ongoing
Tian Wei Li mahasiswi miskin yang terobsesi pada satu hal sederhana: uang dan kebebasan. Hidupnya di dunia nyata cukup keras, penuh kerja paruh waktu dan malam tanpa tidur hingga sebuah kecelakaan membangunkannya di tempat yang mustahil. Ia terbangun sebagai wanita jahat dalam sebuah novel.
Seorang tokoh yang ditakdirkan mati mengenaskan di tangan Kun A Tai, CEO dingin yang menguasai dunia gelap dan dikenal sebagai tiran kejam yang jatuh cinta pada pemeran utama wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#2
Wei Li terbangun dengan satu pikiran pertama 'Ini bukan kamar kos'. Aroma yang menyentuh hidungnya bukan bau mi instan atau debu lama. Udara di ruangan ini sangat wangi terlalu bersih, terlalu mahal. Wangi kayu halus dan sesuatu yang lembut, seperti parfum yang tidak pernah mampu ia beli seumur hidupnya.
Kelopak matanya terasa berat. Ia membuka mata perlahan. Langit-langit putih tinggi menyambutnya. Bukan plafon kos dengan noda air dan cat mengelupas. Ini… luas. Sangat luas. Ada ukiran tipis, lampu kristal menggantung seperti barang pameran museum. Wei Li menahan napas. “Apaan…,” gumamnya serak.
Ia mencoba bangkit. Tubuhnya terasa ringan—aneh. Terlalu ringan. Saat ia duduk, kain halus meluncur dari bahunya. Selimutnya bukan selimut murahan. Ini lembut. Sialan, ini terlalu lembut. “Ehh bangun… Nyonya Lu sudah bangun!” Suara itu membuat Wei Li membeku.
Langkah kaki terdengar. Beberapa orang mendekatinya. Dari sudut matanya, ia melihat bayangan wanita-wanita berpakaian seragam rapi, kepala mereka sedikit menunduk, wajah penuh kehati-hatian. Wei Li menelan ludah. “Nyonya…?” ulangnya pelan, nyaris berbisik. Seorang pelayan wanita mendekat. “Apakah kepala Anda masih sakit? Kami sudah memanggil dokter. Tuan akan segera diberi kabar.” Jantung Wei Li hampir meledak siapa itu 'Tuan'
Wei Li menatap tangan yang tergeletak di atas selimut. Kulitnya putih, halus, jari-jarinya ramping dengan kuku rapi. Bukan tangan yang biasa memegang mouse retak dan kantong plastik berisi mi instan. Ia mengangkat tangannya perlahan, menyentuh wajahnya sendiri. Kulit dingin. Bibir lembut. Hidung kecil. Rambut panjang hitam tergerai di bahunya. Wei Li menutup mata. “Tidak,” katanya pelan. “Tidak… tidak… tidak.” ia membuka mata lagi, napasnya mulai kacau.
“Cermin,” katanya tiba-tiba. Suaranya meninggi. “Mana cermin?!” Para pelayan saling berpandangan, terkejut. Salah satu dari mereka buru-buru mengambil cermin besar dan mendekatkannya. Wei Li menatap pantulan itu. Dan dunia seketika benar-benar runtuh. Wajah di cermin itu cantik bahkan sangat cantik. Mata besar, tatapan dingin yang angkuh. Bibir merah alami. Wajah yang pernah ia lihat berkali-kali di novel semalam 'Lu Xian Yue'.
Wanita jalang. Wanita jahat. Wanita yang mati ditusuk pisau. “Anjing!…” Wei Li berbisik. Tangannya gemetar. Ia menjauhkan cermin itu seolah benda terkutuk. “Keluar,” katanya tiba-tiba. “Kalian semua keluar.” bentuknya lagi dengan tatapan kosong para pelayan terkejut. “Nyonya—”
“GUE BILANG KELUAR!” bentaknya, suaranya pecah. Ada keheningan sesaat, lalu satu per satu pelayan menunduk dan pergi. Pintu ditutup perlahan, menyisakan Wei Li sendirian di kamar mewah yang kini terasa seperti sel tahanan. Begitu pintu tertutup, Wei Li tertawa. Tertawa kecil. Lalu semakin keras. “Ini gila,” katanya sambil mengacak rambutnya sendiri. “Ini mimpi sialan. Pasti mimpi.”
Ia mencubit lengannya. “Fuck—!” ia meringis kesakitan Akiba cubitan nya sendiri. Ia memukul pahanya sendiri. Menampar pipinya. Rasa perih menjalar nyata. Wei Li terduduk di kasur, napasnya terengah. “Gue mati,” gumamnya. “Gue beneran mati.” Ia mengingat dengan jelas. Kepala terbentur. Lantai dingin. Gelap. Dan sekarang? Dunia novel.
masuk di tubuh wanita yang akan dibunuh. “Kenapa bukan pemeran utama sih?” katanya pahit. “Kenapa malah gue jadi cewek sial ini?” Ingatan novel itu berputar di kepalanya seperti kutukan. Lu Xian Yue wanita yang mencintai pemeran utama pria lain, membenci Shen Yu An, dan akhirnya disingkirkan Kun A Tai tanpa ampun.
Wei Li menatap kosong ke depan. “gue bakal mati di bab tiga puluh tujuh,” gumamnya pelan. Dadanya terasa sesak. “Tiga puluh tujuh,” ulangnya. “Sial… masih jauh.” Ia mengusap wajahnya, lalu tertawa getir.
“Oke,” katanya akhirnya. “Oke, Tian Wei Li. Tenang.” Ia berdiri, melangkah ke arah jendela besar. Tirai terbuka sedikit, memperlihatkan pemandangan kota asing megah, gelap, dan berkilau. Dunia ini… indah dan kejam. Wei Li mengepalkan tangan. “gue nggak akan mati kayak di novel,” katanya pelan tapi tegas. “Gue nggak sebodoh Lu Xian Yue.” Ia menarik napas dalam-dalam.
“Gue cuma mau satu hal,” lanjutnya, senyum kecil muncul. “Hidup enak. Kaya raya dan aman.”Dan kalau harus menjauh dari pemeran utama dan tiran gila itu demi bertahan hidup?
“oke fine,” gumamnya. “Gue akan menghilang.” Tanpa ia sadari… Di sudut kota ini, seorang pria bernama Kun A Tai sedang menerima laporan. Tentang perubahan aneh pada seorang wanita yang seharusnya tidak berubah sama sekali.