernikahan paksa ini.

Ia membayangkan betapa malunya jika semua orang tahu bahwa ia telah menjual masa mudanya demi menyelamatkan utang-utang kakeknya yang sangat besar.

Adnan kembali menarik dirinya dan bersandar pada kursi mobil seolah pembicaraan di antara mereka telah berakhir sepenuhnya tanpa perlu ada penjelasan.

"Jika sampai rahasia ini terbongkar, maka jangan salahkan aku jika kakekmu harus segera meninggalkan rumah sakit itu," ancam Adnan lagi.

Kaila memejamkan matanya dengan sangat rapat sambil merasakan sakit yang luar biasa menjalar ke seluruh bagian hatinya yang sangat rapuh.

Ia menyadari bahwa pria di sampingnya ini

bukanlah malaikat pelindung, melainkan seorang predator yang sedang memanfaatkan keadaan sulitnya dengan sangat kejam.

Mobil mewah itu akhirnya memasuki area parkir khusus di sebuah gedung pencakar langit yang memiliki pengamanan sangat ketat dan sangat tertutup.

"Turunlah, kita sudah sampai di pintu masuk utama menara yang akan menjadi rumahmu mulai malam ini," perintah Adnan sambil membuka pintu.

Kaila melangkah keluar dengan kaki yang terasa sangat lemas dan gemetar saat melihat kemegahan gedung yang menjulang tinggi menembus kegelapan malam.

Ia mengikuti langkah kaki Adnan yang sangat cepat menuju sebuah lift pribadi yang hanya bisa diakses menggunakan pemindai sidik jari sang pemilik.

Di dalam lift yang berdinding cermin itu, Kaila melihat bayangan dirinya yang nampak sangat menyedihkan dengan seragam sekolah yang sudah sangat kusut.

Pintu lift terbuka dan menampakkan sebuah ruangan luas yang dipenuhi oleh dinding-dinding kaca yang menampakkan kerlip lampu kota dari ketinggian yang sangat luar biasa.

Adnan berjalan menuju ruang tengah dan meletakkan tas kerjanya di atas meja marmer hitam yang nampak sangat dingin dan sangat kaku.

Seorang asisten rumah tangga paruh baya segera datang menyambut mereka dengan ekspresi wajah yang nampak sangat terkejut melihat kehadiran seorang gadis berseragam.

"Nyonya, ini adalah kamar yang akan Anda tempati mulai sekarang," ucap asisten itu sambil menunjukkan sebuah pintu kayu yang besar.

Kaila menatap pintu tersebut dengan perasaan yang campur aduk antara rasa lega karena tidak satu kamar dengan Adnan dan rasa takut akan masa depan.

Ia baru saja akan melangkah masuk ke dalam kamar tersebut saat suara dingin Adnan kembali menghentikan gerakannya dengan sangat tiba-tiba.

Pria itu berdiri di tengah ruangan sambil menunjuk ke arah meja makan yang sudah dipenuhi oleh berbagai macam hidangan yang nampak sangat lezat.

"Duduk dan makanlah, aku tidak ingin ada berita besok pagi bahwa istriku jatuh pingsan karena kelaparan di sekolahnya," ujar Adnan datar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!